Menjalani Puasa Ramadhan seperti Pengantin Baru

Hasan Abidin dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Wisma Sidoajangkung Indah, Menganti, Gresik, Ahad (10/3/2024). Menjalani Puasa Ramadhan seperti Pengantin Baru (Mohammad Nurfatoni/PWMU.CO)

PWMU.CO – Menjalani puasa Ramadhan seperti penganti baru disampaikan Hasan Abidin MPd dalam Pengajian Rutin Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Wisma Sidoajangkung Indah, Menganti, Gresik, Jawa Timur, Ahad (10/3/2024).

Di awal ceramahnya, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik itu bertanya kepada jamaah, “Menyambut Ramadhan ini Bapak-Ibu sekalian senang atau senang?” katanya.

Jamaah pun menjawab, “Senang!”

Mengaitkan dengan pertanyaan itu, Ustadz Hasan, sapaannya, mengatakan yang perlu diwaspadai dalam menghadapi Ramadhan adalah perasaan biasa-biasa saja. 

“Sebab perasaan itu akan melahirkan sesuatu yang biasa-biasa saja,” ujarnya.

Oleh karena itu dia mengajak jamaah untuk merenungkan makna Ramadhan yang sesungguhnya. Salah satunya, soal niat. Menurut dia, niat ini sangat penting dalam beribadah.

“Penting niat ini, untuk menjaga betul bahwa kita punya amaliah yang frekuensinya harus dijaga,” ujarnya. 

Dia lalu mengutip hadits riwayat Bukahri-Muslim, “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan Penh perhitungan (ihtisab) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”  

Dari hadits di atas, dia mengatakan dasar melakukan puasa adalah iman. Dan iman itu yang membuat hati senang.

“Orang yang melakukan sesuatu karena senang maka semua menjadi mudah,” ujanya. 

Hasan kemudian mengaitkan isi al-Quran yang berisi perintah dan larangan. Lalu dia bertanya retoris, “Jenengan pernah nggak mengalami diperintah senang, dilarang senang?”

Menurut dia, kita pernah mengalami masa-masa seperti itu saat menjadi pengantin baru. “Jenengan itu pernah mengalami dilarang senang diperintah senang, itu kapan? Manten anyar (pengantin baru),” kata dia sambil memberi contoh larangan atau perintah dari pasangan suami istri yang sama-sama membuat senang hati pasangannya.

Ketika perintah dan larangan dijalankan dengan perasaan senang maka itu buah dari iman. Oleh karena itu perintah puasa Ramadhan ditujukan pada orang-orang yang beriman, sebagaimana al-Baqarah 183: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

“Orang yang beriman itu intinya orang yang senang sama Allah. Orang yang senang karena Rasulullah. Diperintah Allah senang, dilarang Allah juga senang,” katanya. 

Itulah yang menyebabkan puasa menjadi ringan. Sebaliknya, tanpa iman, menjalankan ibadah puasa menjadi sangat berat. 

Di bagian lain ceramahnya, dengan mengkaji surat Ali Imran ayat 133-134, Ustadz Hasan membahas ciri-ciri orang bertakwa—buah dari puasa Ramadhan. Yaitu orang yang berinfak di waktu lapang dan sempit, menahan amarah, suka memaafkan kesalahan orang lain, dan selalu berbuat baik. (*)

Penulis Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version