Mati Indah Itu Pilihan

Mati indah
Nurbani Yusuf

Mati Indah Itu Pilihan oleh Nurbani Yusuf, pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.

PWMU.CO-Mati tak bisa diundur atau dimajukan walau sedetik. Tapi pegang mushaf al-Quran atau pegang stik biliar saat mati adalah pilihan.

Insyaallah kita semua bakal mati. Dan kita tidak tahu dengan cara apa kita akan meregang nyawa. Apakah di ranjang, di jalan, di rantau atau di manapun kita tak pernah bisa tahu.

Begitupun waktunya, apakah nanti sore selepas Ashar, atau besok malam saat Isya atau pagi usai Subuh. Mati tak bisa diramal kapan waktunya dan di mana tempatnya. Karena waktu dan tempat bakal kita mati adalah hak prerogatif Allah ta’ala.

Berbagai cara mati dipertunjukkan Tuhan kepada kita. Mati sehabis menenggak minuman keras. Mati kecanduan narkoba. Mati dibui sehabis korupsi uang negara. Mati di jalan saat ngebut berkendara. Mati tenggelam atau mati terbakar. Naudzubillah min dzaalik.

Pengetahuan tentang cara mati adalah mutlak milik Allah ta’ala, tapi apa salahnya jika minta mati dengan cara yang kita ingini. Mati saat membaca al-Quran, siapa yang tidak mau. Mati pada saat sujud terakhir pada saat shalat malam pasti keren. Atau seperti tetangga saya yang mati saat melantunkan istighfar pada pujian menjelang shalat Subuh. Wooow.. indah banget …

Guru mati saat mengajar. Mubaligh mati saat memberi tausiyah. Imam shalat mati saat melantunkan ayat-ayat al-Quran pada pagi hari saat shalat Subuh. Masyaallah …

Maryam mati pada sujud terakhir shalat Isya saat menunggu putra tercintanya Isa bin Maryam yang turun mencari makanan untuk berbuka puasa. Rasulullah saw melepas ruhnya di pangkuan Aisyah ra dengan senyum dan kata terakhirnya adalah ”bersama teman di surga yang paling tinggi”. Ya rafiqil a’la.

Doa Kematian

Mati dengan cara indah sepantasnya kita minta dalam doa. Wassalamu alaiyya yawma wulidtu wa yawma amuutu wa yaw-ma ubhatsu hayya’ adalah doa Isa al-Masih untuk kematiannya. Ibrahim mendoa thawwaffani musliman wa al khiqnii bi shalihiin’ atau thawwaffani ma al abraar Yusuf as mendoa. Atau seperti doa Ibrahim as: robbij’alni lisaanan sidqi fil akhiriin. Ya Rabb jadikan akhir hidupku sebagai bahan bincang yang baik atau akhir yang indah.

Mati dengan cara indah pasti menyenangkan, tapi naifnya berapa di antara kita yang pernah dan mau mendoa untuk cara mati. Doa yang sering dipanjatkan hanya berkutat pada soal rezeki, jodoh, pangkat dan jabatan. Bahkan mendoakan jelek untuk orang yang kita tidak sukai. Lantas dengan cara apa kita bakal mati?

Apapun saya suka dengan doa ini meski tidak berasal dari nabi saw: Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddiini wa ‘aafiyatan fil jasadi waziyaadatan fil’ilmi wabarakatan firrizqi wataubatan qablal maut warahmatan ‘indal maut wamaghfiratan ba’dal maut allahumma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil maut wa najjata minanaari wal’afwa indal hisaab

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu keselamatan di dalam agama dan (‘afiyah) kesehatan badan, dan tambahnya ilmu pengetahuan, dan keberkahan dalam rezeki dan taubat sebelum mati, dan mendapat rahmat waktu mati dan mendapat pengampunan sesudah mati. 

Ya Allah, mudahkan bagi kami waktu menghadapi mati, dan selamatkan kami dari siksa api neraka, dan pengampunan waktu hisab.

Aamiin insyaallah.

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version