Perbedaan Hidup dan Kehidupan Dikupas Kajian Online Ikwam SDMM

Afif Hidayatullah dalam Kajian Online FKDI Ikwam SDMM (Tangkapan layar dari YouTube SDMM)

Perbedaan Hidup dan Kehidupan Dikupas Kajian Online Ikwam SDMM, laporan Ayu Triria Puspita Devi, kontributor PWMU.CO Gresik

PWMU.CO – Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik menyelenggarakan Forum Kajian Dakwah Islam (FKDI) yang digelar secara online Jumat (18/2/2022) pagi.

Acara ini mengundang seorang terapis muda Afif Hidayatullah SE SPd MAk CHt C.NNLP C.STMI. Dia mengambil tema ‘The Power of Syukur’.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Ranting Muhammadiyah Perumahan Pongangan Indah (PPI) Ir H Hon Jaelani, Kepala SDMM Ria Pusvita Sari MPd, Ketua Ikwam SDMM Yani Zulhah, perwakilan guru SDMM dan beberapa wali murid SDMM.

Kajian yang diselenggarakan oleh Ikwam SDMM tersebut diisi dengan pembukaan, pembacaan ayat suci al-Quran, sambutan oleh Kepala SDMM Ria Pusvita Sari dan Ana Sumade yang mewakili Ikwam, acara inti kajian online, sesi tanya-jawab, doa penutup, dan pembagian doorprize.

Afif Hidayatullah mengawali kajian dengan memberikan pertanyaan kepada hadirin mengenai hidup dan kehidupan. “Saya tanya dulu, pernah nggak kita itu merasa capek dengan hidup? Mengeluh ataupun kita merasa nggak enak semua. Ataupun kita merasa kurang terus? Pernah nggak. Ketik di kolom chat? kata Afif.

Beberapa saat dia kemudian berkata, “Jawabannya pernah semua ya. Pernah ternyata.”

Coach Afif, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa ia membuka praktik terapi dari Rumah Hypnotherapy Pondok Permata Suci (PPS) Gresik. Namun, sebenarnya dia sudah sering membantu mengobati pasien sejak empat tahun yang yang lalu di rumah Ambeng-Ambeng sebelum pindah ke PPS Gresik.

Selain itu, ia juga memiliki karya berupa dua buku yang dapat dibaca oleh pasien yang sakit psikis di antaranya yang berjudul Guru Sugestif dan Orangtua Sugestif.

Ukuran Kebahagiaan

Afif melanjutkan ceramahnya dengan menanyakan arti bahagia. “Saya ingin mengupas dulu bagaimana ukuran kebahagiaan itu? Ada tidak ya orang yang rumahnya banyak, uangnya banyak, tanahnya banyak, tapi dia tidak bahagia? Silakan ketik di kolom chat. Para peserta bilang banyak, kemudian bilang ada. Hampir semuanya mengatakan ada,” terangnya.

Maka dari itu sambungnya, orang yang tahu cara bersyukur adalah orang yang bisa menikmati keindahan dan arti dari kebahagiaan hidup.

Ia mengatakan, “Kaya itu penting tapi bersyukur itu jauh lebih kaya. Sukses itu penting tapi bersukur itu jauh lebih sukses”. Oleh sebab itu, menurut coach Afif, ketika kita tahu cara bersyukur, maka semuanya bisa menjadi sumber pahala.

“Ketika kita tahu ayat ‘fabiayyi aalaai rabbikuma tukaddziban’; ketika kita mempunyai mental kuat, yakni ketika ada masalah lalu di dalam hati kita mengatakan ‘fainna ma’al usri yusra inna ma’al usri yusra’; ketika kita berdakwah; ketika mengajar; langsung yang ada di dalam pikiran kita ‘wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’ budun’. Akhirnya semua nikmat yang kita syukuri dapat menjadi sumber pahala,” urainya.

Menurut trainer muda itu, orangtua yang hebat adalah ayah bunda yang mampu menjadikan anak-anaknya sebagai sumber pahala. Oleh sebab itu, jika di rumah ada anak yang sikapnya kurang baik, maka orangtuanya tetap tidak pernah menyerah memberikan nasihat-nasihat karena mereka yakin Allah tidak pernah melihat hasil nasihatnya tapi Allah melihat proses nasihatnya.

