Usai PTS, IPM Mudama Gelar Seminar Pelajar

IPM Mudama Pondok Modern Paciran Lamongan menggelar seminar usai PTS Genap (Taqwim/PWMU.CO)
IPM Mudama Pondok Modern Paciran Lamongan menggelar seminar usai PTS Genap (Taqwim/PWMU.CO)

Usai PTS, IPM Mudama Gelar Seminar Pelajar. Laporan Taqwim. Kontributor PWMU.CO Lamongan.

PWMU.CO – Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMP Muhammadiyah 25 (SMP Mudama) Pondok Modern Muhammadiyah Paciran menyelenggarakan seminar bertajuk Adab Pelajar Islami.

Seminar ini digelar sepekan setelah kegiatan penilaian tengah semester (PTS) genap dan berlangsung di Aula Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 (Mamda) Paciran, Sabtu (19/03/2022).

Mengusung tema Galilah Tanah hingga Menjadi Lubang dan Galilah Ilmu hingga Tinggi Menjulang, Ketua IPM SMP Mudama Paciran Hakam Mubarok mengimbau agar kader IPM selalu haus ilmu dan anggun dalam berperilaku.

“Sebagaimana filofosi dari tema yang kami ambil yakni Gali Tanah hingga Berlubang mempunyai maksud usaha yang sungguh-sungguh serta merenungi bahwa kejadian kita bermula dari sari pati tanah. Sehingga setinggi apapun derajat seseorang, maka jangan lupa untuk tetap merendah, tawadhu seperti tanah,” katanya.

Adapun maksud Galilah Ilmu Hingga Tinggi Menjulang, menurutnya merupakan penerjemahan dari simbol ikatan, yaitu pena.

“Pena yang menjadi jati diri pelajar berkemajuan. Maka seorang terpelajar haruslah berilmu tinggi dan beradab mulia. Kami berharap, ilmu yang didapat nanti bisa berkah dan menambah wawasan untuk kita semua,” tuturnya.

Rizqi Farid Al Husni, perwakilan dari Pimpinan Cabang (PC) IPM Paciran mengucapkan terima kasih kepada PR IPM Mudama karena usai PTS bisa mengadakan refreshing yang berbeda, yakni refreshing dengan mengadakan seminar.

“Harapan kami, agar para peserta nanti bisa aktif untuk bertanya, karena bertanya adalah gerbang awal untuk membuka pengetahuan,” katanya.

Dia juga berpesan, saat peserta mengajukan pertanyaan, agar adab juga penting untuk diperhatikan.

“Sebagaimana kata pepatah arab تعلّم الأدب قبل أن تتعلّم العلم (Belajarlah adab sebelum mempelajari ilmu),” pesannya.

Keistimewaan Ilmu

Dalam sambutannya, Kepala SMPM 25 Furqon Firmansyah SPd menyebutkan, jumlah peserta yang hadir saat ini hanya dihadiri oleh siswa-siswa kelas 7 dan 8, karena siswa-siswi kelas 9 masih melaksanakan ujian praktek.

“Peserta yang ikut seminar kurang lebih ada sekitar 140an peserta,” terangnya.

Dia menuturkan, menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Banyak keistimewaan yang didapatkan jika seseorang benar-benar mencurahkan pikirannya untuk memperoleh ilmu.

“Pertama, ilmu spesial hanya untuk manusia. Manusia dan binatang sejatinya sama, hanya ilmu lah yang membedakannya,” jelas Furqon.

Dia mengatakan, binatang makan, begitu juga manusia. Binatang tidur, kawin, beraktifitas, begitu pula manusia. Maka, ilmu yang menjadi pembeda antara manusia dan binatang.

“Kedua, ilmu menghantarkan kepada kebaikan dan ketaqwaan. Dengan ilmu, seseorang bisa beramal sesuai dengan petunjuk dan tata cara yang benar, maka ilmu menjadi entitas yang sangat penting agar dapat diketahui suatu amalan tersebut bernilai atau tidak,” lanjutnya.

Menjadi Pelajar Berkeadaban

Hadir sebagai pemateri, Ibu Rofidah SThI. Dia menjelaskan, adab dan pelajar menjadi hal yang tidak terpisahkan. Seorang pelajar setidaknya memahami artikulasi antara adab dan manusia terdidik.

“Setidaknya, terdapat tiga implementasi adab. Pertama, Adab kepada orang tua. Siapa orang tua? Orang tua adalah orang yang melahirkan, mengasuh, membesarkan, mendidik dan merawat anaknya sedari kecil hingga besar,” paparnya.

Orang tua menjadi orang yang berjasa kepada kita sehingga bakti tertinggi harus kita berikan ke mereka. Bahkan ridlonya Allah tergantung pada keridloan orang tua.

“Dengan demikian, saat interaksi dengan orang tua, sangat penting agar kita perhatikan ucapan, perilaku, dan lain sebagainya,” tandas Rofidah.

Kedua, adab kepada guru. Guru merupakan pengganti orang tua di sekolah. Guru menjadi orang yang berjasa, yang mengajar dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk menghargai dan menghormatinya.

“Lantas, bagaimana cara menghormati guru?” tanyanya.

Terdapat beberapa cara untuk menghormati guru yakni tidak berkata kasar, menghargai, mendengarkan serta menyimak saat guru sedang menerangkan, menyapa jika bertemu, tidak membantah saat dinasehati, dan terakhir hormat dan patuh.

Ketiga, adab kepada sesama. Yang dimaksud adab kepada sesama di sini adalah adab kita terhadap semua makhluk hidup. Termasuk adab dengan teman, masyarakat, lingkungan, binatang, dan semua makhluk hidup.

“Apa yang kita petik saat ini adalah karena kelalaian kita sebagai manusia untuk berbuat baik dengan apa yang ada disekitar kita. Polusi udara, ekosistem laut yang terus berkurang, bau sampah di mana-mana. Semuanya tidak terlepas dari ulah tangan kita sebagai manusia,” katanya.

Di samping itu, kita sebagai umat manusia, terkhusus umat muslim, adalah saudara yang saling menguatkan. Tidak boleh saling mendhalimi, mengolok-olok, bertengkar, adu domba, dan lain-lain.

“Jika ada teman yang bertengkar, kita harus melerainya, bukan malah mengadu domba,” pungkas pengajar Fiqih di MAM 2 Modern tersebut. (*)

Penulis Taqwim Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version