PWMU.CO– Dirjen Kebudayaan diminta lebih serius mendukung Gerakan Sensor Mandiri yang dicanangkan oleh Lembaga Sensor Film (LSF).
Hal itu disampaikan anggota DPR Prof Zainuddin Maliki dalam Sosialisasi Gerakan Sensor Mandiri yang diselenggarakan LSF di Gresik, Sabtu (24/9/21).
”Saya berharap pemerintah melalui Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek lebih serius men-support Lembaga Sensor Film (LSF) menebar gerakan sensor mandiri,” kata Zainuddin Maliki, anggota Komisi X DPR dari Fraksi PAN.
”Saya memandang gerakan sensor mandiri sangat strategis, karena persebaran film yang kian cepat dan meluas dengan volume yang tinggi sebagai dampak dari ledakan ilmu penyetahuan dan teknologi,” ujarnya.
Dalam acara sosialisasi dihadiri Wakil Ketua LSF Ervan Ismail, Ketua Komisi 3 LSF Naswardi, Ketua Subkomisi Pengkajian LSF Kuat Prihatin dan Wakil Bupati Gresik Dra Aminatun Habibah.
Zainuddin Maliki yang pernah menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu menegaskan, siap atau tidak, saat ini masyarakat berhadapan dengan teknologi nano. Yakni teknologi yang semakin kecil, namun semakin cerdas dan canggih.
”Teknologi nano telah mengantarkan kita memasuki era industri 4.0 dan telah menyebabkan terjadinya gelombang tsunami informasi, termasuk muncul dalam bentuk film dalam dan dari luar negeri,” tuturnya.
Diterangkan, film saat ini tidak hanya hadir di studio atau bioskop. Ia hadir bagaikan tsunami ke ruang-ruang privat melalui berbagai bentuk platform media sosial. ”Siapa saja yang memiliki gadget dengan sangat mudah mendapatkan sajian informasi, begitu pun film yang tak seluruhnya sudah tersensor,” kata legislator asal Dapil Jatim X Gresik-Lamongan itu.
Problemnya adalah, sambung dia, film yang dapat ditonton dengan mudah itu tidak semua film yang baik. Film yang beredar tentu diharapkan yang menghibur sekaligus mendidik, mencerahkan dan mendorong cara hidup berkemajuan.
”Oleh karena banyak yang tak mendidik, ada yang cenderung memicu kekerasan, permusuhan dan menjerumuskan, dengan demikian dibutuhkan kecerdasan memilah dan memilih film yang bermanfaat,” ungkapnya.
Karena itu, ujar Zainuddin, kita tidak bisa membiarkan LSF berkerja sendiri. Masyarakat harus turut ambil bagian dengan cara membudayakan sensor mandiri sehingga masyarakat bisa memilah film-film yang bermanfaat dan mana film yang justru mendatangkan madharat.
Di tengah gelombang tsunami informasi seperti itu maka perlu masyarakat dibantu dalam upaya meningkatkan kemampuan, bukan hanya dalam melakukan akses informasi, tetapi juga sekaligus kemampuan melakukan analisis informasi.
”Dengan kemampuan akses sekaligus analisis informasi itu memungkinkan masyarakat bisa menghindarkan diri dari informasi dan film-film yang tidak mendidik dan bahkan pesan-pesan yang disampaikan bertolak belakang dengan kepribadian, keyakinan, dan jati diri bangsa kita,” pungkasnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post