PCA Paciran Talkshow di Puncak Milad Aisyiyah, Masalah Ini Jadi Bahasan

Dari kiri, Nur Khulaifah, Adhim, Mutmainah dalam acara Talkshow PCA Paciran (Sri Asian/PWMU.CO)

PWMU.CO – PCA Paciran Lamongan Jawa Timur menggelar acara Talkshow pada puncak Milad Ke-107 Aisyiyah di Aula Sang Surya Perguruan Muhammadiyah Dengok, Jumat (8/6/2024).

Sebagai narasumber Pada acara tersebut adalah Ir Hj Adhim Trisetyaningtyas MM dan Dra Hj Mutmainah.

Dra Umu Hanik, yang merupakan Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Paciran mengatakan acara Talkshow ini mengambil tema Gerakan Aisyiyah Memilah Sampah sebagai Ikhtiar Melestarikan Semesta.

Hal itu dibenarkan oleh Hibatun Nihaya SPd yang merupakan sekretaris PCA Paciran. Dia mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan hasil sidang pengurus pada 28 April lalu.

Bertindak sebagai moderator dalam acara Talkshow adalah Dra Nur Khulaifah MPd. Acara dimulai pukul 10.00-12.00 WIB dan dihadiri oleh seluruh warga ‘isyiyah se-cabang Paciran.

Dalam penjelasannya Adhim Trisetyaningtyas, wanita yang mengawali kariernya sebagai kasi kesos di Kecamatan Kedungpring (2002-2007) ini mengatakan di hadapan hadirin.

“Saya sangat mengapresiasi setinggi-tingginya terhadap PCA Paciran, ketika mengundang saya sebagai narasumber. posisi saat ini adalah sebagai Ketua Majelis Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PDA Lamongan,” katanya.

Pada acara Talkshow ini, luar biasa untuk PCA Paciran, karena tema yang dipilih adalah Gerakan Aisyiyah Memilah Sampah sebagai Ikhtiar Melestarikan Semesta. “Ini artinya PCA Paciran sangat peduli  terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh dunia, yaitu tentang isu strategis yang di antaranya tentang pemanasan global,” jelasnya.

Kemudian Adhim bertanya kepada hadirin yang ada di dalam aula Sang Surya tersebut,”Mengapa ibu-ibu  kipas-kipas?”

Kemudian hadirin serentak menjawab, “Panas.”

Selanjutnya dia menjelaskan, memang saat ini bumi sudah tidak panas lagi tetapi sudah mendidih. Isu strategis yang masih berlangsung saat ini, di antaranya adalah persoalan sampah, Sampah yang tidak dikelola dengan baik.

Dia melanjutkan, sampah  itu ternyata ada regulasinya, yaitu tertuang dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Lebih lanjut Adhim mengatakan, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia.

“Kalau menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, dan tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia,” lanjut wanita yang pernah menjabat sebagai sekcam di Kecamatan Kedungpring (2008) ini.

Aisyiyah harus tau bahwa, Jenis-jenis sampah ada 3, yaitu sampah organik, an organik, dan sampah B3 (bahan beracun berbahaya).

Jangan membuang sampah sembarangan, di aliran sungai,di saluran terbuka atau tertutup, ditimbun, dan dibakar, karena itu semua akan merusak lingkungan, harap wanita yang pernah menjadi Kabid Tata Lingkungan DLH Lamongan (2009-2023) ini.

Sebagai warga Aisyiyah harus selalu ingat tentang risalah 10 komitmen perempuan berkemajuan, Pelestarian Lingkungan menduduki urutan kedua, itu artinya betapa sangat besar peranan perempuan dalam pelestarian lingkungan.

Oleh karena itu, ajaknya, mari kita bertekat, kita gerakan Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku), disambut aplous sangat meriah seluruh hadirin di Aula Sang Pencerah tersebut.

Adhim menjelaskan, wanita yang mengakhiri jabatan di dalam pemerintahan  sebagai Kabid Pengendalian Kerusakan Lingkungan, RTH DLH Lamongan (2023- 2/2024) ini menyerukan, pelaksanaan ECO Green Idul Adha 1446 H, yaitu mengemas daging qurban dengan bahan ramah lingkungan.

Aisyiyah sebagai pionir beramar ma’ruf nahi munkar, maka dia sangat berharap agar setelah kegiatan Talkshow ini warga ‘Aisyiyah se-cabang Paciran segera bergerak melaksanakan pengelolaan sampah sesuai undang-undang 18 tahun 2008, yaitu dengan memulai memilah sampah dari rumah masing-masing.

Kemudian acara Talkshow dilanjutkan oleh Nara sumber ke-2 yaitu Dra Hj Mutmainah, istri dari pengasuh Ponpes Al Ishlah Sendangagung, Drs KH Dawam Sholeh. Mutmainah mengatakan Peran manusia ditinjau dari sudut agama adalah sebagai Khalifah.

Oleh karena itu, tekannya, manusia diberi kelebihan yang istimewa oleh Allah, yaitu diberi otak, hati, dan akal yang tidak dimiliki oleh tumbuhan, binatang, jin, bahkan malaikat. Kemudian yang berkenaan dengan lingkungan, manusia diamanahi untuk merawat, memanfaatkan, dan melestarikan lingkungan.

Itu semua tercantum dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 30, yang artinya Dan (ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan mama-Mu?” Dia berfirman,”Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dari dialog antara Allah dan malaikat tersebut jelaslah bahwa Manusia itu dijadikan lebih tinggi derajadnya, kemudian diamanahi oleh Allah jabatan sebagai Khalifah di bumi. Modalnya adalah otak, hati dan akal. Ketika manusia bisa menggunakan 3 hal tersebut secara bijak, maka tidak ada yang namanya kerusakan di muka bumi ini.

Maka, tekannya, gunakan hati, gunakan akal untuk mencintai lingkungan, mengelola lingkungan dengan baik, nikmati hasilnya, kemudian nikmati dan sedekahkan hasilnya. Mutmainah, yang saat ini masih aktif mengajar di MA Al Ishlah, dan SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung ini, mengakhiri paparannya. (*)

Penulis Sri Asian. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version