Idul Fitri Tak Ada Kaitannya dengan Minta Maaf

Idul fitri tak ada kaitannya dengan meminta maaf diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan Drs H Abu Nasir MAg.
Abu Nasir di Halalbihalal Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Sumbersari Kabupaten Jember (Muhammad Fajar Al Amin/PWMU.CO)

PWMU.CO – Idul fitri tak ada kaitannya dengan meminta maaf diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan Drs H Abu Nasir MAg.

Hal itu ia sampaikan dalam acara Halalbihalal Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Sumbersari Kabupaten Jember Jatim, Ahad (21/4/2024).

Halalbihalal tersebut dilaksanakan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Budi Mulia Sumbersari – Jember. Acara ini sekaligus bersamaan dengan acara peletakan batu pertama untuk pembangunan Kampus 2 LKSA Budi Mulia tahap ke-2.

Dalam ceramahnya Abu Nasir mengatakan, sebenarnya dalam idul fitri itu tidak ada kaitannya dengan maaf-maafan. Karena saling meminta dan memaafkan itu  merupakan kesalahan dalam bentuk adami atau bersifat manusiawi, antar kita sendiri.

“Jika bapak dan ibu sekalian ini punya salah hari ini, terus kemudian meminta maafnya menunggu idul fitri tahun depan. Kira-kira apakah sempat bertemu jika kematian lebih dahulu sampai? Belum sampai idul fitri yang akan datang dan kita meninggal duluan. Itu nanti kita akan ditagih di akhirat,” ungkapnya.

Ucapan yang Dianjurkan

Namun, lanjutnya, boleh saja memanfaatkannya sebagai momen untuk bermaafan. Tetapi aslinya usai Ramadhan dan memasuki idul fitri Nabi Muhammad menganjurkan para sahabat itu untuk mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum. Artinya Ya Allah terimalah ibadah kami dan ibadah kamu sekalian.

“Karena itu para ulama salaf dalam enam bulan usai Ramadhan menggunakannya untuk berdoa agar seluruh ibadahnya Allah terima. Lalu memanfaatkan sisa enam bulan selanjutnya meminta dan berdoa kepada Allah agar usia dan waktu kehidupannya sampai kembali di bulan Ramadan,” ujarnya.

“Berbeda dengan kita, saya, dan bapak ibu sekalian. Saat Ramadhan telah usai kemudian merayakan datangnya idul fitri menyelenggarakan halalbihalal. Dan setelah selesai semua itu maka selesai semuanya. Seolah-olah kita ini sudah yakin ibadah kita sudah Allah terima selama Ramadhan, dan seolah-olah sudah yakin bahwa kita akan bertemu dengan Ramadhan di tahun yang akan datang,” ujarnya disambut tawa hadirin.

Setelah ucapan taqabballahu minna wa minka atau waminkum, sambungnya, ada ulama besar dari Andalusia memberikan sebuah ucapan yang sering kita dengar yaitu Minal aidin wal faizin, yang artinya bukan mohon maaf lahir dan batin. Tetapi arti sebenarnya adalah kita menjadi orang-orang yang kembali dan kita menjadi orang orang yang menang.

“Kata aidin yang berarti kembali mengacu pada kata idul fitr yang memiliki arti iftar yaitu kembali berbuka atau makan. Maka orang-orang terdahulu saat usai ramadan dan menyambut idul fitri setelah saling mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum, mereka berkumpul dengan kerabat untuk makan bersama,” jelasnya.

“Jadi kalau melihat ada orang Islam atau kelompok yang setelah idul fitri tidak melaksanakan kegiatan apa-apa lagi, seperti halalbihalal, kunjung-kunjung dari rumah ke rumah, maka mereka itu melaksanakan idul fitri sebagaimana aslinya,” imbuhnya. (*)

Penulis Muhammad Fajar Al Amin. Editor Sugiran.

Exit mobile version