Mengenal Lebih Dekat Sekolah Indonesia Jeddah

Siswa Sekolah Indonesia Jeddah saat masuk sekolah pada Ahad (24/7/2022) (Kemas Saiful Rizal/PWMU.CO)

Mengenal Lebih Dekat Sekolah Indonesia Jeddah; Liputan Kemas Saiful Rizal, kontributor PWMU.CO yang berada di Tanah Suci.

PWMU.CO – Saat berkunjung ke Kota Jeddah, Arab Saudi, untuk kali pertama, Sabtu (23/7/2022), Mukarromah (Roma), teman yang mengantar ke Jeddah, mengajak saya dan istri mampir ke Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) tempatnya mengajar selama tujuh tahun terakhir.

Tentu saja, ajakannya itu saya sambut dengan antusias. Apalagi saat ini saya sedang diamanahi menjadi Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sangkapura Bawean Gresik. Siapa tahu dengan kunjungan ke sekolah Indonesia di luar negeri bisa memberi tambahan wawasan dan ilmu yang lebih luas. Dan yang lebih penting lagi, saya bisa menulis reportasenya untuk PWMU.CO. 

Walaupun kunjungan dilakukan pada hari Sabtu, hari libur sekolah di Arab Saudi, tetapi saya bersyukur mendapat informasi dan cerita yang cukup kaya dari Roma.

Dia yang berasal dari Dusun Kumalabaru, Desa Kumalasa, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik sesungguhnya baru saya kenal saat dia kuliah di IAIN Surabaya sekitar 25 tahun lalu. 

Sedang saya kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain aktif di organisasi ekstrakampus, kami sama-sama aktif di organisasi mahasiswa kedaerahan. Roma aktif di IMBAS (Ikatan Mahasiswa Bawean Surabaya), sedang saya aktif di IMPSB (Ikatan Mahasiswa Pelajar dan Santri Bawean) Malang. Di sanalah saya banyak mengenal teman-teman mahasiswa asal Bawean, salah satunya tentu adalah Roma. 

Dia  menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Pulau Bawean. Strata satunya diselesaikan di Jurusan Syariah IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya. Sedang strata duanya diselesaikan di Jurusan Urban Planning University of Hawaii, Manoa (UHM) di Honolulu Hawaii, Amerika Serikat.

Baca sambungan di halaman 2: SIJ Punya 1100 Siswa

Suasana dan kondisi Kelas 2A Sekolah Indonesia Jeddah (Mukarromah/PWMU.CO)

SIJ Punya 1100 Siswa

Saat sang suami, Muhammad Athoillah (45) diterima bekerja di KJRI Jeddah, Roma pun mengikuti suami ke Jeddah sejak tujuh tahun silam. Kira-kira setelah sebulan berada di Jeddah, ada penerimaan guru di SIJ, Roma pun mendaftar dan diterima. 

Sejak saat itulah dia menjadi guru di SIJ hingga saat ini. Menurut Roma, menjadi guru di SIJ harus siap menjadi guru pelajaran apa pun. Saat mengajar di SD dia menjadi guru kelas. Sedang saat ini menjadi guru mata pelajaran PPKN dan beberapa pelajaran lainnya di tingkat SMA.

Siswa di SIJ berjumlah 1100 siswa, dari jenjang TK hingga SMA. Sedangkan jumlah guru sebanyak 40 orang. Menurutnya jumlah guru saat ini sangat kurang, idealnya jumlah gurunya 100 orang. Dengan jumlah guru saat ini, kerja guru cukup berat. 

Sekolah Indonesia Jeddah berada di Jalan Al Zillaq 5415 Distrik Rehab Jeddah. Sekolah berlantai 4 bercat krem adalah bangunan yang disewa Pemerintah Indonesia. “Setiap tahun biaya sewanya senilai 1,5 juta riyal atau 6 milyar rupiah,” ungkap Roma.

Saat ini kepala Sekolah Indonesia Jeddah dijabat oleh Sutikno SPd MPd yang berasal dari Lamongan Jawa Timur. Dia menjabat Kepala SIJ selama 1 tahun 2 bulan. Kepala SIJ selalu berganti setiap tiga tahun sekali. Biasanya diseleksi dari guru PNS asal Indonesia. Dari 40 guru SIJ, ada beberapa orang yang berstatus PNS. 

Sebagai guru, Roma juga juga berkesempatan mendapat dana sertifikasi guru. “Alhamdulillah saya sudah sertifikasi,” ujarnya.

Baca sambungan di halaman 3: Sekolah sambil Bekerja

Kemas Saiful Rizal (kanan), Istri dan Roma (kiri) di depan Sekolah Indonesia Jeddah di Jalan Al Zillaq Distrik Rehab Jeddah (Kemas Saiful Rizal/PWMU.CO)

Sekolah sambil Bekerja

Menurut Roma, jam pelajaran di SIJ dari pukul 07.30 hingga pukul 15.10. “Namun banyak siswa yang kerasan tinggal di sekolah, sehingga siswa biasanya baru pulang dari sekolah pada pukul 17.00,” terang Roma. 

Dia menceritakan, jika dilihat dari background sosial ekonomi siswa, sekitar 60 persen berasal dari keluarga pekerja migran yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART), sopir, travel, pedagang dan lain-lain. Sedang 40 persen sisanya berasal dari  keluarga pekerja profesional, yaitu yang orangtuanya bekerja sebagai diplomat atau manajer di perusahaan swasta.

Roma menyampaikan, untuk siswa yang berasal dari keluarga pekerja migran, ada siswa yang diajak jualan di Hadiqah (Taman Kota) di Jeddah oleh orangtuanya sampai malam hari. 

Ada pula siswa yang ditugaskan ikut memasak atau membungkus makanan oleh orangtuanya saat malam atau dini hari. Bahkan makanan yang dijual di kantin sekolah adalah buatan orang tua siswa SIJ.

Saya pun menyaksikan sendiri, saat Ahad pagi (24/7/2022) awal masuk sekolah setiap pekannya. Ada seorang siswa yang membawa aneka jajanan (gorengan) dalam satu keranjang makanan. Menurut Roma itu untuk dijual di kantin sekolah. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version