Agar Kacang tak Lupa Kulitnya, Begini Pesan Aktivis Aisyiyah Usia 94 Tahun Itu

Suasana silaturrahim di rumah ketua PDA Banyuwangi 1960-1970, Hj Zubaidah Maksum (foto: yulia/pwmu.co)

PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Banyuwangi punya program unik untuk menghargai para pendahulunya. Bertepatan dengan Milad ke-104 H/101 M, PDA Banyuwangi mengunjungi para sesepuh Aisyiyah. Terutama mereka yang pernah membantu dan duduk di jajaran PDA Banyuwangi, yang kali ini ada 11 orang, (27/5).

Salah satu sesepuh yang dikunjungi adalah ketua PDA Banyuwangi periode 1960-1970, Hj Zubaidah Maksum. Meski telah berusia 94 tahun, Zubaidah masih tercatat aktif menghadiri pengajian Aisyiyah dan kegiatan lainnya. “Alhamdulillah masih sehat, pendengaran, penglihatan, ingatan juga masih bagus,” jelas Ketua PDA Banyuwangi, Dwi Deritaning Tyas.

Dalam usia menjelang satu abad ini, Zubaidah sebagaimana Rita, panggilan akrab Dwi Deritaning Tyas, tidak mengenal berbagai penyakit yang biasa menimpa orang tua. “Beliau juga bercerita bahkan tidak mengenal sakit linu, asam urat dan yang lebih aneh lagi,” cerita Rita. “Ibu yang satu ini masih suka makan buah durian,” tambahnya lagi tentang ibu yang punya 11 orang anak itu.

Dalam pertemuan itu, Zubaidah memberikan apresiasi atas kinerja Aisyiyah dengan berbagai kegiatan yang mencerahkan umat. Salah satu pesan penting sekaligus doanya adalah Aisyiyah agar lebih berkualitas, dan kehadirannya dirasakan masyarakat secara luas.

“Kader-kader muda harus selalu dimunculkan agar Aisyiyah hidup sepanjang hayat,” pesan Zubaidah kepada rombongan PDA. Sebab, regenerasi kepemimpinan merupakan salah satu penanda kesuksesan sebuah organisasi. “Organisasi dan pimpinan yang sukses adalah mereka yang mampu mencetak kader sebagai penerus perjuangan,” jelasnya lagi.

Tentang kegiatan silahturrahim ini salah satu tujuannya adalah selalu mengingat proses perjuangan Aisyiyah dalam mencerahkan umat. “Dengan mengunjungi para sesepuh yang juga pejuang Aisyiyah, kita akan selalu mengingat jasa dan perjuangan para mujahidah-mujahidah Aisyiyah terdahulu yang telah menorehkan sejarah tinta emas di bumi Blambangan Banyuwangi,” jelas Rita.

Sebab, tambah Rita, tanpa perjuangan mereka, Aisyiyah tidak akan bisa sukses hingga sekarang ini. “Tanpa usaha dari beliau-beliau para pendahulu tidak mungkin Aisyiyah itu ada,” jelas Rita. Untuk itu, Rita mengajak dan berpesan kepada semua jajaran PDA harus selalu mengingat jasa-jasa para pendahulu.

“Bahkan program ini bisa dilaksanakan setiap tahun supaya terus berlangsung senyampang masih ada umur,” pesan Rita. Dan, kader-kader muda harus dimunculkan, sehingga organisasi yang sukses mampu mencetak kader untuk pengganti para kader terdahulu.

“Sebelum patah tumbuh, sebelum hilang sudah berganti,” tegas Rita. Menarik, bukan? (yulia)

Exit mobile version