Ada yang Menangis di Munaqasah Hifdhil Quran Smutu

Ada yang Menangis di Munaqasah Hifdhil Quran Smutu. Nadia Riski Maulana (tengah) saat mengikuti Munaqasah (Bahrus Suruh/PWMU.CO)
Ada yang Menangis di Munaqasah Hifdhil Quran Smutu. Nadia Riski Maulana (tengah) saat mengikuti Munaqasah (Bahrus Suruh/PWMU.CO)

PWMU.CO – Ada yang menangis di kegiatan Munaqasah Hifdhil Quran SMA Muhammadiyah 1 (Smutu) Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Dia adalah Nadia Riski Maulana, siswi Kelas XI IPS Smutu Sumenep. Setelah diuji dengan beberapa ayat dan bisa menjawab, ia ditanya oleh ustadz penguji yakni Rusdi Alhafidz. “Apa yang kamu inginkan setelah bisa menghafal al-Quran ini?” tanya Ustadz Rusdi.

Saat itu, Nadia malah meneteskan air mata. Sambil sesenggukan ia menjawab, “Nadia ingin membahagiakan ibu di sisi Allah. Nadia ingin ibu dimahkotai oleh Allah. Nadia ingin ibu diampuni oleh Allah, dilimpahi kebaikan oleh Allah dengan bacaan al-Quran Nadia,” tuturnya terbata.

Ternyata, ibunya Nadia sudah dipanggil oleh Allah SWT sejak beberapa bulan yang lalu. Nadia mengaku ingat betul dedikasi dan bimbingan ibunya agar ia bisa terus menghafalkan al-Quran. Ia ingin bisa menghafal hingga 30 juz, setelah kini bisa mencapai 17 juz.

Nadia adalah salah satu dari 32 siswa Smutu yang sedang melangsungkan ujian hafalan al-Quran (Munaqasah Hifdhil Quran). Dalam waktu 7 hari ini, sejak Senin, (19/2/2024) hingga (28/2/2024), suasana lingkungan Smutu Sumenep diliputi bacaan al-Quran murid-muridnya yang sedang menjalani ujian.

Pelaksanaan ujian hafalan ini berlangsung di Aula Graha Puspa Matahari juga di masjid sekolah, yakni Masjid Al-Masturah. Lanturan al-Quran yang begitu indah disuarakan oleh 32 siswa. Ada yang munaqasah 1 juz (22 Anak), 2 juz (4 anak), 3 juz (2 Anak), dan 5 juz (1 Anak).

Gerakan Cinta Al-Quran

Kepala Smutu Sumenep, Damayanti SSi mengatakan, maksud diadakannya Munaqasah ini adalah untuk menjaga hafalan peserta didik yang selama ini dibimbing melalui kelas tahfidz dan Gerakan Cinta Al-Quran (GCQ) sekolah.

“Kami juga ikut menjaga hafalan peserta didik baru (kelas X) yang dulu SMP/MTs-nya pernah menghafal al-Quran,” ujar Kepala Sekolah alumnus Universitas Brawijaya Malang ini.

Ketika ditanya, apakah tidak ada yang hafal sampai 10 juz atau 15 juz? Damayanti mengatakan, “Sebenarnya ada yang sudah hafal 17 juz, seperti Ananda Nadia Rizki Maulana. Tapi karena ujian sekarang ini Munaqasah sekali duduk, maka sekolah harus menyesuaikan dengan waktu,” ucapnya

Selain itu, menurutnya, pada semester ini begitu banyak yang ikut ujian munaqasah tahfidz. “Sehingga kami juga harus membatasi waktu ujian hafalannya. Insya Allah akan disediakan waktu khusus bagi siswa yang memiliki hafalan 10 juz ke atas untuk menjalani ujian tahfidz sekali duduk,” imbuh Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sumenep ini.

Guru Tahfidh Smutu, Ustadz Ali Wafa SAg mengatakan, Munaqasah dilakukan untuk memotivasi dan menambah jumlah hafalan al-Quran siswa. Sementara itu, untuk GCQ dijadikan sebagai motivasi untuk naik grade, dari qiraah ke tahfidhul quran.

Bagi siswa yang sudah menyelesaikan ujian hafalan akan diberikan tanda kelulusan berupa sertifikat sesuai dengan banyaknya hafalan yang dijalani. Mereka juga diberi reward menarik, terutama kepada yang memiliki hafalan paling banyak,” jelasnya.

Riadi, salah satu orang tua yang putrinya ikut kegiatan ini mengaku bersyukur anaknya bisa bersekolah di SMA Muhamamdiyah.

“Hafalan anak saya tidak hilang dan bisa bertambah, karena ada perhatian khusus dari sekolah. Dan saya merasa Bahagia, karena anak akan memberikan mahkota untuk saya di hadapan Allah,” ucapnya. (*)

Penulis Bahrus Surur Editor Nely Izzatul

Exit mobile version