Arahan Haedar Nashir pada Musycabis ke-10 PCIM dan ke-9 PCIA Mesir

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan sambutan via video. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan amanat dalam Musyawarah Cabang Istimewa (Musycabis) ke-10 PCIM dan ke-9 PCIA Mesir yang diadakan di Grand Royal Palace (Qasr El-Maliki), Nasr City, Kairo, melalui video pada Selasa (9/7/2024).

Haedar Nashir menyampaikan ucapan selamat atas pelaksanaan Musycabis PCIM dan PCIA Mesir. Ia berharap acara tersebut berjalan dengan lancar, penuh musyawarah yang makruf, serta menghasilkan keputusan-keputusan terbaik sesuai dengan koridor dan mandat Muktamar Muhammadiyah Tahun 2022 di Surakarta.

“Jadikan Musycabis ini sebagai momentum untuk bermuhasabah atas program dan kebijakan periode lalu, serta memperbaharui dan mengembangkan program serta kebijakan baru di periode yang akan datang,” ujar Pria Kelahiran 35 Februari 1958 ini.

“Kami percaya PCIM Mesir akan semakin maju dan dinamis, sehingga dapat merepresentasikan Cabang Istimewa Muhammadiyah yang berdiri di garis depan dalam kemajuan PCIM di seluruh negara.”

Lebih lanjut, Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode ini mengatakan bahwa PCIM Mesir sebagai salah satu PCIM tertua, diharapkan terus menghasilkan program dan karya nyata.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menekankan pentingnya prioritas dalam program kerja, mengingat keterbatasan yang ada dibandingkan dengan cabang-cabang Muhammadiyah di tanah air.

“Prinsip mengambil prioritas dalam program sangat penting sehingga program-program yang dijalankan bersifat alternatif dan utama,” tambahnya.

Pria lulusan S3 Universitas Gadjah Mada ini juga berharap, PCIM Mesir dapat memanfaatkan markas dakwah yang dibangun oleh PP Muhammadiyah sebagai pusat kegiatan pengembangan.

“Markas dakwah ini diharapkan menjadi ajang dialog, jaringan, dan relasi dengan PCIM di seluruh dunia. Mudah-mudahan ke depan ada program khusus untuk pengembangan jaringan dan kolaborasi melalui markas dakwah Muhammadiyah.”

Selain itu, Pria kelahiran Bandung ini menekankan pentingnya jati diri PCIM Mesir yang terdiri dari para aktivis yang sebagian besar studi di Al-Azhar Kairo.

“PCIM Mesir harus terus menjadi wahana peningkatan kualitas sumber daya insani yang akan menjadi ulama Muhammadiyah dengan prinsip darosah islamiyah yang kokoh serta berwawasan Islam berkemajuan.”

Prof Haedar juga berharap studi di Timur Tengah tidak hanya terbatas pada darosah islamiyah, tetapi juga mencakup ilmu-ilmu sains dan teknologi.

“Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah juga harus fokus pada pengembangan sains, teknologi, kedokteran, dan ilmu umum lainnya, sehingga terjadi variasi kualitas keulamaan yang dihasilkan.”

Di akhir sambutannya, Haedar mengingatkan pentingnya mendalami risalah Islam berkemajuan dan mengaitkannya dengan pemikiran keislaman.

“Jangan sampai aktivitas PCIM, termasuk di Mesir, memiliki pandangan yang berseberangan dengan koridor Islam berkemajuan. Ini menjadi perhatian kita semua,” pungkasnya.

Musycabis ke-10 PCIM dan ke-9 PCIA Mesir menjadi momen penting untuk menguatkan jati diri dan memperkuat komitmen dalam menjalankan dakwah kultural Muhammadiyah yang berkemajuan.

Penulis/Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan

Exit mobile version