“Pernah tidak kita mengeluh, ngersulo terhadap putra-putri kita atau pasangan hidup kita? Pernah? Misal anak itu sulit dinasihati, misal dalam hal kurang dekat dengan pasangan, ditinggal suami nggak pulang-pulang, atau anak bandel, dan sebagainya. Bagaimana dengan para peserta?” tanyanya.

Kemudian beberapa peserta menjawab dan mengatakan anak mereka kadang tidak mau menurut, susah dinasihati, atau kebiasaan anak susah diajak belajar.

Afif percaya ketika para orangtua mensyukuri nikmat anak dan mampu menjadikan anak sebagai sumber pahala maka rumah mereka akhirnya menjadi kehidupan.

Baca sambungan di halaman 2: Beda Hidup dan Kehidupan?

Suasana di Aula SDMM. Perbedaan Hidup dan Kehidupan dalam Kajian Online Ikwam SDMM (Tangkapan layar dari YouTube SDMM)

Beda Hidup dan Kehidupan

Pertanyaan selanjutkan yang disampaikan Afif adalah soal hidup dan kehidupan. “Bedanya apa hidup dan kehidupan?” tanyanya.

Sebelumnya, lanjut dia, saya sampaikan bahwa banyak manusia yang tidak bisa menikmati hidupnya karena lupa dengan cara bersyukur. Bahkan banyak orang sakit hanya karena jarang mengatakan terima kasih kepada Allah atas nikmat yang dia peroleh.

Ia melanjutkan, ketika kita berterima kasih kepada Allah atas berbagai nikmat—seperti bernafas, memiliki pasangan hidup, bisa berjalan—maka tubuh kita rasanya lebih plong. Tubuh rasanya lebih enak bahkan sakit-sakit yang menempel di pikiran, yang disebabkan oleh psikologi yang kurang bersyukur insyaallah dibantu oleh Allah untuk sembuh.

Afif Hidayatullah menjelaskan, terapi syukur merupakan pengembangan potensi fitrah yang menekankan pada kecerdasan manusia dalam mendayagunakan segenap rezeki Tuhan dengan tetap berprasangka baik kepada Sang Pencipta.

Ia lalu menerangkan perbedan antara hidup dan kehidupan. “Ayah-Bunda, hidup itu ada wujudnya tapi tidak bisa dirasakan keberadaannya. Adanya Ayah-Bunda di rumah nggak bisa dirasakan keberadaannya oleh anak-anaknya itu hidup. Adanya suami tidak dirasakan keberadaannya oleh istri ini hidup. Adanya istri tidak dirasakan keberadaannya oleh suami ini hidup,” terang Afif.

“Maka dari itu beda dengan kehidupan. Kalau kehidupan, ada orangnya ya bisa dirasakan juga keberadaannya. Adanya kita di rumah bisa dirasakan keberadaannya oleh anak, oleh suami atau istri kita,” ulasnya.

“Kira-kira lebih enak mana hidup atau kehidupan? Silakan diketik di kolom chat,” instruksinya.

“Jawabannya kehidupan,” ujarnya.

Pertanyaan lain, “Masih banyak nggak di Indonesia ini yang rumah atau tempat kerjanya sekadar hidup? Kalau masih banyak ketik masih banyak. Kalau tidak ya ketik tidak banyak,” instruksinya lagi.

“Ternyata Ayah-Bunda banyak yang menjawab masih banyak, karena masih banyak itulah akhirnya apa?” Afif melanjutkan pertanyaan.

Baca sambungan di halaman 3: Jika Hidup tanpa Syukur

Buku karya Afif Hidayatullah berjudul ‘Guru Sugestif’ dan ‘Orangtua Sugesstif’ (Tangkap layar dari Youtube SDMM)

Jika Hidup tanpa Syukur

Coach Afif lalu menjelaskan, jika hidup tidak penuh dengan rasa syukur maka kita tidak bisa mensyukuri pekerjaan kita. “Kita tidak mensyukuri suami atau istri yang baik. Kita justru ingat yang negatifnya. Sebagian besar orang lebih mengingat hal-hal negatif dari pada hal-hal positif dari orang lain yang dekat dengan mereka,” kata dia.

