Cita-Cita Wisudawan Itu Memancing Tawa Hadirin

Cita-Cita Wisudawan
Murid SMamga Jember Jundi Madani Emha saat wisuda kelulusan. (Humaiyah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Cita-cita wisudawan SMA Muhammadiyah 3 (Smamga) Jember diumumkan saat acara pelepasan bertajuk Sayonara yang diadakan di Aula Gedung Zainuri Unmuh Jember, Senin (20/5/2024).

Acara Sayonara ini bertema bertema Menutup Lembar Lama untuk Membuka Lembaran Baru.

Setiap siswa naik ke panggung kemudian pembawa acara membacakan cita-cita wisudawan. Ada yang  bercita-cita menjadi guru, dokter, pengusaha, pembasmi koruptor.

Hadirin menjadi terbahak-bahak ketika pembawa acara membacakan cita-cita agak nyleneh dari satu wisudawan. ”Ingin menjadi abdi negara beristri dua,” kata pembawa acara.

Spontan mendengar itu, semua hadirin tergelak tawa. Sementara wisudawan yang punya cita-cita itu hanya cengengesan di atas panggung.

Lain lagi dengan wisudawan Jundi Madani Emha. Ketika pembawa acara memanggil namanya, dengan setelan jas hitam dia melangkah menuju Kepala SMA Muhammadiyah 3 Jember Soni Bachtiar SE SPd untuk pengalungan gordon dan mencium tangannya.

MC membacakan cita-citanya yang agak formal. ”Cita-cita menjadi salah satu tokoh penting dalam merealisasi Indonesia Emas 2045.” Tepuk tangan meriah membahana.

Usai acara, Jundi menghampiri dan memeluk ibu, Humaiyah. Dia menangis berurai air mata. ”Terima kasih, Bu, sudah berjuang untukku sampai titik ini. Aku menulis cita-cita itu, aku ingin Indonesia lebih baik untuk semua orang,” katanya.

Jundi murid pindahan dari Pondok Pesantren al-Ishlah Paciran Lamongan. Dia masuk SMA Muhammadiyah 3 Jember di akhir semester ganjil kelas 10. Dia memilih jurusan bahasa di SMA yang terletak di Jalan Mastrip 3 itu.

Dia aktif di IPM Jember menjadi Sekretaris Bidang Kajian Dakwah Islam periode 2021-2023. Dia menjadi santri pertama di Muhammadiyah Boarding School (MBS) SMA Muhammadiyah 3 Jember pada awal  Januari 2022.

Rumahnya di Tanggul. Karena itu dia tinggal di asrama MBS. Hari pertama di asrama MBS dia datang paling awal sehingga sendirian. Hari berikutnya satu persatu santri lainnya mulai berdatangan.

Hidup di asrama hanya bertahan empat bulan. Kemudian dia mendegar kabar ibunya sakit. Berkali-kali keluar masuk rumah sakit. Akhirnya dia memutuskan tidak tinggal di asrama. Supaya setelah selesai belajar di MBS bisa menjaga ibunya bergantian dengan ayahnya.

Dia mendapat tawaran tinggal di Kantor Lazismu Jember yang dekat dengan MBS.  Hidup di luar asrama lebih mudah meminta izin untuk menjaga ibunya yang harus menjalani transfusi berkali-kali.

Ibunya harus operasi angkat kandungan. Kemudian mengalami pecah pembuluh darah di otak. Beberapa kali harus menjalani operasi. Dia sedih melihat penderitaan ibunya.

”Ya Allah berilah jalan terbaik untuk ibuku. Berilah kesembuhan dan sehat seperti awalnya.” Doa itu selalu dia ucapkan ketika shalat dan menunggu ibunya operasi di RS Subandi Jember.

Hari-hari itu dia sering menyusuri jalan antara MBS ke Rumah Sakit dr Subandi  atau pulangnya. Berkali-kali. Di sore hari bahkan lebih sering di malam hari. Di setiap langkah dia berdoa untuk kesembuhan ibunya.

Ketika ayahnya antre mengambil darah di PMI, dia menjaga di rumah sakit. Ketika ayahnya datang, dia kembali ke sekolah.

Di sela belajar dan menjaga ibunya, Jundi masih sempat menyelesaikan tugasnya menjaga stan pameran UMKM yang di selenggarakan Pemkab Jember.

Itu kenangan dia selama belajar di MBS. Bersyukur dia kepada Allah karena ibunya kini berangsur semakin sehat.  

Penulis Humaiyah   Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version