Muhadjir Effendy: Pesantren Bukan Pendidikan Kelas Dua

Menko PMK Muhadjir Effendy menggendong bocah saat menghadiri Milad dan Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Ar Roudhotul Ilmiyah yang berlokasi di Kertosono, Nganjuk, Sabtu (15/6/2024). (Humas Kemenko PMK)
Menko PMK Muhadjir Effendy menggendong bocah saat menghadiri Milad dan Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Ar Roudhotul Ilmiyah yang berlokasi di Kertosono, Nganjuk, Sabtu (15/6/2024). (Humas Kemenko PMK)

PWMU.COMenteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dengan tegas mengatakan bahwa pondok pesantren bukan lagi menjadi lembaga pendidikan kelas dua. Dianggap tidak dapat bersaing dengan lembaga pendidikan formal.

Pesantren saat ini telah masuk dalam arus utama lembaga pendidikan yang digadang sebagai pembentuk generasi bangsa.

Hal itu disampaikan Muhadjir saat memberikan sambutan dalam agenda Milad dan Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Ar Roudhotul Ilmiyah yang berlokasi di Kertosono, Nganjuk, Sabtu (15/6/2024).

“Pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pondok pesantren telah ditarik ke arus utama pendidikan. Sekarang tidak ada lagi alasan menganggap pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan kelas dua karena sudah ada payung hukum yang sangat kokoh berupa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren,” tegas mantan Mendikbud itu.

Melalui Undang-Undang Pesantren ini, Muhadjir mengatakan, pesantren tidak lagi sekadar lembaga pendidikan. Tetapi juga menjadi lembaga yang diperuntukkan sebagai pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.

Kehadiran regulasi yang mengatur keberadaan pesantren selain memberikan aspek legalitas, kata dia, juga memberikan adanya anggaran yang menjadi tanggung jawab negara.

“Implikasi dari undang-undang ini banyak, termasuk dalam APBN. Dengan adanya regulasi itu, ada alokasi anggaran yang secara spesifik disampaikan untuk pesantren. Termasuk dana abadi pesantren untuk memajukan pendidikan pesantren,” ujar Muhadjir.

Lahirkan Ribuan Lulusan

Pondok Pesantren Ar Roudhotul Ilmiyah Kertosono diketahui merupakan lembaga pendidikan agama yang telah menginjak usia 75 pada 2024. Pesantren tersebut telah melahirkan ribuan lulusan terbaik dengan santri yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

“Saya mendapatkan laporan bahwa pondok pesantren ini memiliki santri yang berasal dari seluruh Indonesia. Artinya, pondok pesantren ini tempat persilangan lintas budaya Indonesia. Kalau di dalam bahasa Inggris namanya melting pot. Pot besar yang di dalamnya berisi sekumpulan aneka ragam bunga,” ungkap Menko PMK.

Dengan keanekaragaman itu, lanjut Muhadjir, akan lahir sosok santri yang memiliki kemampuan multidimensional. Sebab, mereka telah melalui berbagai macam komunikasi, saling melengkapi, dan menyempurnakan antar budaya yang dimiliki oleh masing-masing santri.

“Insya Allah pada waktu pertama datang ke sini, para santri istilah Jawanya culun, kembali ke pangkuan orang tuanya sudah tercerahkan. Yaitu sudah memiliki pemahaman pengetahuan, sikap, maupun ilmu keagamaan dan keduniawian,” ucap Muhadjir.

Seimbang Antara Ilmu Agama dan Umum

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dapat diperhitungkan masyarakat, Muhadjir berharap Pesantren Ar Roudhotul Ilmiyah  mampu melakukan transformasi menuju keseimbangan antara memberikan ilmu tentang agama dan ilmu pengetahuan umum.

“Anak-anak jangan hanya dibekali ilmu-ilmu agama, tetapi juga harus diberi imbangan ilmu-ilmu keduniawian. Sekarang yang paling terkenal itu STEM, yaitu science, technology, engineering, dan mathematics. Itu penting sekali dibekalkan kepada anak-anak kita,” harapnya.

Turut hadir dalam agenda itu Pj Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna, Wakapolres Nganjuk Subiyantana, pimpinan, tenaga pengajar, serta santri Pondok Pesantren Ar Raudlotul Ilmiyah Kertosono.

Penulis: Humas Kemenko PMK Editor: AS

Exit mobile version