PWMU.CO – Muhammadiyah baru saja meluncurkan klinik apung berbentuk kapal, diberi nama Klinik Apung Said Tuhuleley. Akan diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo bertepatan dengan pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Ambon (24/2), klinik ini telah menjadi salah satu magnet publik. Lantas, siapa sebenarnya Said Tuhuleley yang disematkan pada nama Klinik Apung tersebut?
Nama lengkapnya adalah DR (Hc) Said Tuhuleley MM. Pria kelahiran Desa Kulur, Kecamatan Saparua, Maluku, pada 22 Mei 1953 itu, tokoh Muhammadiyah yang punya perhatian banyak untuk Indonesia Kawasan Timur. Di sela-sela perjuangannya memberdayakan masyarakat Maluku hingga Papua, Said wafat pada 9 Juni 2015 di Yogyakarta.
Di luar komunitas Muhammadiyah, mungkin banyak yang tidak mengenal sosok Said Tuhuleley. Tapi bagi orang Muhammadiyah dan mereka yang mempelajari gerakan ini, maka dalam diri Pak Said Tuhuleley inilah jadi diri, karakter, dan kepribadian Muhammadiyah dapat ditemukan secara jernih.
(Baca juga: Klinik Apung Said Tuhuleley Bertolak ke Ambon, Butuh Minimal 12 Armada Serupa)
Sejak tahun 2005-an, Said menjadi sosok fenomenal ketika dipercaya sebagai Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bisa dibilang dia sukses melanjutkan, menyempurnakan, dan mengongkritkan langkah-langkah avant garde dari Dr Muslim Abdurrahman saat merintis Lembaga Tani, Buruh, dan Nelayan PP Muhammadiyah.
Melalui MPM yang dipimpin Said, Muhammadiyah mulai melakukan berbagai langkah ekstensifikasi gerakan dengan merambah dunia buruh, tani, dan nelayan, bidang yang selama ini berada di luar mainstrem gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah yang biasanya dikenal lebih menekuni bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial, melalui MPM mulai merambah dunia petani, buruh dan nelayan.
Said tidak hanya berkata, berdiskusi, dan berteori. Ia adalah ujung tombak dari gerakan melawan kemiskinan. Ia mengembalikan arti PKO dari “Pemberdayaan Kesejahteraan Ummat” kepada makna awal “Penolong Kesengsaraan Oemoem”, yang mengindikasikan bahwa PKO bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua manusia. Ia mendirikan beberapa Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Terpadu untuk memberdayakan masyarakat.
(Baca juga: Said Tuhuleley, Pemimpin Tahlilan Sosial yang Diabadikan sebagai Nama Klinik Apung)
Lahir di kawasan Indonesi Timur, 62 tahun silam, Said menyelesaikan sekolah dasar hingga menengah atas di tempat kelahirannya. Setelah lulus dari SD Negeri I Saparua, dia melanjutkan ke SMP Negeri I Saparua, serta SMA Negeri I di daerah yang sama. Barulah setelah lulus, dia hijrah dan kuliah di IKIP Negeri Yogyakarta, dan melanjutkan S-2 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan.
Jiwa kepemimpinan Said sudah diasah sejak usia muda. Pernah tercatat sebagai Wakil Ketua PD Pelajar Islam Indonesia (PII) Ambon, dia juga perbah menjadi Sekretaris Himpunan Seni Budaya Islam Wilayah Maluku, dan juga Sekretaris PW Pemuda Muhammadiyah Maluku. Setelah di Yogyakarta, dia dipercaya sebagai Ketua Dewan Mahasiswa IMP Yogyakarta (1977) sampai lembaga dibekukan oleh KOPKAMTOIB.
Kemudian juga tercatat sebagai Koordinator Lingkaran Studi Pendidikan Yogyakarta (1981-1984), serta anggota Majelis Etik Asosiasi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta. Sementara dalam kepemimpinan Muhammadiyah,Said pertama kali terlibat sebagai anggota Majelis Tabligh PP (1985-1995), anggota Badan Pendidikan Kader PP (1990-2000), serta Sekretaris Lembaga Pengembangan SDM & Pendidikan Khusus PP (1995-2000), serta Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi, Litbang PP (2000-2005). Barulah dalam dua periode terakhir (2005-2010 dan 2010-2015), dia dipercaya sebagai Ketua MPM PP.
Sementara riwayat pekerjaan yang pernah dilakukan adalah Direktur Lembaga Bantuan Pendidikan Yogyakarta (1982-1984), Dosen Fakultas Agama Islam UMY (sejak 1985), Pembantu Dekan II Fakultas Teknik UMY (1984-1985), Sekretaris Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian pada Masyarakat UMY (1985-1996), serta Pembantu Rektor III UMY (1996-1999).
Selain itu, dia juga pernah dipercaya sebagai Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan UMY (2000-2008), Ketua Dewan Direktur Laboratorium Dakwah Yayasan Shalahuddin Yogyakarta (sejak 1985), Wakil Direktur III Pondok Pesantren Budi Mulia (sejak 1995), Pemimpin Redaksi Jurnal Media Inovasi (sejak 1987), serta Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah Gerbang (2001 –2007).
Sejak kuliah di Yogyakarta, Said benar-benar mulai tertarik dalam dunia pemberdayaan. Ketika menjadi ketua Dewan Mahasiswa 1977-1978 di IKIP, melakukan advokasi publik dengan mengangkat masalah korupsi, usaha-usaha milik para pejabat, dan sejenisnya.
Perjuangan untuk meruntuhkan ketidakadilan berdasarkan idealisme memperjuangkan nasib rakyat itu membuatnya terangguk tembok besar. “Mahasiswa dipukul dan dewan mahasiswa dibekukan, dan kami masuk penjara 5 bulan,” begitu ceritanya pada akhir tahun 2014 silam, (20/12).
Selanjutnya halaman 2…