Mengenang Fuad Amsyari: Dokter, Dosen, dan Aktivis Dakwah dengan Banyak Kader

Fuad Amsyari (istimewa/PWMU.CO)

Mengenang Fuad Amsyari: Dokter, Dosen, dan Aktivis Dakwah dengan Banyak Kader; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis dan sepuluh judul lainnya 

PWMU.CO  Di keseharian, performa dia simpatik. Kulitnya bersih. Wajahnya selalu berseri-seri dan siap tersenyum kepada siapa pun yang dia jumpai. Nada bicaranya terutama di saat berdakwah selalu bersemangat, untuk tak menyebut meledak-ledak. Terkait yang disebut terakhir ini, malah tak sedikit yang merasa menjadi murid sekaligus kader dakwah dia. 

Dia dokter dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Dia aktif berpartisipasi di berbagai seminar nasional dan internasional sebagai pembicara. Dia aktif mempublikasikan artikel-artikelnya dan buku-bukunya dalam tema keislaman dan sains. 

Dia, Fuad Amsyari, wafat pada Senin 29 Januari 2024. Banyak yang berduka. Jenazah dishalati di Masjid Nuruzzaman Universitas Airlangga Kampus B, setelah shalat Dhuhur di Senin itu. Jamaah yang hadir sangat banyak, dari berbagai kalangan. 

Mereka yang menyalati, mulai dari rekan-rekan aktivis seangkatan almarhum, pengurus berbagai organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, NU, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), dan lain-lain. Sekadar menyebut, terlihat HR Mohammad Faried yang mantan Bupati Lamongan. Ada juga Chairul Djaelani, mantan aktivis PII yang sekarang adalah Wakil Ketua Majelis Perimbangan DDII Jatim. Tokoh yang disebut terakhir ini turut memberi sambutan singkat. Selepas itu, jenazah dibawa ke Sidayu Gresik untuk dimakamkan di sana. 

Terutama di hari Senin itu, petakziah sangat banyak. Dari Jakarta, dua pengurus DDII pusat datang. Mereka, Drs H Avid Solihin MM (Sekretaris Umum DDII) dan Catur. Mereka ke rumah duka di Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya, sekitar pukul 19.00. Di rumah itu, keduanya yang ditemani beberapa pengurus DDII Jatim, diterima dr Agus Chairul Anab SpBS, menantu Fuad Amsyari.           

Tak Lelah Berdakwah

Fuad Amsyari lahir pada Oktober 1943 di Sidayu Gresik, Kota Santri. Dia menyelesaikan pendidikan dokter di FK Unair pada 1969.

Dia lalu belajar di Royal Tropical Institute, Amsterdam. Di situ dia raih gelar Master of Public Health (MPH). Kemudian, dia studi S3 di New York University dan capai gelar PhD pada 1979.

Fuad Amsyari, sejak muda adalah aktivis Islam. Hidupnya adalah langkah tak kenal lelah di dunia dakwah. Dia banyak berkiprah di berbagai organisasi sosial-keagamaan. Berikut ini sekadar sebagian jejak pengabdiannya:

  1. Pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Penasihat MUI Pusat, yaitu pada 2005-2010
  2. Pernah menjadi  anggota Dewan Pembina Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)  Pusat 
  3. Pernah sebagai anggota Dewan Penasihat Korps Alumni HMI (KAHMI) Nasional
  4. Pendiri Fuad Amsyari Center (FA Center), sebuah LSM yang mengambil fokus untuk pemberdayaan masyarakat muslim. 

Lelaki ini, di dunia politik, pernah memimpin Dewan Pimpinan Wilayah Partai Bulan Bintang Wilayah tahun 1997-1998. Selanjutnya, ditetapkan sebagai salah satu calon presiden oleh partai tersebut pada Pemilu 1999.

Tahun 2004 dan 2009 dia dicalonkan sebagai anggota DPR-RI. Dicalonkan oleh partai yang sama, dari daerah pilihan Surabaya-Sidoarjo. 

Dia terus bergerak. Dalam Muktamar Partai Bulan Bintang tahun 2010, Fuad Amsyari terpilih sebagai  Ketua Badan Kehormatan Pusat (BKP).

