Ganjar Pranowo: Kita Diingatkan Tak Memilih Calon yang Punya Potongan Diktator

3 Ganjar Pranowo (Foto beritasatu.com)

PWMU.CO – Pernyataan penutup calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo di debat terakhir Capres 2024 berisi imbauan agar tidak memilih pemimpin yang punya potongan diktator dan otoriter. Ini terungkap pada janjinya yang kedua. 

Ganjar dan pasangannya, Cawapres Mahfud MD, punya tiga janji. Yakni taat kepada Tuhan, patuh kepada hukum dan keadilan, dan setia kepada rakyat.  

Dengan didampingi Mahfud, Ganjar bertanya retorik, “Kenapa ini harus saya sampaikan? Selama kita berkeliling, kita mendengarkan baik-baik apa yang rakyat sampaikan. Mereka sampaikan, saya catat dalam tiga hal.”   

Yang pertama, bangsa ini sering sekali dikecewakan oleh para pemimpinnya. Ganjar mengungkap, “Kita tidak mau lagi itu terjadi. Mulai dari fasilitas kesehatan yang tidak terpenuhi, pendidikan yang tidak inklusi, lapangan kerja yang tidak bisa menjangkau lebih banyak orang.”

“Atau barangkali, bagaimana 1000 kehidupan pertama untuk mencegah stunting itu mesti betul-betul dilakukan agar bangsa ini punya investasi besar terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Indonesia. Itu janji yang harus ditepati!” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (4/2/2024), Ganjar menegaskan, “Kita tidak boleh lagi membiarkan kekecewaan itu terulang dan kemarahan rakyat kemudian muncul. Lalu, mereka menjadi apatis.”

Ganjar lalu mengimbau, “Kali ini, beri suara Anda kepada calon yang konsisten, yang visioner, yang mampu mendengarkan rakyat, negarawan, reformis, dan tidak punya persoalan.”

Jaga Politik Demokrasi

Janji kedua, Ganjar mengharuskan untuk menjaga proses politik demokrasi ini dengan baik. “Kita mesti melawan politik dinasti itu yang didukung oleh mereka yang statemennya sangat terbuka, menguasai sepertiga kekayaan Indonesia. Sungguh-sungguh, rakyat merasa terluka karena statemen itu,” ungkapnya.

Adapun yang juga harus dilawan, menurutnya, ialah yang mengutamakan kepentingan keluarga menjadi di atas kepentingan segalanya. “Hari ini kampus berbicara, masyarakat sipil berbicara, dan kita sedang diingatkan agar trek demokrasi bisa berjalan dengan baik. Dan, jangan biarkan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) subur kembali di Indonesia. Kita mesti tegas menegakkan hukum!” ajak Ganjar.

Lima tahun yang lalu dalam Debat Capres 2019, Ganjar mengakui termasuk anggota Tim Kampanye Nasional Joko Widodo. “Beliau menyampaikan dan kita diingatkan untuk tidak memilih calon yang punya potongan diktator dan otoriter, dan yang punya rekam jejak pelanggar HAM, yang punya rekam jejak untuk melakukan kekerasan, yang punya rekam jejak masalah korupsi,” kenangnya.

Ganjar kemudian mengatakan sangat setuju terhadap apa yang Jokowi sampaikan itu. “Agar kriteria ini menjadi pegangan kita semua dalam memilih pemimpin, tutur Gubernur Jawa Tengah dua periode 2013-2023 itu.  

Yang ketiga, Ganjar berjanji, “Bersama Pak Mahfud jika terpilih memimpin republik ini, kami tidak akan mengecewakan rakyat. Rakyat merupakan sumber energi kami. Ruang-ruang terbuka yang mesti diakomodasi. Mereka adalah detak jantung kami. Mandat rakyat adalah amanat suci buat kami.”

Dengan basmalah, Ganjar mengajak rakyat Indonesia, “Bismillahirrahmanirrahim, kita mulai sebuah era baru Indonesia. Era di mana tidak satu rakyat pun ditinggalkan, no one left behind. Dan, kita memasuki era gotong-royong menuju Indonesia unggul.”

Ganjar akhirnya mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia. “Yang telah memberikan inspirasi, menitipkan harapan kepada pundak kami berdua,” ujar Paslon ketiga itu kemudian menegaskan, “Insyaallah, Indonesia pasti lebih baik!”

Ganjar juga berterima kasih untuk kawan-kawan partnernya, pasangan nomor satu dan dua. “Kami senang hari ini kita bisa berdiskusi, bisa berdebat, dan kita berada pada posisi yang sama-sama saling menghormati. Terima kasih, Rakyat! Untuk Indonesia yang lebih baik!,” tutupnya. 

Usai Ganjar menyampaikan pernyataan penutup, dia dan Mahfud yang kompak pakai jaket khas mereka itu lalu tos dan berpelukan. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version