Peduli Penyandang Disabilitas, SD Muda Tusida Terapkan TEACCH

Nishrina Khamidah MPsi Psikolog saat memberikan materi kepada peserta pelatihan (U’un Mas’ulah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pembekalan GPK SD Muhammadiyah 2 Tulangan pada Kamis (11/7/2024) mengungkap penerapan TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children) dalam Pendampingan Peserta Didik Penyandang Disabilitas (PDPD).

Pelaksanaan pembekalan diberikan kepada segenap guru pendamping khusus (GPK) di sekolah ini dengan menghadirkan 3 narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

 3 narasumber tersebut yakni Nishrina Khamidah MPsi, Psikolog yang menjabat Kepala UPT ABK Sidoarjo, Alvie Syarifa Mpsi, Psikolog selaku Psikolog Klinis UPT ABK Sidoarjo dan Nauul Fatcheea SPd Gr sebagai tim UPT ABK Sidoarjo. Mereka bertiga nampak begitu bersemangat dalam mengawal pembekalan kali ini

Serangkaian kata sambutan beberapa undangan memberi semangat sekaligus menaruh harapan pada pembekalan tersebut.

Penanggung jawab program inklusi, Hikmah Rofidah Lailiyah SKom, yang dikenal cukup enerjik ini berharap seluruh GPK mampu menyerap dengan baik ilmu yang didapat dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran inklusi ke depannya.

Di hadapan 27 guru pendamping khusus, kepala SD Muda Tusida, Fahrudin SPdI mengungkapkan rasa syukurnya karena sekolah ini mengambil langkah cepat dalam mempersiapkan sumber daya GPK.

Dia berpesan bahwa mereka harus siap untuk terjun mendampingi peserta didik penyandang disabilitas dengan giat dan bersemangat sesuai dengan penanganan yang tepat.

Dengan ditunjuknya SD Muda Tusida menjadi salah satu pilot project sekolah inklusi dan sebagai pilot project sekolah inklusi swasta Muhammadiyah, membuat sekolah ini selalu berdampingan dengan UPT ABK Kabupaten Sidoarjo dalam setiap program-program pemberdayaan GPK salah satunya adalah metode penanganan peserta didik penyandang disabilitas.

Seperti yang disampaikan oleh kepala UPT ABK Sidoarjo Nishrina Khamidah MPsi Psikolog, “karena sekolah ini memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga UPT ABK Sidoarjo menunjuk sebagai pilot project sekolah inklusi swasta Muhammadiyah.”

“Untuk itu SD Muda Tusida merespon dengan baik penunjukkan ini dengan mempersiapkan seluruh kemampuan sehingga harapannya SD Muda Tusida akan menjadi sekolah swasta pioner sekolah inklusi di kabupaten Sidoarjo,” ungkap koordinator sekolah, Widya Nurcahyanti SPsi.

Metode TEACCH untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas dengan Autisme

Metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children) adalah khusus dikembangkan untuk anak-anak dengan gangguan spektrum autisme.

Metode pengajaran ini dikembangkan di University of North Carolina oleh Dr Eric Schopler dan Dr. Robert Reichler pada tahun 1960-an. Metodologinya memberikan bentuk pembelajaran visual yang terstruktur dan kadang-kadang disebut sebagai Pengajaran Terstruktur.

Salah satu manfaat dari metode TEACCH adalah khusus untuk ASD dengan memperhitungkan semua ciri khas autisme, dan kesulitan setiap anak autisme, membuat intervensi khusus untuk kebutuhan setiap anak.

Hal ini dilakukan melalui intervensi terstruktur dan berkesinambungan, dengan mengadaptasi lingkungan, dan memberikan pelatihan komunikasi alternatif.

Ini juga dapat diimplementasikan bersamaan dengan pendekatan atau terapi lain. Metode ini memperhitungkan poin bahwa anak bisa menjadi lebih mandiri.

Aplikasi Hasil Pembekalan

Hasil wawancara dengan GPK setelah mendapatkan pembekalan dan tindak lanjut penerapan metode TEACCH kepada peserta didik penyandang disabilitas dirasakan sungguh benar dan tepat.

Aulia, sapaan akrab salah satu GPK yang mendampingi pseserta didik penyandang disabilitas di kelas 2 menjelaskan merasa sangat terbantu dengan kegiatan pembekalan saat itu.

“Alhamdulillah dengan ilmu tersebut dapat menambah wawasan keilmuan dalam mendampingi PDPD. setelah kami praktekkan ternyata hasilnya Masya Allah PDPD jadi lebih baik dan terarah, karena sebelum melakukan satu kegiatan GPK wajib memberitahu peserta didik penyandang disabilitas beberapa waktu sebelum kegiatan dimulai,” ujar Aulia.

Dia menambahkan, “Contohnya seperti ungkapan 5 menit lagi olahraga nak, hitungan ke sepuluh kita pindah tempat ya, nak. Sehingga sebelum melakukan kegiatan, siswa sudah mengetahui apa yang akan dilakukan. Jadi GPK tidak lagi melakukan instruksi yang tiba-tiba,” jelas ustadzah yang mendampingi Fachri kelas 2 Boat dan Rafa 2 Bus ini panjang lebar. (*)

Penulis U’un Mas’ulah Editor Wildan Nanda Rahmatullah

Exit mobile version