Siswa Mamsa Belajar Bikin Ecoenzym

Siswa Mamsa praktik membuat ecoenzym, Jumat (24/5/2024) (Chilmiyati/PWMU.CO)

PWMU.CO – Siswa Mamsa Sidayu Gresik Jawa Timur belajar membuat ecoenzym, Jumat (24/5/2024).

Pukul 08.00 WIB kegiatan Workshop Pembuatan Ecoenzym dimulai. Ada dua perwakilan siswa dari MA Muhammadiyah 1 (Mamsa) Sidayu yang bergabung dengan sekolah SMP 9 Muhammadiyah Golokan Sidayu mengikuti kegiatan workshop tersebut.

Dalam kegiatan workshop dipandu oleh Tim Pendamping  dari Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LHPB) Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Sidayu.

Tim Pendamping PCNA Sidayu Mufidah Ahmad SH mengatakan ecoenzym merupakan larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik, misalnya ampas buah dan sayuran, gula tebu atau gula merah serta air yang memiliki warna coklat dengan aroma fermentasi asam manis.

“Ecoenzym memiliki beragam manfaat, antara lain sebagai pupuk tanaman, pembersih kloset, pengusir tikus, sabun cuci piring, pembersih sayuran, obat kumur,” katanya.

Dia menjelaskan, kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi sampah makanan, karena memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang. Selanjutnya, mereka langsung praktik membuat ecoenzym.

Dia menjelaskan bahan-bahan pembuatan ecoenzym meliputi jirigen lima liter, aqua botol ukuran 1500ml, selang. Timbangan dan  tiga jenis kulit  buah nanas, jeruk serta semangka (kulit buah yang digunakan  banyak mengandung air). Gula merah, air satu liter dan 400ml, isolasi, serta gunting.

Adapun langkah-langkah pembuatan ecoenzym di antaranya siapkan kulit buah yang sudah dikupas dan gula merah. Timbang kulit buah sebanyak 300 gram dan gula merah 100 gram, lalu isi air ke dalam jirigen sebanyak satu liter air kemudian masukkan gula merah hingga larut tercampur dengan air.

“Kemudian masukkan potongan kulit buah yang sudah ditimbang ke dalam jirigen yang  berisi larutan gula merah. Lalu isi botol 600ml dengan air 400ml sebagai pengganti radiator serta beri lubang di tutup botolnya,” ucapnya.

Sambil menunggu hasilnya, anak-anak terus dipantau untuk mengetahui perkembangan ecoenzymnya. Nanti, bisa dibantu cek kondisi botol yang hanya berisi air (sebagai ganti radiator) apa dalam keadaan mengeras apa tidak.

“Jika kondisi botol mulai mengeras diminta untuk melubangi celah bagian atas botol dangan jarum pentul sebanyak sepuluh lubang. Tapi jika kondisi botol masih belum mengeras tidak perlu diberi lubang. Sebab menunggu hasilnya masih lama sekitar tiga bulanan,” jelasnya.

Dia berharap dengan kegiatan itu bisa menambah pengetahuan, ilmu dan wawasan siswa tentang ecoenzym. Sehingga bisa bermanfaat menghasilkan sesuatu yang berdaya guna dan mengurangi sampah.

“Selain itu, ecoenzym bisa dibuat sendiri, juga memiliki banyak keuntungan baik bagi pengguna maupun lingkungan sekitarnya,” ungkapnya.

Siswa kelas Fase E Khoirul Amin mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini. Dia bisa praktik langsung membuat ecoenzym, jadi tidak hanya teori saja yang diterima.

“Meskipun butuh kesabaran dan ketelatenan. Ini ilmu baru yang bisa diterapkan di sekolah. Jika hal itu dilakukan maka dapat mengurangi sampah rumah tangga dengan mengolahnya menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali,” akunya. (*)

Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version