FPI Reborn, Operasi Intelejen yang Bocor, dan Perang The King Maker

Bendera LGBT
Dhimam Abror: FPI Reborn, Operasi Intelejen yang Bocor, dan Perang The King Maker

FPI Reborn, Operasi Intelejen yang Bocor, dan Perang The King Maker; Kolom oleh Dhimam Abror Djuraid.

PWMU.CO – Istilah reborn menjadi terkenal setelah serial film ‘’Warkop DKI Reborn’’ menjadi box office sepanjang masa di Indonesia pada 2016. Sejak itu istilah reborn banyak dipakai untuk memberi label kepada apa saja yang sudah menghilang kemudian muncul lagi. Partai politik—yang dulu pernah berjaya kemudian menghilang dan sekarang muncul lagi—dijuluki sebagai parpol reborn alias terlahir kembali.

Salah satu parpol yang disebut reborn adalah Partai Masyumi yang pada 2020 disebut-sebut bakal reborn. Partai yang lahir pada 1945 ini dibubarkan oleh Presiden Sukarno pada 1960 karena persaingan politik yang sangat keras antara Sukarno dan tokoh-tokoh Partai Masyumi. Setelah ‘’mati’’ 60 tahun banyak yang merindukan ‘’the good old days’’ nostalgia masa lalu yang indah, dan menghendaki agar partai itu reborn.

FPI Reborn

Yang rada unik adalah munculnya FPI Reborn. Front Pembela Islam (FPI) sudah dibubarkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2020 karena dianggap bertentangan dengan Pancasila. Bersamaan dengan pembubaran FPI Joko Widodo juga membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dengan alasan yang sama. Baru dibubarkan dua tahun yang silam ternyata sekarang sudah muncul lagi FPI Reborn.

Setelah FPI resmi dibubarkan dan para pimpinannya dijebloskan ke penjara dengan berbagai alasan, sebagian aktivis membentuk organisasi baru bernama Front Persaudaraan Islam dengan singkatan FPI juga. Logo FPI lama dan FPI baru terlihat mirip dengan warna dominan hijau dan pada setengah lingkaran atas terdapat huruf Arab.

FPI versi baru ini tidak disebut sebagai FPI Reborn meskipun sebenarnya bisa disebut demikian. Nama-nama besar yang sebelumnya menggawangi FPI lama tidak masuk dalam struktur utama, tetapi ketua FPI baru ialah aktivis FPI lama dari Banten. FPI bisa dibubarkan berapa kali pun, tetapi akan lahir lagi dan lahir lagi. Begitu ujar Habib Rizieq Shihab, supremo FPI, dalam sebuah kesempatan.

FPI Reborn muncul dalam demonstrasi di Jakarta (6/6/22). Sekelompok orang dengan pakaian khas gamis serba putih melakukan demontrasi di area Patung Kuda lengkap dengan mengerahkan mobil komando yang biasa dipakai dalam berbagai demonstrasi oleh FPI. Kabar pun segera merebak di media sosial setelah diunggah oleh akun milik aktivis media sosial Guntur Romli dan Eko Kuntadi.

Demontrasi itu tidak terlalu besar kalau dibanding dengan demonstrasi yang biasa dilakukan oleh FPI lama yang bisa memobilisasi ribuan massa. Demo kali ini diikuti oleh beberapa puluh orang saja. Demo menjadi heboh karena ada deklarasi dukungan terhadap Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. 

Gerakan itu langsung disebut sebagai ‘’FPI Reborn’’. Dalam waktu singkat FPI non-Reborn mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada instruksi apapun kepada anggota untuk melakukan kegiatan demonstrasi pada hari itu. Pemimpin FPI Muhammad Alatas menegaskan para peserta demo itu bukan anggota FPI.

Berbagai spekulasi pun bermunculan. Ada yang membajak nama FPI dan kemudian membuat deklarasi palsu dengan tujuan mendiskreditkan Gubernur DKI Anies Baswedan. Para kritikus Anies selama ini selalu mengait-ngaitkan Anies dengan gerakan politik aliran. Tidak ada representasi yang paling pas sebagai simbol politik aliran kecuali FPI dan HTI. Munculnya demo FPI Reborn yang mendukung pencapresan Anies bisa menegaskan hubungan Anies dengan kelompok politik aliran.

Baca sambungan di halaman 2: Operasi Bocor

Bendera LGBT
FPI Reborn, Operasi Intelejen yang Bocor, dan Perang The King Maker

Operasi Bocor

Gerakan FPI Reborn langsung mendapat reaksi keras. Usut punya usut akhirnya diketahui bahwa kelompok ini adalah kelompok pendemo bayaran lengkap dengan honor harian. Seseorang yang disebut sebagai pemimpin FPI Reborn sudah membuat pengakuan dalam pernyataan yang disiarkan di media sosial bahwa dirinya merasa dijebak oleh seseorang.

