Kisah Lamaran Salman al-Farisi, Endingnya Bikin Baper

Kisah lamaran Salman
Muhammad Mufidz ceramah di Kajian Ngopi Ndelik PCPM Kedungwaru Tulungagung, Sabtu 1 Juni 2024. (Maryudi Utomo/PWMU.CO)

PWMU.CO – Kisah lamaran Salman al-Farisi, sahabat Nabi, kepada  wanita Madinah menjadi bahan kajian di acara kajian Ngopi Ndelik.

Acara ini diadakan oleh Pemuda Muhammadiyah Kedungwaru dan Remas al-Fattah didukung oleh Lazismu Tulungagung berlangsung di Pago Cafe Kelurahan Kepatihan, Sabtu  (1/6/2024).

Tema kajian Pacaran yang Halal, Mungkinkah? Disampaikan oleh Muhammad Mufidz MPdI, Ketua LPCR PCM Kota Tulungagung.

Muhammad Mufidz bercerita, sahabat Salman berasal dari Persia meminta tolong kepada sahabatnya Abu Dardah dari kalangan anshar untuk melamarkan seorang wanita Madinah.

”Sepanjang jalan Salman menceritakan kenapa begitu menyukai dan menginginkan wanita itu menjadi istrinya,” tuturnya Muhammad Mufidz yang juga menjadi imam Masjid al-Fattah.

Setelah sampai di rumah wanita tersebut, Abu Dardah mengatakan kepada orangtua wanita tersebut untuk melamarkan Salman al-Farisi.

Dia menceritakan segala keunggulan Salman yang ahli ibadah dan strategi perang tanpa ada yang ditutup-tutupi oleh Abu Dardah.

Ibu wanita itu lantas menyampaikan lamaran Salman itu kepada anak perempuannya dan meminta jawabannya.

Alangkah terkejut ibunya mendengar jawaban anaknya. Anaknya mengatakan lebih suka memilih laki-laki yang menyampaikan lamaran yaitu Abu Dardah.

Dengan berat hati ibu itu menyampaikan jawaban dari anaknya kepada dua tamunya.

Mendengar jawaban itu, Salman al-Farisi dengan ikhlas memberikan wanita yang dia cintai untuk dinikahi oleh Abu Dardah. Bahkan Salman juga menyiapkan segala keperluan pernikahan Abu Dardah.

Selesai kisah lamaran Salman yang mengejutkan itu, kemudian Ustadz Mufidz yang berasal dari keluarga Nahdliyin ini menceritakan kisah hidupnya dalam menemukan pasangan hidup.

”Sebelas tahun saya di pondok selalu berdoa untuk mendapatkan jodoh yang hafidhoh. Alhamdulillah Allah mengabulkan dengan mengirimkan saya seorang bidadari yang hafidz 30 juz al-Quran yang dahulu mondok di al-Hikmah Jakarta,” katanya.

Menurutnya, 43 persen anak muda Islam masih melakukan pacaran dalam konotasi yang kurang baik yakni hubungan antar jenis yang didasari rasa mencintai dan ingin memiliki.

”Godaan setan menjadi dominan dan nafsu syahwat yang tidak terkendali. Namun, cara yang halal dan baik seperti kisah sahabat Salman yang datang kepada perempuan untuk taaruf dan meminta kepada orangtuanya,” katanya.

Kajian di kafe ini mengikuti tren anak muda yang suka nongkrong di tempat semacam ini. Kafe kini menjadi tempat pengajian.

Penulis Maryudi Utomo  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version