Abdul Mu’ti, Kentut, dan Puasa Ramadhan

Aribowo: Abdul Mu’ti, Kentut, dan Puasa Ramadhan (Foto unair.ac.id)

Abdul Mu’ti, Kentut, dan Puasa Ramadhan; Oleh Dr Aribowo MS, Dosen FISIP Universitas Airlangga, Ketua Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

PWMU.CO – Prof Dr Abdul Mu’ti itu tokoh yang cerdas, pintar, dan bahasanya gampang dicerna. Tapi yang paling penting, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu, lucu setengah mati. Banyak orang selalu menunggu sesi Abdul Mu’ti, diletakkan jam berapa pun, suasana selalu hidup, terhibur, lucu, namun isi ceramahnya selalu bagus.

Saat Kajian Ramadhan 1445 PWM Jawa Timur, Sabtu (16/3/2024), di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Mu’ti memberi materi dengan tema Menunaikan Amanah, Menepati Janji Politik

“Saya bicara harus hati-hati, pertama karena ini siang hari, waktunya istirahat. bulan puasa. Kedua, saya bicara harus hati-hati karena saya bicara di hadapan orang-orang yang sedang patah hati,” ujarnya disambut ketawa hadirin.

Profesor satu ini pintar menyindir orang dengan bahasa halus, lucu, dan tidak menyakitkan hati. Pengajian rutin tahunan dibulan Ramadhan itu dihadiri ribuan pengurus, kader, dan pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur.

Siapa pun paham, sebagian besar jamaah pengajian itu pendukung paslon (pasangan calon) presiden 01, Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin). Sebagian besar mereka “anti” paslon 02. Itu yang disindir Mu’ti jamaah pengajian itu sebagai “orang-orang yang sedang patah hati” (OSPH).

Kemenangan besar paslon 02 Prabowo-Gibran dan kekalahan telak Amin membuat OSPH penasaran. Ada banyak bisik mersik yang bersifat TSM (terstruktur, sistematis, dan masif) tentang kecurangan, intimidasi, kriminalisasi, mobilisasi, dan money politics baik dalam bentuk bansos maupun tetesan uang para cukong. 

Namanya saja bisik mersik, pasti suaranya pelan, lembut, dari telinga ke telinga, dan susah dibuktikan. Kira-kira kecurangan, intimidasi, kriminalisasi, dan money politics pemilu 2024 itu persis kentut. Baunya mulek dari hidung ke hidung sampai orang puyeng, tapi tidak ada bentuk, wujud, dan tidak bisa diraba.

Aroma bau kentut itu konon dilakukan oleh state apparathuse repressive, dan juga kepala daerah, kepala desa dalam ancaman kriminalisasi. Banyak orang menilai pemilu 2024 adalah pemilu terburuk pascareformasi. Kata Mahfud MD: pemilu 2024 adalah pemilu paling brutal.

Tampaknya aroma kentut itu telah mulek dalam hidung OSPH itu. Tidak heran kalau mereka terkagum-kagum, senang, cocok, dan “dekat” dengan materi ceramah Eep Saefullah Fatah. Di samping Eep mengemukakan ceramahnya dengan menarik, cerdas, gamblang, namun kritis. Sangat kritis terhadap Presiden Joko Widodo dan paslon 02.

Eep menjadi bintang di sesi pagi itu. Sementara Hasan Nasbi, juru bicara paslon 02, menjadi “pecundang” di sesi tersebut. Mungkin materi ceramahnya tidak menarik, tampilan Nasbi tampaknya bagi para OSPH itu enak jadi samsak.

Ruangan pengajian itu jadi gaduh “menghantam” Nasbi. Padahal para OSPH itu sedang puasa semua. Bulan Ramadhan. Bulan kesabaran. Bulan kesantunan. Bulan ketakwaan. Rupanya politik melunturkan ayat-ayat puasa Ramadhan.

Di sisi lain, kentut yang mulek di dalam hidung massa jika dibarengi dengan deprivasi relative bisa menimbulkan destruktif. Di sini bagusnya pengajian Ramadhan PWM Jatim 1445 yang mengundang Eep dan Mu’ti. Kekecewaan tersublim dalam tampilan Eep dan kemudian dibalut dengan kelucuan dan kecerdasan Mu’ti. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version