Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas Menyambangi Ponpes Al-Ishlah

Drs KH Muhammad Dawam Saleh (kanan) memperkenalkan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr HM Busyro Muqoddas SH MHum di hadapan santri di Masjid Al-Ishlah Sendangagung, Jumat 2 Februari 2024 (Gondo Waloyo/PWMU. CO)

PWMU.CO – Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas mampir ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlah Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Jumat (2/2/2024).

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2010-2011 itu hadir di Lamongan untuk memenuhi undangan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan. Busryo akan mengisi kajian bertema Memilih Pemimpin dalam Persepektif Islam. Kegiatan ini akan digelar di Masjid Ki Bagus Hadikusumo Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Sabtu (3/2/2024). 

Tetapi dia juga ingin sambang pondok besar, dia ingin tahu salah satu pesantren di pantura Lamongan yaitu Ponpes Al-Ishlah. Pengasuh Ponpes Al-Islah Drs KH Muhammad Dawam Saleh menyambut dengan hangat. Dia mengunkapkan Ponpes Al-Ishlah dirintis tahun 1986, dari jumlah santri 10 kini sudah mencapai 2.000 lebih. 

“Alhamdulillah sudah banyak juga tamu-tamu penting yang hadir di Al-Ishlah, yang baru saja adalah capres Anies Rasyid Baswedan,”  ungkap anggota Badan Wakaf Gontor ini.

Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas Menyambangi Ponpes Al-Ishlah Sendangagung. Dia berbicara hadapan santri di Masjid Al-Ishlah Sendangagung Jum’at 2 Februari 2024 (Gondo Waloyo/PWMU. CO)

Busyro Muqoddas mengatakan dia tujuan mampir ke Ponpes Al-Ishlah ini karena merupakan pondok besar. Menurutnya, pondok besar itu sumber pemimpin masa depan, yang diharapkan amanah.

“Setiap pemimpin itu dimintai pertanggungjawaban, setiap pemimpin itu harus amar makruf dan tidak boleh bohong,” tegas pria yang kini berusia 71 tahun ini.

“Maka tujuan saya hadir hanya ingin menyampaikan bahwa pondok tidak hanya mengajar tetapi mendidik beramal shaleh dan pesantren akan melahirkan pemimpin yang mampu berubah dari Sabang sampai Merauke,” tandasnya.

Alumnus SMA Muhammadiyah 1 (Muhi) Yogyakarta tahun 1968 ini bersyukur bisa bertemu dengan para calon pemimpin yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunah. (*)

Penulis Gondo Waloyo Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version