Bapakku Tidak Dikenal karena Tidak ‘Menulis’

 

Nushrat Uyun (memakai topi) saat memimpin diskusi literasi. (foto: afi/PWMU.CO)

PWMU.CO – “Mengapa bapakku tidak dikenal oleh semua orang?”

Pertanyaan tersebut dilontarkan Nushrat Uyun, koordinator komunitas Gubuk Literasi Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ponorogo dihadapan peserta kelas diskusi, Ahad (18/03/2018).

Mendapat pertanyaan itu, peserta diskusi terdiam. Melihat respon peserta, Uyun, panggilan akrabnya menjawab sendiri pertanyaannya. “Karena bapak saya tidak menulis,” ungkapnya.

Lebih lanjut Uyun menjelaskan bahwa bapaknya tidak mencetak sejarah, meski pun ia telah mewariskan gen pada Uyun. “Namun beliau tidak berkarya dalam bentuk tulisan sehingga bapak saya tidak dikenal semua orang,” jelas mahasiswa semeater 4 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini.

Dihadapan peserta diskusi Uyun menerangkan bahwa para tokoh nasional Indonesia dikenal karena meninggalkan karya sejarah dalam bentuk tulisan. “Para cendekiawan dikenal karena menghasilkan karya dari buah pemikirannya,” paparnya.

Menurut Uyun, ide itu harganya mahal yang harus segera dicatat agar tidak menghilang, ditulis, diamalkan dan diajarkan agar bermanfaat dan terus berkembang.

Untuk itu, Uyun mengajak peserta diskusi untuk menulis. “Saya berharap dari diskusi ini, tumbuh benih-benih cinta pada dunia pengetahuan dan mulai untuk menulis sehingga terbentuklah sebuah karya yang menjadi sejarah,” pungkasnya.

Gubuk Literasi adalah lapak baca rutinan yang digagas oleh PD IPM Ponorogo. Digelar setiap pekan di taman kota Gelanggang Olahraga Singodimedjo Ponorogo.

Selain menyediakan buku-buku gratis untuk dibaca khalayak umum, juga menggelar kegiatan-kegiatan literasi lainnya seperti diskusi literasi, bercerita, dan mewarnai. (afi)

Exit mobile version