Kepala SD Muhita Sampaikan Pentingnya Membatasi Game Online

Kepala SD Muhita berinteraksi interaktif dengan siswa (Muhammad Arief/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pelaksanaan Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) tahun 2024 SD Muhammadiyah 1 Tanggul (Muhita) tengah berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu (15-17/7/2024).

Fortasi dilaksanakan oleh siswa dan siswi baru yang didampingi oleh guru-guru kelas dan guru pendamping yang bertugas.

Fortasi ini diawali oleh shalat Dhuha berjamaah oleh siswa dan siswi. Pembawa acara mengajak peserta Fortasi untuk membaca basmallah untuk mengawali acara dan menyanyikan Indonesia Raya serta Sang Surya.

Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Sang Surya bersama, hadir kepala sekolah SD Muhita Nur Sabaha SThI MPdI untuk memberikan sambutan.

“Anak-anak suka main apa saja?,” tanya Sabaha.

“Lompat tali,” jawab salah satu siswi setelah mengangkat tangan. “Saya suka bersepeda,” jawab siswa lainnya.

“Free Fire,” jawab siswa lainnya. Salah satu siswa berseloroh, “Jumprit singit (petak umpet),” disusul dengan gelak tawa para guru yang membuat meriah suasana Fortasi.

Sabaha menyampaikan pentingnya membatasi game online. Sabaha memperingatkan bahwa game online jika dimainkan terus menerus dan tanpa istirahat akan menyebabkan masalah kesehatan terutama pada mata.

Maka, penting bagi anak-anak untuk istirahat dari game online sejenak dan bermain permainan lainnya. Pengawasan yang jeli dari orang tua juga diperlukan agar sang anak tahu kapan saatnya harus istirahat dari game online.

Lalu Sabaha juga menyampaikan pentingnya mandiri. Sabaha bertanya kepada siswa-siswi apa itu pengertian dari mandiri. Salah siswa menjawab bisa makan sendiri dan memakai sepatu sendiri.

Sabaha menyampaikan kepada siswa-siswi bahwa mandiri itu penting karena mereka sudah besar dan telah lulus dari masa taman kanak-kanak.

Pada akhir sambutan, Sabaha membuka acara Fortasi dengan disusul pesta gelembung sabun diiringi lagu Mars SD Muhita. Lalu, dilanjutkan pengenalan guru-guru kelas dan guru-guru pendamping setiap kelompok.

Setelah pengenalan guru-guru, dilanjutkan dengan pembentukan kelompok. Nama masing-masing kelompok diberikan oleh para guru yang bertugas dengan nama-nama buah. Dengan arahan MC, siswa-siswi saling mencari teman satu kelompok dengan saling memeluk, lalu mencari guru pendamping masing-masing.

Masing-masing kelompok terdiri dari 9-10 anak. Setiap siswa kemudian menulis nama panggilan pada nametag yang telah dibagikan oleh para guru.

Penulis Muhammad Arief Editor Zahra Putri Pratiwig

Exit mobile version