Dengan kata lain, lanjutnya, ketika mereka mengatakan hal negatif dapat menyebabkan apa-apa yang mereka rasakan menjadi tidak enak di dada atau di hati.

Nggak enak semuanya di rumah yang diingat negatif, sakit hati, dendam sehingga lama-kelamaan aliran darah kita tersumbat pikiran bawah sadar kita nggak terasa nyaman, lama-lama bisa jadi stroke ringan,” tuturnya.

Dia lalu bercerita pernah membantu kepala sekolah di salah satu sekolah negeri. Dia gagal jadi kepala sekolah. Ia tidak terima karena merasa dijatuhkan oleh teman-temannya sehingga ia sakit stroke.

“Alhamdulillah dikasih terapi syukur, tapi karena dia mau dan yakin bisa sembuh, ya alhamdulillah bisa terbantu. Maksdunya apa? Itulah bedanya hidup dan kehidupan,” ungkapnya dengan senyum.

Di samping itu, Coach Afif mengatakan banyak ayat al-Quran tentang syukur yang bisa menjadi bahan refleksi. Seperti dalam surat ar-rahman, terdapat ayat ‘fabiayyi alai rabbikuma tukaddziban’. Dia mengungkapkan melalui ayat tersebut, kita sudah disentuh kalau kita tidak boleh menyerah dalam kehidupan, dalam diri kita dan dalam pikiran kita harus ada satu mental penting.

Afif lalu memberikan kalimat posisitf agar bermental kuat. “Jangan pernah mengatakan, ‘Ya Allah masalahku besar’ Tapi katakanlah, “Wahai masalah, saya punya Allah Yang Maha Besar.”

Dengan mental tersebut menurutnya kita bisa menikmati kehidupan. Sehingga ada orangnya bisa dirasakan keberadaannya karena ada komunikasi antara orangtua dan anak itu penting.

“Terkadang kita menyuruh anak belajar tetapi kita malah menonton televisi. Atau terkadang kita menyuruh anak belajar tapi kita malah HP. Akhirnya rumah kita nggak menghipnotis,” ujarnya.

“Kan di rumah itu ada tiga sumber. Kalau tidak tinggal di rumah mertua, berarti ada anak, istri, dan suami, yang di situ kita mengingat kebaikannya bukan keburukannya. Karena kalau keburukannya jadilah sakit hati dendam, nggak rukun dan sebagainya,” tambahnya.

Afif berkisah, pernah mmeinta datang ke rumahnya pasangan yang mau cerai. “Saya suruh mengingat kebaikan pasangannya. Saya minta kepadanya untuk menghadirkan atau memperjelas gambarnya dalam pikiran. Perjelas suasananya ketika melakukan kebaikan. Lalu saya minta dia katakan terima kasih. Alhamdulillah dia fresh kembali dan tidak jadi bercerai,” kisahnya.

Dimensi Syukur

Afif Hidayatullah menuturkan dimensi psikologis yang tampak dalam perilaku syukur adalah menyangkut mental manusia dalam menggerakkan hatinya untuk berbagi kepada sesama setelah memperoleh kenikmatan dari Tuhan.

Dimensi psikologis yang juga terdapat dalam perilaku syukur adalah dimensi emosional. Dimensi psikologis ini terkait dengan ego atau yang melekat dalam diri manusia dan menjadi pemicu lahirnya ambisi yang berlebihan.

“Apakah Ayah-Bunda pernah melihat atau mendengar orang sakit stroke ringan atau asam lambung, asma karena pikiran dan hipertensi? Ada nggak orang sakit semacam itu tapi Anda sudah tahu orang itu memiliki kebiasaan kurang syukur,” katanya.

Dengan adanya webinar singkat tersebut, coach Afif ingin para peserta mau membantu karena tidak banyak orang yang bisa menguasai terapi yang untuk kesehatan apalagi ilmu hypnoterapi.

“Makanya jika ada orang seperti itu tolong dibantu. Kata dokter pasti sehat. Diperiksakan di manapun sehat tapi kok gini. Ternyata sakitnya karena dituduh pacaran temannya, sakitnya dulu waktu TK kan orangtuanya sudah cerai. Ibunya, maaf, ngajak laki-laki lain sehingga ia benci pada ibunya dan berpikir macam-macam. Maka untuk terapi penyembuhan saya akan kasih skrip terapi syukur,” terangnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version