Umat Berkemajuan dengan Kemurnian Tauhid

M Najih Ihsan saat berkhotbah (Hilman Sueb/PWMU.CO)

PWMU.CO – Umat berkemajuan dengan kemurnian tauhid judul khotbah shalat Idul Fitri 1445 H oleh khotib Drs H M Najih Ihsan MAg di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat Lamongan Jawa Timur dan di Lapangan Sawonggaling, Rabu (10/4/2024).

Mengawali khutbahnya, dia menjelaskan prinsip dalam puasa tersebut adalah adanya niat yang kuat. Sebab, menuturnya, niat merupakan bagian terpenting dalam amal perbuatan manusia.

“Dengan niat hanya karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala, seseorang akan mendapatkan energi besar yang luar biasa di luar kekuatan rata-rata manusia pada umumnya,” jelas Anggota MajlisTabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.

Najih Ihsan mengajak hadirin merenungkan dan menggali kembali makna tauhid, Lailaa ilaaha ilallah, yang merupakan dakwah Nabi Muhammad Saw. Tuhan itu bisa diri sendiri, bisa uang, patung, pohon besar, harta dan kedudukan.

Kalimat tauhid itu, sebagai pengakuan kita dihadapan Allah Subhaanahu wa Ta’ala, tiada yang berhak untuk dituhan-kan kecuali Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Najih ihsan juga menyatakan bahwa tauhid itu dapat mendorong perkembangan umat dan masyarakat ke arah berpikir kritis dinamis, rasional dan terbuka, ujar

Dalam Alquran kalimat tauhid disebut kalimat thoyyibah ujar Najih Ihsan, sebagaimana terdapat dalam surat Ibrahim : 24-25,

“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu, untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

Tauhid harus dijaga kemurniannya agar membawa manusia sejati, bahagia lahir batin. Sebab tauhid itu menimbulkan rasa aman dan sentosa, asal tidak dicampuri noda-noda Syirik.

Lawan Tauhid adalah syrik lanjut Najih Ihsan. Dalam al-quran, Syirik termasuk dosa besar yang tidak diampuni Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Praktik syirik akan menghasilkan pembelengguan dan pemerosotan harkat dan martabat manusia. Hal ini berarti melawan fitrah kejadian manusia sebagai makhluk yang paling tinggi dan dimuliakan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Najih menerangkan secara siingkat tentang bahaya syirik, pertama syirik menghinakan kemuliaan manusia dan menurunkan derajat dan martabatnya.

“Kedua syirik adalah sumber dari segala sumber ketakutan dan kecemasan. Ketiga syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat, keempat syirik adalah sarang kebatilan dan khurafat,” katanya.

Najih Ihsan menyatakan, masyarakat yang bertauhid adalah masyarakat yang mendapat petunjuk lanjutnya. Masyarakat yang suka mendengar perkataan, pendapat, kemudian berusaha memahami apa yang ia dengan dan mengikuti yang terbaik.

Sebagai akhir khuthbahnya, dia mengatakan bergembiralah mereka yang mengikuti perkataan dan mengambil yang terbaik. “Semoga kita dapat mempertahankan tauhid dan tidak terjebak syirik,” harapnya. (*)

Penulis Hilman Sueb. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version