Dia termasuk yang sedikit dari barisan pendakwah yang di samping kemampuan lisannya yang bagus, juga punya banyak karya buku. Mari, rasakan gelegak jihad dia lewat judul buku-bukunya, yang antara lain sebagai berikut:

  1. Memahami Islam dan Islam Politik di Tengah Keterpurukan Umat
  2. Mengelola Indonesia dengan Syariat
  3. Perjuangan Sosial Umat Islam Indonesia
  4. Islam Kaaffah; Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia
  5. Muslim Indonesia Berdemokrasi, Kapan Menang? 
  6. Islamic Vision to Make a Better World: New Paradigm National Development
  7. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan 

Baca sambungan di halaman 2: Dosen yang Motivator

1 / 7

Dosen yang Motivator

Sebagai dosen, Fuad Amsyari sukses. Dr dr Handayani adalah salah satu mahasiswanya dan kini memegang amanah sebagai Dekan FK Universitas NU Surabaya (Unusa). “Beliau sebagai dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, selalu memberikan penguatan kepada kami sebagai generasi penerus agar bisa berperan sebagai agent of change di bidang kesehatan,” tutur Bu Yani, panggilan akrabnya. 

         “Beliau sering menjadi narasumber di berbagai kegiatan kajian atau pengaderan. Misal, beliau narasumber di Islamic Intensive Course (IIC) di Masjid Universitas Airlangga. Hal yang serupa di Masjid Al-Falah Surabaya. Juga, di berbagai kajian Islam di FK Unair. Pun, sering menjadi motivator bagi aktivis HMI,” lanjut perempuan yang di sekitar 1984-1986 aktif di Masjid Unair Kampus B ini.

“Pendek kata,” kata Bu Yani, “Beliau sangat energik dan pandai memotivasi kami untuk maju. Terkait motivasi, sampai di usianya yang sepuh, beliau masih sering menulis opini yang menggugah umat Islam agar berpolitik. Beliau sampaikan, bahwa kita harus aktif mengambil bagian dalam proses pengambilan kebijakan di negeri ini”.

“Beliau tak kenal lelah. Misal, sering menjadi jujukan bagi teman-teman aktivis jika kesulitan mencari narasumber untuk kajian kepemimpinan atau keislaman. Beliau terus berjuang hingga akhir. Dengan tulisan-tulisan pendek di berbagai media, beliau terus membakar semangat kami para murid dan yuniornya,” pungkas Bu Yani yang tinggal di Surabaya ini.

Sebagai dosen, Fuad Amsyari berhasil. Banyak mahasiswanya yang sukses, tak hanya sebagai dokter profesional tapi juga pendakwah. Salah satunya, Dr dr Zainullah SpP. Terakhir, dia berdomisili di Lumajang. 

“Saya awal mengenal beliau 1982, setahun setelah menjadi mahasiswa FK Unair. Ceramah-ceramahnya bergizi dan menggugah ghirah. Menggugah, agar ikut berjuang sebagai bagian dari barisan kebangkitan umat,” kenang lelaki kelahiran Bangkalan ini. 

Sebagai dosen, Fuad Amsyari berhasil. Adalah dr. Jamaluddin Sp.M.(K), salah satu mahasiswanya. Si murid, sekarang tenaga senior di Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) di Surabaya. 

“Saya terkesan dengan cara mengajar beliau yang sangat lugas, dengan logika yang mudah dimengerti. Salah satu tips cara belajar efektif yang beliau ‘ijazah’-kan kepada kami ketika mengajar di kelas, adalah bahwa mahasiswa harus banyak menguasai ilmu. Caranya, dengan banyak membaca buku. Supaya cepat mengerti kandungan isi buku, bacalah dengan cepat dalam sehari satu sampai dua buku. Bacalah dan harus selesai. Catat poin-poin pentingnya, sehingga awet di memori kita,” demikian lelaki yang sekarang tinggal di Kamal Madura ini mengenang sang guru.

Baca sambungan di halaman 3: Kadenya Lintas Usia dan Kalangan

Fuad Amsyari dalam sebuah seminar di IAIN Manado (Foto dematitikiaianmanado)

Kadernya Lintas Usia dan Kalangan

Perhatikanlah, yang memberikan testimoni di atas adalah tiga orang murid sekaligus ‘murid’ Fuad Amsyari. Sebagai murid, karena ketiganya adalah mahasiswa Fuad Amsyari di FK Unair. Sebagai ‘murid’ (murid dalam tanda kutip), karena ketiganya sering mengikuti berbagai kajian keislaman dari Fuad Amsyari.

