Jihad Politik dan Ideologi Muhammadiyah Dibahas di PCM Krembangan

Jihad Politik
Aribowo dan Biyanto

PWMU.CO – Jihad politik dan ideologi Muhammadiyah menjadi bahasan dalam Capacity Building Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan di Auditorium AR Fachruddin Gedung SD Muhammadiyah 11 Surabaya (SD Muhlas), Ahad (4/2/2024).

Acara yang bertajuk Kolaborasi dan Optimalisasi Peran Muhammadiyah Menuju Masyarakat Berkemajuan ini menghadirkan dua pembicara, Dr Aribowo MS dan Prof Dr Biyanto MAg.

Mengawali paparannya Aribowo memotivasi dengan yel-yel yang dibuatnya. “Muhammadiyah, maju, maju, maju, yess.” Dengan serentak seluruh peserta mengikuti aba-aba yang diberikan.

“Kader Muhammadiyah sudah dididik oleh pendahulu kita yaitu KH Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah ini,” kata Ketua Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.

Aribowo mengatakan, sebenarnya politik itu pekerjaan yang mulia, karena politik itu pekerjaan mengatur dan membuat suatu keputusan yang disepakati untuk kemajuan dan kebaikan bersama.

Dosen FISIP Universitas Airlangga Surabaya ini menyampaikan pesan untuk jihad politik, pilihlah pemimpin yang amanah dan terbaik serta upayakan kader Muhammadiyah.

“Semoga kita bijak dan arif menggunakan hak pilih kita dan pemilihan umum tahun 2024 ini berjalan lancar aman dan damai,” katanya.

Sementara Prof Dr Biyanto MAg mengulas ideologi Muhammadiyah dengan menjelaskan kader Muhammadiyah harus tahu makna persyarikatan ini secara menyeluruh.

“Muhammadiyah adalah gerakan Islam (Al-halaqah al-Islamiyah),” katanya.

Maksud dan tujuan Muhammadiyah, sambung dia, menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Quran dan as-sunnah as-sahihah.

Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini, menceritakan semangat PWM Jatim dengan tagline terus bergerak tanpa menunggu.

”Untuk itu PWM Jatim belajar dari falsafah Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam terus bergerak. Karena Muhammadiyah terus bergerak, maka kita bisa melihat perkembangan Muhammadiyah yang luar biasa ini,” ujarnya.

Sambil menampilkan slide materi PPT, guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini memberikan motivasi dengan mengutip materi yang disampaikan Prof Abdul Mu’ti, bahwa kader Muhammadiyah itu bisa meneladani 17 sifat KH Ahmad Dahlan, di antaranya:

1. Ningrat tapi merakyat

2. Kritis tapi konstruktif

3. Kaya dan bersahaja

4. Alim namun tidak ekstrem

5.Teguh tapi tidak angkuh

6. Arab tapi tidak kearab-araban

7. Guru tetapi tidak menggurui

8. Taat tetapi tidak radikal

9. Berani namun rendah hati

10. Puritan tapi inklusif

11. Priyayi tapi melayani

12. Hartawan dan dermawan

13. Kiai namun tidak semuci (sok suci)

14. Elite tapi tidak elitis

15. Jawa tetapi tidak kejawen

16. Terbuka namun tidak liberal

17. Bersahabat tetapi tidak menjilat.

Mengakhiri materinya, Prof Bi panggilan akrabnya memotivasi para audiens. “Kader Muhammadiyah adalah tenaga inti penggerak persyarikatan yang memiliki totalitas jiwa, sikap, pemikiran, wawasan, kepribadian, dan keahlian sebagai pelaku atau subyek dakwah Muhammadiyah di segala lapangan kehidupan,” katanya.

Capacity building dihadiri 100 peserta dari jajaran PCM, PCA, perwakilan lembaga dan majelis, Ortom, guru-karyawan SD Muhlas serta SMP Muhammadiyah 11 Surabaya (SMP Muven).

Juga hadir anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya dr Zuhrotul Mar’ah Lailatusholichah.

Penulis Muriyono  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version