Pecah Tangisan di Wisuda SMPM 12 Sendangagung, Inilah Sebabnya

Pecah tangis haru saat Ainin Khusnul Khuluqi juara ke -1 kelas IX SMPM 12 Sendangagung memeluk ibunya (Shofiyatun) di atas panggung wisuda, Ahad 19 Mei 2024 (Gondo Waloyo/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pecah tangisan di Wisuda SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur yang digelar, Ahad (19/5/2024).

Pecah tangisan tak terbendung manakala Ainin Kusnul Khuluqi, juara peringkat pertama dari 372 siswa siswi SMPM 12 diminta naik panggung kehormatan oleh Waka kurikulum Kuswaji ST MPd dan setelah diminta pula ibunya sebagai orang yang paling berjasa dalam hidupnya.

Di hadapan 1000 hadirin yang mengikuti kegiatan sakral tahunan ini, Shofiyatun ibu atau orang paling dikagumi Ainin (sapaan akrab Ainin Khusnul Khuluqi) diajak naik panggung, dipanggil anaknya yang sedang menjadi pusat perhatian karena prestasinya.

Dengan sedikit tergopoh shofiyatun memenuhi panggilan anaknya yang lebih dulu naik panggung karena harus menerima piagam dari Kepala Sekolah, Aminuddin SPd. Meski sedikit gamang dan diliputi perasaan grogi karena disaksikan ribuan hadirin tibalah ibu ini di atas panggung dan langsung mendekap anaknya erat-erat, seolah ingin melampiaskan rasa bangganya kepada anaknya.

Drama tangis haru tak bisa terelakkan ketika sang anak menempel di dada ibunya, ribuan hadirin terdiam tenggelam dalam suasana haru biru di atas panggung wisuda. Entah apa yang dibisikkan sang anak, yang jelas ada makna ungkapan terimakasih kepada ibu yang selama ini telah memberikan semua pengorbanan.

Ditanya oleh kontributor PWMU.CO tentang penyebab tangisan haru, ibu kelahiran 16 Juni 1979 itu menjawab, “Yang bikin haru Ainin masih bisa bertahan di tengah persaingan yang ketat, (terbaik dari 372 santri) dan tak terasa sudah 3 tahun di SMPM 12 dan kini mau keluar, serasa baru kemarin mendaftarkan sekolah, kini lulus dengan predikat membanggakan,” cerita ibu yang beralamat 40A RT 3 RW 6 Jalan Madrasah Babat Lamongan ini.

Tangisan juga berlanjut ketika ayah Ainin (Moch Zah’roni Bastomi) didaulat mewakili wali santri kelas IX. Dalam sambutannya dia sempat tersengal nafasnya karena menahan tangis haru.

“Di depan ribuan hadirin dan nama anakku disebut berulangkali karena prestasinya menjadikan suara saya mendadak serak parau dan air mata menetes tidak terasa,” tutur pria kelahiran 27 September 1976 ini.

Kepala Staf Pengasuhan Santri Putri Ponpes Al-Ishlah, Khusnul Mawaddah ST mengakui Ainin anaknya taat dan rajin, “Maka tidak diragukan lagi kalau dia anak istimewa dengan segudang prestasi, dia hafal 5 juz Alquran, juara ke-1 pararel dari 372 santri dia juga juara ke-1 di kelasnya, juara ke-4 di Madin. Berbagai perlombaan yang diikutinya juga menorehkan penghargaan.”

Juara II di MAN Babat, juara I di Sidoarjo, dan meraih  medali emas dalam cabang Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ) di OlimpicAd Bandung,” terang ustadzah lajang yang bulan depan akan menuju ke pelaminan. (*)

Penulis Gondo Waloyo. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version