Kecanduan Kerja
Dengan kerangka seperti itu, lantas bagaimana yang orientasinya adalah kerja-kerja-kerja? Seperti halnya alcoholic—yakni orang-orang yang kecanduan alkohol dan tidak bisa melepaskan ketergantungan terhadapnya—mereka yang kecanduan kerja sulit sekali melepaskan diri dari kegiatan kerja. Pikiran, konsentrasi, dan tenaga mereka curahkan sepenuhnya untuk pekerjaan.
Sehatkah gejala kecanduan kerja ini? Sebenarnya, seperti diuraikan di depan, menikmati pekerjaan itu sesuatu yang dianjurkan. Namun, jika sampai kecanduan, akan menimbulkan masalah tersendiri. Mengapa?
Pertama, pecandu ini akan menghancurkan keseimbangan biologis dalam tubuhnya. Para pecandu kerja mempunyai tendensi menomorduakan kesehatan. Akibatnya mereka akan menelantarkan olahraga yang cukup, makan yang sehat, dan istirahat. Tidak jarang mereka terkena penyakit berat akibat pola kerja yang berlebihan.
Pecandu-pecandu kerja juga menjadi orang yang tidak peduli terhadap persoalan sosial di lingkungannya. Mereka menjadi manusia steril.
Kedua, kecanduan kerja juga tidak sehat untuk kejiwaan. Jika pikiran dan konsentrasi digunakan melebihi batas kewajaran, akan timbul kejenuhan dan kelelahan, bahkan stres. Mungkin, ekstremnya, kegilaan terhadap kerja akan berbalik menjadi: kerja membuat gila.
Ketiga, kecanduan kerja juga akan menghancurkan keseimangan sosial. Keluarga, adalah komponen sosial pertama yang menerima dampak dari pecandu-pecandu kerja. Waktu, perhatian, dan bimbingan terhadap istri (suami) dan anak-anak menjadi terabaikan.
Pecandu-pecandu kerja juga menjadi orang yang tidak peduli terhadap persoalan sosial di lingkungannya. Mereka menjadi manusia steril. Terbebas dari masalah-masalah sosial yang membelit masyarakat. Dari sisi individual, hal itu mungkin menguntungkan bagi mereka, karena tak perlu lagi dipusingkan oleh persoalan-persoalan di luar dirinya. Akan tetapi sosok yang demikian telah tercerabut dari akar kemanusiaan, yang pada dasarnya adalah makhluk sosial.
Keempat, melupakan kehidupan akheirat adalah kemungkinan yang bisa terjadi pada para pecandu kerja. Perintah yang berbunyi “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akherat dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari dunia… “ (sl-Qhashas 77), bisa berbalik menjadi “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kehidupan dunia, dan janganlah melupakan kebahagianmu di akhirat.” Jadi kerja (dunia) telah menjadi tujuan, bukan sebagai sarana menuju akherat.
Pada akhirnya, menjaga keseimbangan hidup menjadi penting dilakukan. Agar, kerja yang mestinya menjadi salah satu cara kita menyelesaikan masalah, tidak berbalik menimbulkan masalah. Menyiksa kita di esok hari! (*)
Discussion about this post