Nasyiah Jangan Dinomorsatukan tapi Jangan Dinomorduakan 

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur Bidang Organisasi Ifa Faridah SPd (kanan) (Shofi/PWMU.CO)

PWMU.CO – Nasyiah jangan dinomorsatukan tapi juga jangan dinomorduakan. Nasyiah butuh kita. Keluarga tetap utama tapi kita memberi waktu untuk Nasyiah.

Demikian kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur Bidang Organisasi Ifa Faridah SPd saat mengupas kebutuhan organisasi Nasyiatul Aisyiyah (NA). Yakni terkait quality time (waktu berkualitas). 

Perempuan yang sehari-harinya bekerja di TK Aisyiyah 42 Griya Bunder Asri (GBA) itu lantas mencontohkan, “Ingat, ohya aku belum bernasyiah pekan ini.” 

Pentingnya kehadiran para pimpinan ini pun ia tegaskan kembali. “Organisasi tanpa pimpinan bukan organisasi. Karena pimpinan yang menghidupkan organisasi. Keaktifan indikatornya bisa aktif rapat maupun berkoordinasi di media sosial,” terangnya.

Kebutuhan organisasi Nasyiah kata Ifa meliputi empat hal. Yaitu tajdid, peningkatan pengetahuan, human relation (relasi antar manusia), dan quality time (waktu berkualitas). Ifa memaparkan ini di sesi Organization Development Training Darul Arqam NA (DANA) yang diadakan Pimpinan Daerah NA (PDNA) Kabupaten Gresik.

Ortom Muhammadiyah

Ifa selanjutnya membahas Nasyiah sebagai organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah. “Muhammadiyah tidak eksklusif. Di mana pun Muhammadiyah hadir membawa visi misi dakwah. Sebab, banyak pula saudara non Muslim yang membutuhkan Muhammadiyah,” jelasnya. 

Ifa kemudian ingat ketika ada di Nasyiah suatu daerah yang punya kader belum berjilbab. “Jadi kalau dia (yang belum berjilbab) hadir, Bapak Ibu kita agak bertanya-tanya. Di sinilah letak gerakan dakwah kita,” ujarnya.

“Tapi kalau di Gresik berjilbab semua ya,” imbuh Ifa, Sabtu (24/2/2024) malam.  

Muhammadiyah sebagai organisasi modern juga ia paparkan. “Berawal dari kepemilikan sumber daya alam (SDA) berupa aset yang dimiliki di mana itu menunjang dakwah Muhammadiyah,” ujar mantan Ketua PDNA Kabupaten Gresik ini.

Modernitas Muhammadiyah juga tampak dari keberadaan sumber daya manusianya (SDM). “Kita boleh melebarkan sayap di politik. Tapi kita tidak boleh berambisi. Kalau kita dapat kesempatan jabatan, itu bonus dari gerakan dakwah yang kita lakukan,” ungkapnya.

Muhammadiyah juga terkenal dengan kepemimpinan yang kuat. Jika ada hal yang perlu dilakukan atau tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan di awal, Ifa mengimbau untuk mengadakan rapat. “Jangan mengadakan atau memutuskan sendiri tanpa melalui hasil rapat!” tegasnya.

Gerakan Kader

Sebagai gerakan kader, kata Ifa, Nasyiah juga menerapkan tri unggul yang ada di Kader Muhammadiyah. Baik itu unggul intelektual, gerakan sosial, maupun moral spiritual.

Pertama, unggul gerakan sosial. Ifa menyadarkan, “Kita masih fokus melakukan program yang biasanya saja. Kita masih terpaku dengan yang biasanya. Padahal organisasi tidak harus biasanya!”

“Jangan bayangkan gerakan donasi,” tuturnya, sebab kalau gerakan sosial sebatas donasi, menurutnya itu sudah biasa. 

Yang tidak biasa, menurutnya, ialah gerakan kepedulian terhadap sesamanya berupa perhatian terhadap teman. “Gerakan sosial kita awali dari samping kita, tetangga kita. Efeknya akan memperkuat organisasi kita sendiri,” ungkapnya.

Kemudian terkait unggul moral spiritual, Ifa mengimbau, “Ibadah harus kita tingkatkan. Charge! Kita kadang tahu tapi menyepelekan. Itu perlu diingatkan.” (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version