Berikut ini, testimoni dari sebagian ‘murid’ Fuad Amsyari. Mereka tak pernah mendapat kuliah langsung di bidang kedokteran dari Fuad Amsyari. Tapi, mereka sangat merasa sebagai murid.  

Memang, banyak kelebihan Fuad Amsyari. Salah satunya, dia mudah bergaul dengan beragam kalangan bahkan dengan yang usianya terpaut jauh di bawahnya. 

Mantan Sekretaris Umum MUI Jatim apt Ainul Yaqin SFarm MPd termasuk yang dekat dengan Fuad Amsyari. Tak canggung, sesekali, bahkan Fuad Amsyari yang menelepon Ainul Yaqin untuk berbicara atau berdiskusi tentang persoalan umat yang sedang aktual.  

“Beliau sosok pribadi yang istikamah dengan perjuangan dan dakwah. Gagasan yang terus disuarakan adalah Islam kaffah. Dalam konteks itulah di akhir usia beliau di mana-mana bicara Islam politik. Aktivis Muslim, menurut beliau, harus disadarkan pentingnya Islam politik, yang itu bagian tak terpisah dari Islam yang kaffah. Untuk mewujudkan Islam politik, harus ada sistem pengaderan,” tutur lelaki yang tinggal di Gresik ini mengenang Fuad Amsyari. 

Selanjutnya, adalah Drg Mohamad Junaidi SpPros MARS. Terakhir, sebelum pensiun, dia adalah Kabid Yanmed Keperawatan dan Diklit di RSUD dr M Soewandhie Surabaya.

“Pak Fuad  seorang tokoh muda di tahun 1980-an yang berhasil meletakkan dasar dakwah Islam lebih modern tanpa meninggalkan tradisi yang baik. Hasilnya, sebagian besar aktivis yang sekarang sedang berperan di dakwah keislaman adalah didikan atau santri beliau,” kata lelaki murah senyum yang sekarang berkhidmat di RSI Surabaya ini.

Kenangan Penulis

Saya sendiri, punya kenangan? Ada! Saat itu, 1984, saya memulai kuliah di Unair. Singkat kisah, akan ada acara menarik di Masjid Univesitas Airlangga (MUA) yaitu Islamic Intensive Course (IIC). Saya-pun mendaftar sebagai peserta IIC, periode Februari-April 1984.

Pada pelaksanaannya, IIC penuh pesona. IIC berlangsung tiap Ahad. Materi dan pematerinya sangat menarik. Untuk materi, sebagai berikut: Tauhid, al-Qur’an dan al-Hadits, Nilai-Nilai Ibadah Mahdhah, Sejarah Perkembangan Tasyri’ Islam, Sejarah Peradaban Islam, Moral Islam, Metode Diskusi, Pengantar Manajemen dan Kepemimpinan, serta ditutup dengan Seminar.

Untuk pemateri, misalnya, ada Fuad Amsyari. Beliau asyik dan mampu membakar semangat peserta. Tokoh bersuara lantang memberi materi Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Penyampaian beliau menggugah. Penugasan beliau bermanfaat. Saat itu, sebagai tugas rumah, peserta diminta untuk mendaftar dan mengumpulkan ayat-ayat operasional yang di dalam al-Baqarah. 

Di situlah, peserta dibangkitkan semangatnya untuk berislam secara kaffah. Dibangunkan kesadarannya, untuk menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman utama di keseharian.

Fuad Amsyari telah berpulang ke Rahmatullah. Semoga beliau bahagia di Sisi Allah. Semoga beliau terus teraliri pahala dari amal jariyah, terutama dari arah ilmu-ilmu yang kemanfaatannya terus dirasakan dan dikembangkan oleh semua murid dan ‘murid’nya. 

Insya Allah, semua ceramah dan kajian keislaman yang pernah beliau sampaikan adalah amal jariah. Semua tulisan beliau, baik berupa artikel dan buku insya Allah adalah amal jariah. Kemudian, dalam bingkai besar, segenap ide beliau untuk kukuhnya perjuangan umat Islam di negeri adalah amal shaleh yang berharga. Hanya Allah saja yang tahu balasan terbaik bagi hamba-Nya yang bernama Fuad Amsyari. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version