Meski Berada di Saudi, Jangan Kearab-araban…

Heri (dua dari kanan) asal Sampang Madura di depan dagangan masakan khas Nusantara. (Foto MN/pwmu.co)⁠

Toko Indonesia (Markaz Nujum) yang ada di Sektor 7. (Foto MN/pwmu.co)

PWMU.CO – Meski berada di Mekah, Arab Saudi, jamaah calon haji (JCH) asal Indonesia tak perlu takut kehilangan selera Tanah Air. Pasalnya, aneka masakan khas banyak tersedia, khususnya di sektor-sektor pemondokan Indonesia. Seperti yang terlihat di Sektor 7 Alsheshah, tempat sebagian JCH Indonesia bermukim.

PWMU.CO, Ahad (20/7) pagi waktu Saudi mencoba menghampiri salah satu PKL yang ada di sektor itu. Ternyata berbagai makanan tersedia, seperti nasi goreng, nasi kuning, nasi campur, nasi putih, sayur bayam, kering tempe plus teri, dan sebagainya.

Harga masakan dibandrol antara 2-5 Riyal (Kurs 1 Riyal = Rp 3,563). Heri, sang penjual yang ditemani istrinya mengaku memanfaatkan musim haji untuk berjualan. “Sebenarnya saya sopir di sini,” kata pria asal Sampang Madura yang mengaku sudah 7 tahun menjadi TKI di Arab Saudi.

(Baca: Bendera HW Berkibar di Arab Saudi dan Ihram Pakai Celana Kolor)

Berkumpulnya JCH dari Indonesia di Sektor 7—tentu, juga di sektor lain—dimanfaatkan pula oleh toko-toko lokal untuk meraup untung. Di Toko Indonesia (Markaz Nujum) selain dijual berbagai souvenir khas haji, juga tersedia berbagai bahan masakan Indonesia, seperti sayur-mayur, ikan asin, mie instan merek Indonesia, atau bahan keperluan lain dengan merek yang lekat di benak konsumen Indonesia seperti Tolak Angin atau Good Day.

Dan tak perlu takut kesulitan komunikasi, sebab semua penjaga sudah menguasai bahasa Indonesia, seperti yang dipraktikkan Nun, penjual pribumi Arab Saudi.

Ada pengalaman unik yang dijumpai Joko Supriyadi, jamaah asal Gresik, ketika berbelanja di salah satu toko di Sektor 7. “Tadi ada jamaah Indonesia yang mau nawar dengan menggunakan bahasa Arab. Justru si penjual yang asli Arab itu bilang, ‘Pakai bahasa Indonesia saja, jangan ke-Arab-araban’,” cerita Joko dengan ketawa.

Jadi, bagi JCH yang kapan-kapan sudah mendapat panggilan ke Tanah Suci, tak perlu takut kehilangan selera Nusantara. Yang penting bawa Riyal yang cukup. Dan jangan ke-Arab-araban, he he .. (Mohammad Nurfatoni)⁠⁠⁠⁠

Exit mobile version