Inilah Makanan Favorit CJH asal Indonesia di Mekah

Ruqoyah (30) jilbab pink penjual bakso asal Sampang Madura Jawa Timur diserbu pembeli, CJH Indonesia di kawasan Masbah Jin, Kota Makah. Inilah Makanan Favorit CJH asal Indonesia di Mekah (Kemas Saiful Rizal/PWMU.CO)

Inilah Makanan Favorit CJH asal Indonesia di Mekah; Liputan kontributor PWMU.CO dari Tanah Suci: Kemas Saiful Rizal.

PWMU.CO – Sehabis shalat Subuh adalah waktunya calon jamaah haji (CJH) asal Indonesia jalan-jalan sambil mencari makanan ringan di area sekitar hotel tempat mereka menginap. 

Hotel-hotel di kawasan Mahbas Jin adalah lokasi menginap CJH asal Jawa Timur, Bali, dan Lombok yang masuk wilayah Sektor 1 Daker Mekah.

Salah satu makanan favorit yang paling dicari CJH adalah bakso. 

Adalah Ruqoyah (30) perempuan asal Sampang Madura, Jawa Timur, penjual bakso tepat di depan Samaal Deafah Hotel Atau—sekitar 50 meter di depan Masjid Kotak kawasan Mahbas Jin—yang selalu diserbu CJH Indonesia.

Bakso jualan Ruqoyah diwadahi mangkok plastik. Ada mihun dan kubis serta dua pentol. Yang satu ukuran besar dan satunya lagi sedang. Dijual seharga 5 Riyal (1 Saudia Arabia Riyal [SAR] = Rp 4 ribu) Tidak hanya Riyal, Ruqoyah juga menerima pembayaran dengan uang Indonesia senilai Rp 20 per porsi.

Di sebelah Ruqoyah, ada temannya yang juga berlogat Madura berjualan bubur kacang ijo. Harganya pun sama dengan Bakso, 5 SAR

Lalu ada penjual lainnya juga berasal dari Madura yang berjualan nasi kuning, ikan teri, oseng-oseng, urap-urap, dan lain-lain.

Sayur oseng-oseng dan urap-urap dijual seharga 2 SAR setiap bungkus.

Rasanya Maknyus

Tentu saja pembelinya mayoritas adalah CJH asal Indonesia.

Dwi Fatmawati (40) KBIH dari Kloter 31 SUB asal Gresik saat ditanya PWMU.CO Rabu (6/7/2022) soal rasa bakso yang dibelinya menyatakan rasanya tidak kalah dengan bakso di Indonesia. Apalagi ada ada kecap, tomat, dan sambal. 

“Rasanya maknyus,” ujarnya.

Sedangkan Toto Hendarto (55) CJH dari Kloter 33 SUB asal Mojokerto yang sedang menyantap bubur kacang ijo saat ditanya PWMU.CO soal rasanya, dia menjawab tidak ada makanan yang tidak nyaman di lidah saya. “Alhamdulillah,” katanya. 

Tidak hanya dimakan di tempat, tidak sedikit jamaah yang membawa pulang makannya untuk dimakan di kamar. Dimakan sebagai pelengkap jatah sarapan dari pemerintah maupun dimakan terpisah. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version