Menghindari Suhu Ekstrem Makkah, Pilih Thawaf Malam

Kepadatan Masjid al-Haram. Menghindari Suhu Ekstrem Makkah, Pilih Thawaf Malam (Mustain Masdar/PWMU.CO)

Menghindari Suhu Ekstrem Makkah, Pilih Thawaf Malam; Liputan Kontributor PWMU.CO Mustain Masdar dari Tanah Suci

PWMU.CO – Rombongan jamaah calon haji kloter 8 Surabaya memilih melaksanakan thawaf malam hari, Kamis (23/5/24) karena suhu Kota Makkah di siang hari mencapai 43 derajat celsius.

Keputusan itu diambil melalui rapat di Hotel Arjwan Rose Kota Madinah Kamis (16/5/24).Rapat koordinasi dilakukan oleh ketua kloter, pembimbing kloter, dan masing-masing pembimbing KBIHU, kepala rombongan (karom) dan kepala regu (karu).

Hasil yang disepakati, antara lain: pelaksanaan thawaf wajib dalam rangka umrah dilaksanakan malam hari. Dalam hal pendamping, dikembalikan ke kelompok masing-masing supaya mudah koordinasinya.

Setelah kesepakatan tersebut, pembimbing KBIHU Labbaik RSML Shodikin MPd secara berturut-turut melaksanakan taklim manasik dan simulasi pelaksanaan thawaf terhadap rombongan 5 dan 6 hari Sabtu (28/5/24). Kemudian rombongan 7, 8, dan 9 hari Senin (20/5/24). Tempatnya di aula hotel lantai M. 

Sesampainya di Kota Makkah, Rabu (22/5/24) pukul 16.15 WAS, jamaah istirahat di hotel, shalat jamak takhir Dhuhur dan Asyar. Demikian pula shalat Maghrib dan Isyak juga dilaksanakan di hotel. 

Pukul 21.00 waktu setempat, karom dan karu mulai memberi tahu baik lewat WA group mapun door to door masing-masing kamar hotel. Hampir satu jam menunggu bus datang, jamaah dikelompokkan sesuai rombongannya masing-masing. 

Kurang lebih pukul 21.30 bus shalawat dengan nomor punggung 19 mulai datang satu persatu. Berangkatlah jamaah menuju Masjid al-aram untuk melaksanakan umrah. Bus inilah yang akan melayani jamaah dari ‘rumah’ nomor 901 sampai 907 daerah Misfala untuk pergi ke masjid dan kembali ke hotel selama hampir satu bulan di Makkah. 

Melaksanakan Umra

Sesuai simulasi, jamaah kloter 8 membentuk barisan empat lajur dengan menempatkan jamaah perempuan di tengah yang diapit jamaah laki-laki di kanan-kiri (yang suami istri, tentu posisinya langsung sejajar dan selalu diusahakan bergandeng tangan).

Skenario ini relatif lancar. Jamaah bisa tetap dalam rombongan dan terus berkumpul dengan muthawifnya. 

Pilihan malam, demi menghindari cuaca kota Makkah yang relatif ekstrem 43 derajat celcius, juga untuk menghindari kepadatan jamaah. 

Tetapi, masyaallah, lautan manusia penuh sesak. Seluruh pelataran Ka’bah penuh manusia yang melaksanakan thawaf. 

Terharu, bergetar hingga meneteskan air mata ketika melewati lampu hijau dan ucapan Bismillahi allahu akbar dikumandangkan sambil menengok ke kiri arah Hajar Aswad. 

Demikian yang dirasakan dan diungkapkan oleh jamaah, termasuk Sanaji, asal Waruwetan,Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan ini. Kemudian mundur ke belakang ke ‘maqam’Ibrahim untuk shalat sunah dua rakaat. “wattakhiżụ mim maqāmi ibrāhīma muṣallā“.

Pascashalat, kami berdoa. Memanjatkan doa minta ampunan, dimudahkan urusan dunia, istikamah dalam kebaikan dan tentu minta untuk saudara, anak, dan cucu segera dipanggil Allah untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah. 

Rangkaian umrah dilanjutkan sai dan diakhiri tahalul. Pukul 02.00 dini hari waktu setempat mayoritas jamaah memilih kembali ke hotel untuk istirahat, cuci badan, dan ganti pakaian. Shalat Subuh ada yang kembali ke Masjid al-Haram ada yang memilih jamaah di mushala hotel. Alhamdulillah rangkaian umrah selesai. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version