Jadi Rektor Kampus Swasta Itu Beratnya Dua Kali Lipat dari Negeri

Jadi rektor kampus swasta itu beratnya dua kali lipat dari negeri. Demikian kata Rektor Umgo Prof Abd Kadim Masaong, Jumat (11/2/22).
Rektor Umgo Prof Dr Abd Kadim Masaong

PWMU.CO – Jadi rektor kampus swasta itu beratnya dua kali lipat dari negeri. Demikian kata Rektor Umgo Prof Abd Kadim Masaong, Jumat (11/2/22).

Hal tersebut disampaikannya saat Universitas Muhammadiyah Gorontalo (Umgo), menggelar peletakan batu pertama pembangunan gedung kuliah unik. Gedung tersebut akan menjadi ikon Gunung Hunthulobohu Pentadio Timur, Kabupaten Gorontalo.

Rektor Umgo Prof Dr Abd Kadim Masaong dalam sambutannya menyampaikan, kompetisi dalam dalam dunia pendidikan saat ini sangat ketat. “Baik skala daerah maupun nasional, hal tersebut menuntut kita untuk berbenah,” ujarnya.

Prof Kadim lalu menjelaskan empat strategi dalam berkompetisi, pertama, jadilah sesuatu yang unik. “Alhamdulillah, gedung lantai 3 Umgo yang akan dibangun hari ini adalah gedung unik. Karena terhubung dengan Gedung Rektorat dan Gedung lantai 5, juga mengikuti struktur gunung. Jadi semua bangunan tersambung dengan jembatan,” paparnya.

Kedua, sambung dia, adalah memenangkan kualitas. Dengan sistem berasrama menjadi cara unik untuk meningkatkan kualitas. “Orangtua yang sibuk bekerja akan menitipkan anaknya kuliah di Umgo karena merasa aman. Budaya mutu dosen dan tenaga kependidikan juga akan kita tingkatkan,” jelasnya.

Jadi Rektor Kampus Swasta itu Berat

Ketiga dan keempat, kata Prof Kadim, adalah memperkuat silaturahim dan menguasai IT serta media sosial. “Karena dengan silaturahim memudahkan urusan dan rezeki, sementara menguasai IT dan media sosial ini penting, agar kampus mampu berkompetisi dan mudah dikenal masyarakat dan calon mahasiswa baru,” tutur dia.

Prof Kadim juga mengatakan, menjadi rektor di kampus swasta itu  beratnya dua kali lipat dibanding negeri. “Karena mencari mahasiswa sendiri, uang untuk pembangunan sendiri, serta uang untuk gaji dosen dan tenaga kependidikan itu juga sendiri,” ungkapnya.

Allah, sambungnya, tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya. “Maka kampus Umgo tidak akan berubah jika bukan kita yang mengubahnya. Insyaallah pada Tahun Ajaran Baru 2022/2023 atau semester depan, gedung ini bisa dipakai,” tutupnya.

Kebanggaan Muhammadiyah

Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Gorontalo Dr Sabara Karim Ngou, dalam sambutannya menyampaikan, hari ini sejarah baru untuk Umgo. “Dengan adanya peletakan batu pertama ini, menjadi prestasi Pak Rektor selama memimpin setahun lebih dua bulan. Gedung ini juga menjadi kebanggaan Muhammadiyah, pemerintah daerah, dan masyarakat Gorontalo pada umumnya,” terang dia.

Dr Sabara Karim Ngou juga menjelaskan, ketika dua gedung ini terbangun, maka tiga gedung yang tersambung akan menjadi daya tarik. “Saya yakin ke depan, calon mahasiswa yang akan mencari Umgo,” tutupnya.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Sekda Kabupaten Gorontalo Ir Hj Hadidjah Uthaib MM, yang mewakili bupati karena ada kegiatan kunjungan ke luar daerah. Dunia pendidikan, kata dia, merupakan prioritas utama Pemda Gorontalo.

“Saya mengikuti perkembangan Umgo, karena mulai SD sampai SMA di Limboto dan sekarang mengabdi juga di Limboto,” tuturnya.

Kemajuan Umgo, kata dia, selalu diperhatikannya, mulai hanya memiliki satu jurusan, yakni kesehatan sampai sekarang, yang memiliki jumlah mahasiswa dan jurusan yang banyak.

“Jika di malam hari, Gedung Rektorat Umgo menampakkan keindahannya, itu penampilan pertama. Orang biasanya melihat penampilan dulu baru melihat isi atau mutu, dan Umgo memiliki penampilan bagus dan mutu yang bagus,” pungkasnya.

Usai sambutan, dilanjutkan prosesi peletakan batu pertama. Dimulai dari Sekda Kabupaten Gorontalo Ir Hj Hadidjah Uthaib MM, Ketua PWM Gorontalo Dr Sabara Karim Ngou, Ketua BPH Drs H Yusnan J Ekie MPd, dan Rektor Prof Dr Abd Kadim Masaong. Turut serta Ketua IKA Alumni Umgo H Adnan Entengo SAP MPd, Panitia Pembangunan, juga Perwakilan Bank Muamalat dan perwakilan mahasiswa. (*)

Penulis Zainuddin. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version