Empat Hakikat Puasa yang Wajib Diketahui

Empat hakikat puasa dikupas dalam Tabligh Akbar dalam rangka Gebyar Ramadhan yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PDM Kota Batu di Masjid at-Taqwa Kota Batu, Ahad (24/3/2024). (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Empat hakikat puasa dikupas dalam Tabligh Akbar dalam rangka Gebyar Ramadhan yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Batu di Masjid at-Taqwa Kota Batu, Ahad (24/3/2024).

Materi tersebut disampaikan oleh Dr Muhammad Sholihin Fanani MPSDM, Wakil Ketua PWM Jatim bidang Tabligh. Di awal kajian, Solihin menyampaikan ada dua sifat manusia yang hanya bisa diperangi oleh diri sendiri. Kedua sifat tersebut adalah malas dan lupa.

“Malas dan lupa itu sifat manusia. Yang bisa mengobati hanya diri sendiri, dokternya ya diri sendiri juga. Oleh sebab itu, mumpung ini bulan Ramadhan, jangan sampai ibadah puasa membuat kita semakin malas. Harus membuat kita makin semangat,” katanya.

Dia menyampaikan tanda orang mendapat nikmat iman dan Islam adalah semakin lama semakin yakin serta semakin lama semakin rajin dalam beribadah.

Selanjutnya dia menjelaskan tentang empat hakikat puasa menurut Ulama Rasyid Ridha. Pertama, tarbiyatul iradat, yaitu puasa untuk mendidik keinginan manusia, karena keinginan manusia itu tidak terbatas bahkan kadang-kadang melampaui batas dalam segala hal.

Untuk mengendalikan keinginan tersebut, maka bulan Ramadhan harus dimaksimalkan dengan meningkatkan ibadah shalat, membaca al-Quran, dan infak.

Kedua, tarekatul malaikat. Berpuasa itu seperti sedang meniti jalan hidupnya malaikat. Malaikat hanya berbuat untuk Allah, mengikuti semua perintah Allah.

Ketiga, tarbiyatul Ilahiah (pendidikan ilahi) yaitu pendidikan tentang ketuhanan, ketakwaan. Misalnya, Allah Maha Sabar, maka dengan puasa kita diminta bersabar. “Ada tiga jalan ketakwaan, yaitu rajin berinfak, mengendalikan diri (emosi), dan memaafkan orang lain,” ujarnya.

Keempat, tazkiyatun nafs (membersihkan jiwa). Puasa dapat mengendalikan nafsu negatif yang ada dalam diri manusia yaitu nafsu kebinatangan. Di antara nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia adalah tidak punya rasa malu, sombong, dan berani menyakiti makhluk lain.

Di akhir kajian, dia berpesan agar setelah mengetahui hakikat puasa, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik daripada sebelumnya. (*)

Penulis Khoen Eka. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version