275 Santri Al-Ishlah Nyoblos di TPS Lokasi Khusus

Dua santri Al-Ishlah Sendangagung usai mencoblos di TPS Loksus 901 Ponpes Al-Ishlah Sendangagung 14 Februari 2024 (Gondo Waloyo/PWMU. CO)

PWMU.CO – 275 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi yang digelar di berlokasi di dalam kompleks ponpes, Rabo (14/2/2024).

Santri yang sebagian besar kelas XII MA Al-Ishlah ini terdaftar di TPS Lokasi Khusus (Loksus) 901 Ponpes Al-Ishlah Sendangagung.

Hal ini berdasar keterangan Maila Dwi Wardani, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Sendangagung. Ibu paruh baya ini menjelaskan, “Ponpes Al-Ishlah ini TPS loksus dari 7 loksus di Kecamatan Paciran, 1 di Ponpes Al-Ishlah Desa Sendangagung dan 6 di Ponpes Sunan Drajat Desa Drajat Paciran,” jelas ibu asli Mejero Sendangagung ini.

Sementara Kepala Desa Sendangagung Panut Supodo bersyukur akan terselenggaranya pemilu di loksus ini, hal ini diungkapkan saat meninjau langsung di TPS Loksus Ponpes Al-Ishlah.

“Alhamdulillah Al-Ishlah punya TPS loksus sehingga santri tidak perlu pulang kampung dan kegiatan Ponpes Al-Ishlah tetap berjalan sesuai jadwal,” terang kades yang masuk periode tiga masa jabatan.

Petugas PPK, PPS, dan perangkat desa didampingi polisi dan TNI foto bersama di depan TPS Loksus 901 Ponpes Al-Ishlah Sendangagung, 14 Februari 2014. 275 Santri Al-Ishlah Nyoblos di TPS Lokasi Khusus (Gondo Waloyo/PWMU. CO)

Kepala Staf Pengasuhan Santri Al-Ishlah Faried Asshidiqie Ma’shum SPdI yang menghubungkan ke KPUD Lamongan untuk pengadaan TPS di Al-Ishlah menerangkan. “Diajukan Ponpes Al-Ishlah sebagai TPS loksus ini dalam rangka mempermudah santri untuk mengikuti pemilu, dari pada harus ke kampung Desa Sendangagung atau harus memulangkan santri untuk pemungutan suara maka TPS Loksus ini sangat membantu santri mengikuti pencoblosan,” terang Wakakur MA Al-Ishlah ini.

Asifa Bethan salah satu santri kelas XII Agama2 ini merasa terbantu adanya TPS di Al-Ishlah ini. “Kalau saya pulang butuh waktu dan biaya cukup tinggi karena saya dari Flores,” tutur santri asli Desa Dikesare Lebatukan Lembata NTT ini.

“Aslinya pengin nyoblos di rumah sambil pulang kampung tapi gak mungkin karena harus menempuh 12 jam perjalanan pesawat dengan biaya 2500 sekali jalan,” pungkas santri yang ingin kuliah di UIN Jakarta ini. 

Adanya TPS di Al-Ishlah ini dan banyaknya tamu yang datang dimanfaatkan santri untuk foto bersama tamu yang terdiri dari polisi, TNI, Bawaslu  dan perangkat desa. (*)

Penulis Gondo Waloyo Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version