PWMU.CO-Memasuki Dusun Ganggang Desa Medalem Kecamatan Modo Lamongan disambut dengan gapura bertuliskan Selamat Datang di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Tulisan itu terbaca mencolok dari jalan raya.
Lepas dari gapura jika menoleh di bagian belakangnya ada tulisan pesan KH Ahmad Dahlan yang sangat populer. ” Kutitipkan Muhammadiyah Kepadamu.”
Nuansa Muhammadiyah sangat mewarnai dusun ini. Bukan hanya tampilan fisik tapi juga kehidupan sosial sehari-hari. Masuk lebih dalam tampak gedung dan pagar tembok berwarna dominan biru. Itu tempat TK Aisyiyah Bustanul Athfal dan MI Muhammadiyah Medalem.
Waktu musim sekolah, tempat itu ramai dengan suara murid-murid. Juga di lapangan tempat anak-anak itu bermain dan bernyanyi. Saat liburan sekarang ini, di sore hari anak-anak dusun bermain bola di halaman sekolah.
Sebelahnya lagi ada Taman Pendidikan Alquran (TPQ), Masjid Al Ikhlas yang sedang direnovasi menjadi lebih megah, dan Balai Pengobatan. Lembaga pendidikan dan tempat ibadah ini menjadi pusat dakwah dan pengajaran nilai-nilai Islam bagi warga.
Semua anak-anak Ganggang sekolah di situ. Mulai TK sampai Madrasah Ibtidaiyah. Kelanjutannya anak-anak itu memilih SMP dan SMA di pondok pesantren Muhammadiyah di Kota Lamongan atau pondok Muhammadiyah lain yang terkenal. Perguruan tinggi pun mayoritas memilih ke Universitas Muhammadiyah di Malang, Surabaya, Lamongan, Yogya.
Kalau sakit mereka juga berobat ke Balai Pengobatan Muhammadiyah. Jika perlu rujukan maka yang dituju RS Muhammadiyah Lamongan. Begitulah warga Ganggang yang setia menghidupkan cahaya Muhammadiyah di dusunnya.
Jumlah warga dusun ini 125 Kepala Keluarga (KK) terdiri sekitar 500 jiwa. Semua warganya jamaah Muhammadiyah.Pekerjaannya ada yang bertani. Sebagian lagi merantau ke luar kota dan luar negeri menjadi buruh.
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Muhanip menceritakan, hampir semua warga dusun aktif dalam kegiatan Muhammadiyah dan Ortomnya. Para bapak di Muhammadiyah, ibu-ibu dalam Aisyiyah, para remaja di Pemuda dan Nasyiah. Pelajar aktif di IPM. Mereka yang mahasiswa bergerak di IMM.
”Jadi warga punya pengalaman organisasi. Karena itu gampang diajak maju. Pola pikirnya progresif dan inovatif,” kata Muhanip.
Di sini, sambung dia, juga ada komunitas Forum Pemuda Ganggang yang memberikan saran dan kreativitas untuk kepentingan masyarakat.
Kegiatan rutin warga Dusun Ganggang adalah Malam Jumat Wage. Mereka menghadiri pengajian di masjid. Menghadirkan mubaligh-mubaligh dari luar kota untuk berdiskusi tentang Islam dan isu yang berkembang.
Muhanip menjelaskan, dominanya Muhammadiyah di dusun ini merupakan perjalanan dakwah yang panjang. ”Persyarikatan ini dikenalkan oleh Mbah Yai Adghan dari Paciran bersama Mbah Yai Supaat, tokoh masyarakat Desa Medalem. Itu sekitar tahun 1930-an lewat pengajian dari rumah ke rumah,” katanya.
Mbah Yai Supaat berdakwah dengan warga juga dilakukan saat jagongan di warung kopi. ”Ngobrol dan tanya jawab soal agama. Warga ternyata cocok dengan paham Islam yang disampaikan karena praktis dan rasional,” tuturnya.
Setelah warga Muhammadiyah sudah banyak, pada tahun 1963-an mendirikan masjid dan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Medalem (MIM Medalem). Dipelopori oleh Mbah Yai Supaat yang mencari dana dari iuran warga dan donatur dari luar dusun.
Lewat masjid dan madrasah inilah anak-anak dusun diberi ajaran Islam. Anak-anak ini kemudian tumbuh menjadi kader penerus dakwah Mbah Yai Supaat terus bersinambungan hingga sekarang.
Awalnya madrasah itu menggunakan papan yang beberapa kali diperbaiki. Sekarang sudah menjadi bangunan permanen. Selanjutnya berdiri Taman pendidikan Alquran yang mengajar baca tulis Alquran. (Siti Dayang Selasih)
Discussion about this post