Tipe Manusia Menurut Al-Ghazali, Hindari yang Keempat

Tipe manusia
Dr Hidayatulloh ceramah di Pengajian Ahad PDM Jember. (Wulidatul/PWMU.CO)

PWMU.CO – Tipe manusia menurut al-Ghazali dikupas oleh Dr Hidayatulloh di Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember, Ahad (11/6/23).

Pengajian yang digelar di halaman kantor PDM Jember dihadiri warga Muhammadiyah dari PRM, PCM, dan amal usaha.

Dr Hidayatullah yang Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dalam ceramahnya merujuk kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali.

Dia mengupas, ada empat tipe manusia yang dapat dijadikan refleksi bersama. Pertama, ada orang yang mengerti dan mengerti kalau dirinya mengerti.

”Orang yang seperti itu merupakan orang yang berilmu. Tipelogi orang seperti ini adalah manusia yang terbaik,” kata Wakil Ketua PWM Jatim ini.

Kedua, ada orang yang mengerti tetapi dia tidak mengerti kalau dirinya sudah mengerti. ”Orang yang seperti ini layaknya orang tidur. Kita yang berada di dekatnya jangan membiarkan dia terus-terusan tidur,” tuturnya.

Seperti dalam surat al-Ashr, sambungnya, kita harus saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Maka jika ada teman kita yang seperti itu, harus membangunkan, menyadarkannya.

Tipe ketiga, ada orang yang tidak mengerti tetapi dia mengerti kalau sebenarnya dia belum mengerti.

”Orang seperti ini, orang yang punya semangat untuk menambah pengetahuan. Tugas kita, memberikan ilmu dan pengetahuan kepadanya,” ujarnya.

Dia lantas bertanya,”Kenapa kita suka menghadiri majelis ilmu? Salah satu tujuannya untuk menambah ilmu, kalau kita senang mendatangi majelis ilmu, maka akan dimudahkan jalan kita menuju surga Allah.”

Tipe keempat, sambungnya, ada orang yang tidak mengerti tapi tidak sadar kalau dirinya tidak mengerti. ”Orang yang seperti itu adalah orang bodoh, maka jauhi orang tersebut,” ujarnya.

Tanda Orang Munafik

Dari pengantar tersebut, lanjutnya, selain kita diminta untuk menuntut ilmu, kejujuran juga sangat perlu. ”Lawan dari kejujuran yakni kebohongan atau kemunafikan. Tanda kemunafikan ada tiga, jika berbicara, bohong, jika berjanji tidak ditepati, dan jika diberi amanah, berkhianat.

”Karena kita kalau berbicara tidak boleh berbohong, jika berjanji harus ditepati, janji kepada teman, kepada keluarga, termasuk janji pada rakyat, dan jika diberi amanah harus bisa dipercaya,” ungkapnya.

Lantas dia menguraikan tanda orang munafik seperti disebut dalam at-Taubah: 67-68. ”Orang-orang munafik laki-laki maupun perempuan, antara satu dengan yang lain saling membantu. Mereka mengajak kepada kemunkaran, mencegah kebaikan, tangannya selalu menggenggam (bakhil).”

Dia berpesan, waspada supaya terhindar dari ciri-ciri orang munafik dan harus selalu berada dalam jalan kejujuran. ”Jika anda jujur, pasti anda berbuat baik, jika anda berbuat baik atas kejujuran itu, maka anda akan masuk surga. Untuk itu jaga kejujuran dengan sepenuh hati,” tandasnya.

Penulis Wulidatul Aminah  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version