Ada seseorang yang mendatanginya dan mengundangnya untuk memberi doa pada sebuah acara. Ketika tiba di lokasi ternyata sudah ada massa yang melakukan demonstrasi lengkap dengan mobil komando ala FPI. Tak pelak operasi ini bocor. Ada yang menduga ada sekelompok orang yang sengaja membuat skenario menampilkan FPI Reborn untuk mendiskreditkan Anies.

Politisi Muhammad Taufik mencurigai ada operasi intelijen yang sengaja menciptakan FPI Reborn. Taufik mendesak polisi untuk mengusut dan menangkap pelakunya. Tidak selang lama di media sosial muncul profil seseorang yang diduga sebagai makelar demonstrasi FPI Reborn. Dia sudah berpengalaman menggalang demonstrasi sejenis ini, dan orang ini mempunyai track record sebagai anti-Anies Baswedan.

Polisi didesak untuk bertindak tegas. Modus operandi semacam ini dianggap bisa mencederai demokrasi. Polisi pasti tahu siapa penggerak demontrasi ini, karena koordinator demo harus memberi tahu polisi sebelum demonstrasi dilakukan. Menangkap pelaku demonstrasi palsu ini tidak akan sulit bagi polisi. Ada yang penasaran mengapa polisi bisa memberi izin kepada organisasi yang sudah dibibarkan.

Serangan ke Anies

Demonstrasi ini menjadi bagian dari gelombang serangan terhadap Anies. Hanya sehari berselang setelah pelaksanaan balapan Formula E, gelombang serangan dimulai. Kemunculan FPI Reborn terlihat sebagai serangan yang memakai peluru lama untuk menembak Anies. Para kritikus Anies selalu mengaitkannya dengan politik aliran. Tema ‘’ayat dan mayat’’ kembali dimunculkan untuk menyerang Anies.

Setelah serangan FPI Reborn muncul lagi deklarasi ‘’Majelis Sang Presiden’’ di sebuah hotel di kawasan Pancoran, Rabu (8/6/22). Sekelompok orang dengan pakaian gamis putih mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. Sebelum deklarasi dilakukan terjadi ketegangan karena di panggung ada bendera Tauhid berwarna hitam yang identik dengan HTI. Terjadi ketegangan antara panitia dan beberapa orang peserta. Bendera Tauhid itu kemudian diturunkan dari panggung.

Pelaksanaan pilpres masih dua tahun lagi. Tapi perang antara para pendukung masing-masing kandidat sudah semakin keras. Isu politik aliran yang menimbulkan polarisasi sejak pilgub DKI 2017 sampai pilpres 2019 kembali dimunculkan. Masuknya Prabowo dan Sandiaga Uno ke kabinet Jokowi ternyata tidak mengefek terhadap upaya penghilangan polarisasi itu.

Ketika masuk kedalam kabinet Jokowi, Prabowo mengatakan bahwa ia ingin mempersatukan bangsa yang terpecah. Alih-alih mempersatukan, polarisasi terasa makin keras menyengat. Polarisasi lama yang memunculkan kelompok kaceb, kadrun dan cebong, sekarang semakin menajam. Polarisasi memasuki dimensi baru dengan munculnya spekulasi kerenggangan antara Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri.

Semula isu kerenggangan itu hanya lamat-lamat saja, tapi semakin lama semakin jelas terdengar. Asap yang sebelumnya tipis sekarang makin menebal. Api yang menjadi penyebab munculnya asap belum sepenuhnya terungkap, tapi sudah semakin jelas kelihatan.

Megawati ingin meminta kembali mandat yang sudah diberikan kepada Joko Widodo. Mega ingin menegaskan perannya sebagai the king maker atau the queen maker pada pilpres 2024. Jokowi punya ide lain. Dia ingin menjadikan dirinya sendiri sebagai the king maker juga. Ia disebut-sebut sudah menyiapkan sekoci untuk itu.

Koalisi Indonesia Bersatu, Golkar-PAN-PPP, disebut-sebut sebagai sekoci baru yang disiapkan oleh Jokowi untuk mengusung ‘’the king’’ yang disiapkannya. Ganjar Pranowo disebut-sebut sebagai ‘’the designated king’’, sang raja yang dipersiapkan oleh Jokowi. The war of the king makers, makin seru dengan munculnya Surya Paloh yang juga ingin menjadi the alternative king maker. Perang paling seru akan terjadi antara Megawati versus Jokowi.

Salah satu ganjalan terbesar yang dihadapi Jokowi dalam memuluskan skenrio ini diperkirakan muncul dari Anies Baswedan. Perang di antara para king makers itu sudah mulai terasa panasnya sekarang. 

Kemunculan FPI Reborn adalah letupan kecil dari ledakan-ledakan besar yang bakal menyusul. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version