Gubernur Khofifah Puji Kinerja MCCC Jatim Tangani Covid

Gubernur Khofifah
Gubernur Khofifah di Kajian Ramadhan PWM Jatim. (Syahroni/PWMU.CO)

PWMU.CO– Gubernur Khofifah memuji kinerja MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center) Jawa Timur yang sangat baik membantu mengatasi wabah corona.

Hal itu disampaikan Gubernur Khofifah Indar Parawansa dalam acara Kajian Ramadhan yang diadakan PWM Jawa Timur secara virtual Sabtu (17/4/2021).

”Saya mengapresiasi dan berterima kasih atas kinerja dan peran MCCC (Muhammadiyah Covid 19 Command Center) yang sangat signifikan tidak hanya bagi negara khususnya bagi Jawa Timur,” kata Gubernur Jatim ini.

Dia menjelaskan, peran Muhammadiyah mengawal dalam bentuk tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dalam menangani wabah Covid-19. ”Berkat bantuan dan referensi dari Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang, yang  di saat pemerintah mengalami kesulitan dalam mendapatkan APD mampu memberikan solusi,” tandasnya.

APD adalah alat pelindung diri untuk petugas medis rumah sakit yang menangani pasien Covid.

Dia menyampaikan, pola pelayanan yang diterapkan di RS UMM yang menerapkan sekat-sekat untuk ruang pasien dan cara mendapatkan APD dengan menggerakkan UKM-UKM sehingga menjadi best practise yang penting.

”Ini menjadi pembelajaran bersama bahwa ada inisiasi-inisiasi dan pikiran-pikiran genius yang waktu itu sangat bermakna bagi Pemprov Jatim untuk mereplikasi format-format efektivitas dan efisiensi pelayanan yang dicontohkan oleh RS UMM untuk disebarluaskan di semua rumah sakit di Jawa Timur,” katanya.

Prioritas Pasca Pandemi

Pemprov, sambung Gubernur Khofifah, juga berterima kasih karena berkat respon dan sinergitas dari Muhammadiyah dan Aisyiyah yang telah menerapkan langkah-langkah preventif dan coverage seperti penanganan stunting.

”Format sinergitas dan kolaborasi dengan pihak terkait memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Terutama dalam meningkatkan percepatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Apabila ada data yang kurang soheh semoga bisa diperbaiki bersama,” papar Khofifah yang pernah menjabat menteri sosial.

Kajian Ramadhan kali ini, kata dia, sebagai bahan evaluasi bersama agar terbangun satu kesepahaman yang lebih utuh untuk mempersiapkan diri pasca pandemi dengan lebih baik. Ada nilai yang harus menjadi prioritas sebelum pandemi yaitu infrastruktur, lapangan kerja dan edukasi.

”Ada nilai yang harus menjadi prioritas pasca pandemi lapangan kerja, keterjangkauan, dan keamanan. Mengingat akan banyak kegiatan masih dilakukan secara virtual, perdagangan kita pun mungkin masih akan dilakukan secara online,” tuturnya.

Dikatakan, Jack Ma menyebutkan, pada 2030 UKM di dunia 99 persen  akan dilakukan secara online sehingga mengurangi pertemuan fisik. Demikian juga dalam hal keamanan kita akan lebih peduli  menjaga kesehatan diri dan lingkungan terdekat dan menjadi PR kita bersama.

Kesehatan Mental

Mengutip PWC Consumer Insight, Khofifah mengatakan,  91 persen consumer kesehatan kita akan lebih fokus pada kesehatan mental. Ini akan menjadi kekuatan Muhammadiyah di Indonesia, kalau 91persen consumer Indonesia lebih fokus pada kesehatan mental yang diperoleh dari pelajaran berharga yang dialami oleh para penyintas.

Mengingat masa-masa isolasi mandiri seperti uzlah karena tidak boleh ditengok dan bertemu dikhawatirkan akan menularkan virus Covid. Namun kegiatan harus terus berjalan. Untuk itulah pentingnya pertemuan yang dilakukan secara virtual. Untuk itulah perlunya kepercayaan diri dengan meningkatkan kepercayaan diri melalui spiritual approach.

”Jejak luka akibat Covid-19 pastilah sangat mendalam, untuk itu perlu diadakan pendampingan terutama dari segi agama,” tandasnya.

Khofifah juga menyinggung pentingnya digital etics. Mengingat banyaknya gambar-gambar tidak layak tayang yang menyertai setiap berita di medsos. Perlunya merapikan konten-konten tersebut agar tidak tidak tampil dan dapat meracuni pola pikiran bukan hanya peserta didik tapi juga orang dewasa.

Menurut dia, dibutuhkan sinergi yang kuat dalam menangangi digital etic untuk melindungi dari hal-hal tersebut sebagai antisipasi dari hal-hal yang tidak baik. Kebutuhan digitalisasi sistem memang penting namun lebih penting menjaga kesehatan mental dan pikiran dari hal-hal yang berbau pornografi. (*)

Penulis Yulia Febrianti  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version