SMP Mudama Gelar Ujian Tasmik Quran bil Ghaib

Salah satu siswa SMP Mudama Pondok Modern Paciran saat mengikuti ujian tasmi’ al-Quran bil ghaib (Taqwim/PWMU.CO)
Salah satu siswa SMP Mudama Pondok Modern Paciran saat mengikuti ujian tasmi’ al-Quran bil ghaib (Taqwim/PWMU.CO)

PWMU.CO – SMP Mudama (Muhammadiyah 25) Pondok Modern Muhammadiyah Paciran, Lamongan menggelar ujian tasmik al-Quran bil ghaib 1 juz, 3 juz, 5 juz, dan 10 juz sekali duduk bagi kelas IX Tahfidh di Aula Pondok.

Ujian tersebut dilaksanakan selama sepekan dengan sistem bergantian per hari sesuai jadwal yang ditentukan. Berlangsung sejak hari Senin (21/2/2022) sampai Ahad (27/2/2022) dan diikuti 21 siswa-siswi kelas 9 tahfidh, terdiri dari 8 putra dan 13 putri.

Furqon Firmansyah SPd, Kepala SMPM 25 saat menyampaikan sambutannya pada pembukaan ujian tasmi’ al-quran bil ghaib, mengatakan, ada perasaan haru atas capaian hafalan siswa-siswi SMP Mudama. Target sampai kelas 9 sebenarnya 15 Juz, tapi ternyata banyak yang melampaui target.

“Ada yang sampai 18 Juz, 19 Juz, 21 Juz dan bahkan sampai ada yang menuntaskan hafalannya 30 juz. Ini merupakan satu hal yang perlu disyukuri,” tuturnya.

Furqon juga berpesan kepada para peserta agar berterima kasih kepada kedua orang tua, karena di balik kesuksesan ini tentunya tidak terlepas dari iringan doa dan support dari orang tua.

“Juga berterima kasihlah kepada ustadz dan ustadzah yang menemani perjuangan kalian saat menghafalkan al-quran, sehingga kalian bisa menjadi seperti sekarang ini,” tuturnya.

Furqon juga menegaskan agar siswa-siswi kelak menjadi hafidh dan hafidhah yang tidak hanya sekedar hafal ayat-ayat al-quran, tapi juga memahami kadungannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Kenapa demikian? Karena jika al-quran hanya sekedar dihafal tanpa memahami kandungan-kandungannya, maka bisa jadi nantinya orang tersebut hafidh al-quran tapi korupsi, hafidh al-quran tapi berbuat curang, hafidh al-quran tapi sombong, hafidh al-quran tapi melakukan perbuatan yang kurang terpuji,” katanya.

“Seorang hafidh dan hafidhah haruslah menjadi teladan di lingkungannya, di pundak mereka terdapat tanggungjawab besar untuk perbaikan umat, terlebih dalam konteks berbangsa dan bernegara,” tandasnya.

Sepekan untuk Murajaah

Sementara itu, Ustadzah Masyithoh SPdI yang juga sebagai koordinator penguji tahfidh menuturkan, sebelum ujian, para siswa diberikan waktu selama sepekan untuk memuraja’ah hafalannya.

“Dalam satu pekan itu para siswa diminta untuk memilih tanggal dan hari untuk mengikuti ujian. Satu anak mendapat kesempatan satu hari untuk ujiannya,” terang Masyithoh.

Terdapat 4 pilihan untuk masing-masing anak, keempat pilihan tersebut yaitu 1 Juz sekali duduk, 3 Juz sekali duduk, 5 Juz sekali duduk dan 10 Juz sekali duduk. Tentunya akan diperhatikan juga kemampuan anak dalam menghafal.

“Dari pilihan-pilihan yang diberikan, ada yang memilih ujian tasmi’ al-Quran 1 Juz sekali duduk dan ternyata ada banyak siswa yang memilih ujian 3 Juz sekali duduk, 5 Juz sekali duduk, juga ada yang 10 Juz sekali duduk,” katanya.

Terdapat beberapa alasan kenapa ujian tasmi’ al-quran dibuat seperti itu. Pertama, sebagai tantangan buat anak-anak karena harus melatih konsentrasi dan daya ingat.

“Semakin banyak juz yang sudah dihafalkan, maka semakin banyak pula tantangan yang akan dihadapi karena nanti anak tersebut akan menjumpai beberapa ayat yang serupa,” terang Masyithoh.

Kedua, membiasakan diri untuk selalu muraja’ah, muraja’ah dan muraja’ah. Karena perjuangan terberat bagi para penghafal al-Quran adalah saat menjaga hafalannya, bukan sekedar setoran ziyadah hafalan.

“Seorang penghafal yang melupakan muraja’ah, maka seakan dia telah menghianati perjuangan serta pengorbanannya saat menghafalkan al-quran,” ujarnya.

Ketiga, kenapa dipilih waktu tertentu? Karena dengan ditentukannya waktu ujian, maka anak-anak akan belajar untuk bertanggungjawab. Sebelum waktu ujian tiba, anak-anak punya waktu untuk mempersiapkan hafalannya.

“Jika hari ujian sudah tiba dan ada yang tidak lancar, maka itu kesalahan mereka sendiri, karena ia kurang dalam mempersiapkannya. Dan alhamdulilah, anak-anak bisa memberikan hasil yang terbaik. Tingkat kefokusan serta keseriusan mereka juga sangat baik, hingga akhirnya mereka bisa melewati ujian dengan baik,” tutur Masyithoh.

Kesan Peserta

Salah satu peserta ujian tahfidh, Habibi Egi Saputra, Siswa kelas 9 Tahfidh SMP Mudama Paciran yang juga hafidh al-quran 30 Juz itu mengatakan, ujian tahfidh memang selalu menantang, ada tantangan untuk mengasah logika dan daya ingat.

Meski sering dibaca berulang-ulang, tidak menutup kemungkinan akan salah ayat, mengingat ada beberapa ayat yang mirip. Apalagi ini langsung tasmi’ 10 Juz dalam sekali duduk.

“Meski kemarin juga sudah pernah ujian tasmi’ 10 Juz, tapi tetap saja, ujian 10 Juz sekali duduk bukanlah hal yang mudah, apalagi ditambah dengan perasan grogi. Meski diawal sempat nervous, tapi alhamdulillah bisa menyelesaikan juga,” terangnya.

Perasaan khawatir juga dialami Mutiara Wakhdah Cahyani, “Saat itu saya memilih ujian 5 Juz sekali duduk. Saat tiba giliran maju, perasaan campur aduk, takut salah, deg-degan, tapi akhirnya bisa menguasai suasana hati supaya lebih tenang. Ada perasan lega saat bisa menuntaskan ujian tahfidh,” ujar siswi yang hafal 18 Juz tersebut. (*)

Penulis Taqwim Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version