Ivar adalah Maut: Simbiosis Manis di Dunia Maya

(Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Bukan hal baru lagi jika kita melihat betapa cepatnya media sosial merubah alur kehidupan dan industri hiburan di tanah air. Kali ini, pusat perhatian kita tertuju pada Ivar Jenner, gelandang timnas Indonesia yang belakangan ini menjadi topik hangat di linimasa media sosial X (dulu Twitter), dan film “Ipar adalah Maut”, sebuah karya sinematik dari Hanung Bramantyo. Apa hubungan keduanya? Di sinilah letak keajaiban simbiosis modern yang menggeliat.

Pertama-tama, mari kita bicara tentang Ivar Jenner. Gelandang bertahan ini memiliki magnet tersendiri. Wajahnya yang rupawan, hasil campuran genetik Indonesia-Belanda, bukan hanya menjadi magnet bagi para gadis, tetapi juga bagi pelaku industri hiburan. Ivar memiliki 2,2 juta pengikut di media sosial. Angka ini tentu tidak main-main. Dalam dunia yang serba digital ini, pengikut sebanyak itu berarti sebuah pengaruh besar yang mampu mengguncang pasar.

Di sisi lain, kita punya film “Ipar adalah Maut”. Adaptasi dari utas viral di TikTok karya Eliza Sifaa, film ini dibintangi oleh bintang-bintang papan atas seperti Michelle Ziudith, Deva Mahenra, dan Davina Karamoy. Film ini telah meraih 2,6 juta penonton dalam 12 hari penayangannya—sebuah prestasi yang tidak bisa dianggap remeh. Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari upaya pemasaran yang cerdas, salah satunya melibatkan Ivar Jenner.

Lalu, bagaimana Ivar Jenner masuk ke dalam lingkaran “Ipar adalah Maut”? Dalam trik marketing yang cerdas dan nyeleneh, foto Ivar Jenner diedit ala poster film, dengan judul “Ivar adalah Maut”. Foto ini tentu saja menjadi viral. Entah direncanakan atau tidak, Ivar juga merepost poster tersebut, seolah menyetujui keterlibatannya dalam kampanye film tersebut. Ini adalah kolaborasi yang manis dan tak terduga antara sepak bola dan dunia perfilman.

Menautkan nama Ivar dengan film “Ipar” bukan hanya trik marketing biasa, tetapi juga sebuah simbiosis mutualisme. Ivar mendapatkan eksposur lebih, dan film tersebut mendapatkan promosi gratis dari seorang bintang sepak bola yang sedang naik daun. Popularitas Ivar yang juga melambung tinggi di media sosial tentu saja berpengaruh besar pada publik yang kemudian penasaran dan membicarakan film tersebut.

Dalam sembilan hari penayangannya, “Ipar adalah Maut” sudah menembus angka lebih dari 2 juta penonton. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 3 juta orang dalam waktu 14 hari. Sebuah pencapaian yang luar biasa, dan tentu saja sebagian berkat perbincangan hangat di media sosial yang turut disemarakkan oleh nama besar Ivar Jenner.

Trik marketing “Ipar adalah Maut” menempatkannya di urutan teratas film Indonesia terlaris tahun 2024. Keberhasilan ini menegaskan bahwa dalam dunia yang semakin digital ini, kolaborasi lintas sektor—antara olahraga dan hiburan—dapat menciptakan hasil yang menakjubkan.

Kolaborasi antara Ivar Jenner dan film “Ipar adalah Maut” disengaja atau tidak adalah contoh sempurna dari bagaimana media sosial dapat digunakan secara efektif untuk promosi. Ini adalah sebuah simbiosis yang menggeliat di dunia maya, sebuah cerita yang mengingatkan kita bahwa di era digital ini, batas antara dunia nyata dan dunia maya semakin kabur, dan di sanalah kita menemukan peluang-peluang baru yang tak terbatas.

Trik kedua adalah menautkan film “Ipar adalah Maut” dengan hadist nabi. Poin yang paling disoroti dalam film ini adalah perselingkuhan yang terjadi antara suami dengan adik iparnya. Film yang dibintangi oleh Michelle Ziudith, Deva Mahenra, dan Davina Karamoy ini membawa penonton dalam suasana amarah, kecewa, hingga sedih. Pasalnya, kisah seperti dalam film “Ipar adalah Maut” sangat relevan dan kerap terjadi di tengah masyarakat.

Di balik tren film tersebut, ternyata judul “Ipar adalah Maut” merupakan kutipan dari sabda Nabi Muhammad Saw. yang dimuat dalam beberapa kitab hadits primer, seperti Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Seperti dikutip dari laman Samudra Fakta, arti teks hadits yang dimaksud adalah: “Dari Uqbah bin ‘Amir, bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.’ Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai hamwu (ipar)?’ Beliau menjawab, ‘Ipar adalah maut’.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).


Dalam riwayat Imam Muslim yang lain, ada redaksi penjelas dalam hadits berikutnya, bahwa kata ‘al-hamwu’ merujuk pada makna “saudara pasangan”, baik ipar atau sepupu, dan semisalnya. Apabila merujuk pada kamus bahasa Arab modern, maknanya adalah “kerabat suami atau istri”. (Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, [Beirut: Darul Jayl, t.t.], jilid VII, hal.alam7 dan Ibrahim Mushtafa, dkk, Al-Mu’jamul Wasith, [Kairo: Darud Da’wah, t.t.], halaman 201)
Lalu, apa yang dimaksud “hamwu adalah maut”? Hamwu yang dimaksud dalam hadits bukan hanya ipar saja, namun setiap kerabat dekat istri yang bukan mahram–atau orang yang haram untuk dinikahi. Yang masih mahram bagi suami dari keluarga istri adalah, misalnya, ayah dan anaknya.


Al Laits berkata bahwa al hamwu adalah ipar (saudara laki-laki dari suami) dan keluarga dekat suami. Sehingga apa yang dikatakan oleh Al Laits menunjukkan bahwa ipar itu bukan mahram bagi istri.
Yang dimaksud dengan “maut” di sini adalah, berhubungan dengan keluarga dekat istri yang bukan mahram perlu ekstra hati-hati dibanding dengan yang lain. Karena, dengan sering bertemu mereka, ada kemungkinan pertemuan tersebut bisa mengantarkan pada zina. Jadi, film “Ipar adalah Maut” memberi peringatan bagi setiap pasangan untuk selalu waspada terhadap godaan yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga–salah satunya ipar.


Kelihaian strategi marketing yang melibatkan dunia sepak bola, media sosial, dakwah, menjadikan “Ipar adalah Maut”, adalah contoh sukses dalam berbisnis dan berdakwah.

Penulis Edi Purwanto Editor Azrohal Hasan

Exit mobile version