Allah seperti Prasangka Hamba

Allah seperti Prasangka Hamba kajian oleh Bahrus Surur-Iyunk, Kepala SMA Muhammadiyah 1 Sumenep, Madura; Penulis buku Agar Imanku Semanis Madu, Nikmatnya Bersyukur, Indahnya Bersabar dan 10 Langkah Menembus Batas Meraih Mimpi.
Bahrus Surur-Iyunk penulis Allah seperti Prasangka Hamba. (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Allah seperti Prasangka Hamba kajian oleh Bahrus Surur-Iyunk, Kepala SMA Muhammadiyah 1 Sumenep, Madura; Penulis buku Agar Imanku Semanis Madu, Nikmatnya Bersyukur, Indahnya Bersabar dan 10 Langkah Menembus Batas Meraih Mimpi.

PWMU.COZhann berasal dari zhanna, yazhunnu yang berarti sangkaan atau prasangka atau perkiraan. Dalam pemaknaan yang lebih luas adalah suatu hal yang diketahui dari tanda-tanda.

Seperti orang yang bisa mengatakan, “Bahwa sebentar lagi akan turun hujan”, karena setelah melihat langit mendung. Padahal, belum ada kepastian akan turun hujan atau tidak. Perkataan itu hanyalah kesimpulan yang diambil dari tanda-tanda.

Makna Zhann, Prasangka

Dalam al-Quran, kata zhann mempunyai makna lebih dari satu. Yaitu, pertama, menuduh. Seperti menuduh orang lain berbuat jahat tanpa bukti. Sebagaimana yang ada dalam al-Hujurat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Kedua, taklid buta, seperti orang-orang musyrikin yang menolak ajaran Rasulullah yang mempunyai banyak bukti kebenaran, dan sebaliknya mengikuti ajaran syirik yang hanya berdasarkan mitos. Dalam Yunus 66:

أَلَآ إِنَّ لِلَّهِ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَمَا يَتَّبِعُ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ شُرَكَآءَ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.”

Ketiga, yakin, seperti orang yang meyakini kematian pasti akan melaksanakan shalat dengan khusyuk, sebagaimana terdapat dalam al-Baqarah 46:

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwra itu, karena konteksnya kebaikan, maka disebut husnuzh-zhann, yakni bermakna berkeyakinan baik, bukan bersangka baik. Di masyarakat disebut dengan prasangka baik.

Kajian Imam Al-Ghazali

Imam al-Ghazali dalam karyanya yang cukup terkenal, Ihya Ulumuddin Jilid 4 bab al-Khauf wa al-Raja’, pernah bertutur tentang seseorang yang memiliki optimisme dan sangkaan yang baik terhadap ampunan Allah.

Dia bercerita tentang seseorang bernama Yahya bin Aktsam. Yahya yang sudah wafat itu hadir dalam mimpi sahabatnya. Sang pemimpi itu bertanya kepada Yahya, “Bagaimana keadaanmu, wahai Yahya?”

Yahya yang hadir dalam mimpinya itu menjawab, “Allah menyebutkan semua dosaku. Aku tidak bisa berkata apapun kecuali aku berada dalam ketakutan dan kecemasan akan siksa-Nya. Aku lalu berkata kepada Allah, ‘Ya Allah, bukankah ada riwayat bahwa Engkau seperti dugaan hamba-Mu? Dan aku berbaik sangka kepada-Mu, ya Rahman ya Rahim, bahwa Engkau tak akan menghukumku.“

Yahya kemudian membacakan sanad riwayat tersebut di hadapan Tuhannya. Allah pun membenarkan firman-Nya. Dan karena berbaik sangka pada-Nya, maka Yahya pun diampuni dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Ana ‘inda zhanni abdi bi (“Aku sebagaimana persangkaan hamba-Ku kepadak-Ku”). Demikian bunyi hadits qudsi riwayat Bukhari Muslim tersebut. Berprasangka baiklah bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.

Sebesar apapun dosa kita, berbaik sangkalah bahwa Allah akan mengampuni. Jangan pernah berputus asa dari rahmat dan kasih sayang-Nya. Wallahu a’lamu bi al-shawab. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version