Giat dan Gigih Kunci Sukses Interaksi dengan Al-Quran

Syaikh Husein (Kiri) mengisi Kajian Tabligh Akbar di Smamda (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Giat dan Gigih Kunci Sukses Interaksi dengan Al-Quran disampaikan Syaikh Husein Ibn Ali Barahmah Al-Makky dalam Kajian Tabligh Akbar SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, Sabtu (23/3/2024).

Syaikh Husein Ibn Ali Barahmah Al-Makky nama lengkap imam asal Mekkah yang menjadi narasumber utama. Sosoknya banyak dikenal karena pengalamannya dalam menimba ilmu di Mekkah. Melalui kesempatan yang baik ini, dia turut bercerita bagaimana proses belajar dan interaksinya dengan Aal-Quran.

Kajian ini merupakan serangkaian dari kegiatan Marhaban Yaa Ramadan Smamda tahun 2024 serta mengusung tema Gen Z Berinteraksi dengan al-Quran. Diikuti oleh seluruh siswa Smamda mulai dari kelas X-XII.  Tak lupa seluruh guru dan karyawan Smamda turut hadir pula menyimak kajian di Masjid Nurul Ilmi Smamda itu.

Syaikh Husein bercerita, proses belajar ia lakukan dengan tekun dari masjid ke masjid, sehingga mampu menyelesaikan hafalan Quran bahkan sejak umur 13 tahun. “Salah satu rahasianya adalah punya sikap tawadhu dan hikmat ketika belajar pada para ulama besar,” ungkapnya.

Syaikh Husein yang juga dikenal sebagai pembina Griya al-Quran itu, turut membagikan pengalaman masa kecilnya hingga bisa menjadi hafiz meskipun di usia yang masih belia. “Saya mulai menghafal di usia 7 tahun. Pada masa itu banyak yang memotivasi saya untuk menghafal al-Quran,” tegasnya.

Dukungan yang dia terima tentu dari keluarga, pertama dan utama. “Keluarga sangat mendukung untuk belajar apa yang ada dalam Aa-Quran, alhamdulillah keluarga juga hafidz semua. Selain itu, ada murabbi (pembimbing) yang terus memotivasi untuk menghafal al-Quran,” ucapnya.

Dia mengingatkan jika ada seseorang entah itu kerabat, keluarga, siapapun yang ingin berbuat baik maka harus didukung. Apalagi jika menyangkut agama dan kitab suci umat muslim. Di usia 7 tahun itu, Husein mampu menghafal 2 juz, saat itu baginya terkesan sedikit, mengingat lingkungannya adalah hafidz. Mulai dari orangtua, saudara, semua menjadi penghafal al-Quran. Namun dia pantang menyerah, disiplin adalah kuncinya untuk terus menghafal dan menjadi seorang hafidz.

Dia juga membagikan kisah mudanya. Husein muda bersekolah mulai dari pukul 7 pagi dan berakhir pukul 13.00. Selepas pulang sekolah dimanfaatkannya untuk makan dan istirahat. “Setelah Ashar hingga Isya adalah waktunya menghafal al-Quran di masjid. Keluarga pun demikian, ayah, kakak, semua di masjid untuk menghafal,” jelasnya.

Ini penting apalagi untuk kaum muda yang saat ini akrab dijuluki Generasi Z atau Gen Z. Anak-anak muda itu masa-masa emas dalam kehidupan sangat mudah untuk belajar. “Dulu, orangtua melarang saya untuk kembali ke rumah bila belum Isya dan belum hafalan, itulah yang saya kenang hingga sekarang”, jelasnya.

Peran seorang murabbi (pembimbing) juga tak kalah pentingnya dalam proses belajar. “Saya memiliki dua murabbi (pembimbing) yang paling berpengaruh. Pertama, murabbi awal saya sangat keras dalam mendidik untuk menghafal. Bila tidak menghafal dihukum, sering sampai nangis, dan bila pulang saya lapor orangtua,” kenangnya.

Namun apa yang terjadi? Sesampainya di rumah dan melapor kepada orangtua, justru tidak didengarkan, orangtua malah membela murabbi untuk lebih keras dalam mendidik, pola disiplin ini yang memacu Husein untuk terus menghafal dan mendalami makna-makna dalam al-Quran.

“Ada juga murrabi kedua. Ini yang paling berpengaruh, dia orangnya baik, tidak mudah marah, dan metode yang dikenalnya ketika mendidik muridnya yang bisa membuat saya cepat menghafal,” ujarnya. “Sistemnya reward and punisment. Bila menghafal diberi reward, bila tidak menghafal diberi hukuman,” tambahnya.

Ada momen yang sangat berkesan, dulu pernah mendapat reward. Hadiahnya menjadi imam salat Isya yang makmumnya ada ayah, keluarga dan orang-orang tua, ini membuat rasa kebanggan tersendiri di hati.

Momen-momen masa muda itu mengantarkannya pada kegigihan dan semangat yang membara dalam berinteraksi dengan Al Quran.

“Gerbangnya di usia 13 tahun saya sangat bersyukur diberikan kesempatan Allah untuk menjadi hafidz al-Quran,” lanjutnya.

Syaikh Husein menyebut di usia yang sudah masuk kepala tiga saat ini perasaan syukur tak henti-hentinya dia ucapkan, diberikan kesempatan untuk membagikan ilmu yang insyaAllah bermanfaat untuk anak-anak muda di Smamda. (*)

Penulis Fibrina Aquatika. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version