Juara Lomba Dakwah Virtual Mubalighat, Ini Kisah Kemenangan Ain Nurwindasari

Ain Nurwindasari (Humas Spemdalas)

Juara Lomba Dakwah Virtual Mubalighat, Ini Kisah Kemenangan Ain Nurwindasari; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.

PWMU.CO – Kemenangan itu bukan saat dilihat orang lain menang, tapi itu usaha yang sudah dilakukan dalam waktu yang lama. Juga bukan cuma karena usaha diri sendiri, melainkan dukungan banyak orang, terutama karena Allah telah berkehendak. Kemenangan juga bukan milik kita sendiri tapi milik orang-orang yang mencintai kita dan kita cintai.

Demikian Ain Nurwindasari SSy SThI MIRKH memaknai kemenangannya di ajang Lomba Dakwah Virtual Mubalighat yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur yang babak final digelar secara daring via Zoom Jumat (14/8/22).

Utusan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik itu sukses meraih juara I dengan total nilai 1.258. Dia berhasil mengungguli sembilan finalis lainnya dari PDA Malang, Ponorogo, Trenggalek, Lamongan Jombang, Sidoarjo, Madiun dan Jember. Juara lomba lainnya bisa dilihat di bawah ini.

Alhasil, dia bersama ketiga juara lainnya mendapat undangan hadir pada puncak acara semarak Milad di Gedung PWA Jatim, Sabtu (20/8/22).

Bekal Pengalaman

Ibu dua anak lulusan Internasional Islamic University of Malaysia itu mengaku kaget saat menerima pengumuman juara pada malam Agustusan (16/8/2022). Sebab, justru itulah kali pertamanya ikut kompetisi dakwah digital dan menjadi sang juara.

“Kaget dong juara I, kan awalnya di babak penyisihan nomor 8, dan banyak ibu-ibu Aisyiyah yang lebih senior,” imbuhnya.

Ain—sapaan akrabnya—menduga kemenangannya berkat pengalamannya menjadi pembina dai di SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas), tempatnya kini bekerja. “Aku pas dijadikan pembina dai itu gak suka sebenarnya, karena aku sendiri gak pernah ikut lomba dai, jadi seringnya anak-anak gak menang,” ungkapnya pada PWMU.CO yang mewawancarainya dua hari Rabu dan Kamis (17 dan 18 Agustus 2022).

Dari situ dia merasa sering malu karena belum bisa mengantar para siswanya juara. “Tapi dari latihan ke latihan dapat banyak pengalaman. Karena sering mencari referensi performance (penampilan) pemenang lomba dai di YouTube,” imbuhnya.

Maka, dia pun jadi lebih memahami bagaimana gambaran jika mau menang. “Harus kayak gini, alurnya, kontennya, improvisasinya. Ada pantun, gerakan, intonasi, dan lainnya,” papar lulusan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini tersebut.

Tak hanya itu, Ain merasa banyak belajar dari seringnya dia mengisi pengajian. “Jadi grogi itu meskipun ada bisa ditangkis, lah!” ujar mubalighat yang juga pernah menempuh pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta itu.

Di samping itu, menurutnya, dia juga banyak berlatih dari seringnya percaya diri menjadi youtuber. “Karena Bu Rukmini bilang di akhir sesi, bahwa semua cuma masalah terbiasa atau enggak, terbiasa depan kamera terutama,” ungkap salah satu penulis rubrik Kajian di PWMU.CO ini.

Baca sambungan di halaman 2: Ujian saat Persiapan Mendadak

Ain Nurwindasari bersama suami, Hudzaifaturrohman, dengan dua anaknya: Muhammad Radhwan Syahid dan Lubna Azki Aliyah (dokumentasi keluarga)

Ujian saat Persiapan Mendadak

Kepada PWMU.CO, wanita yang hobi menulis itu mengungkap proses persiapannya agak mendadak. “Bukan karena pemberitahuannya yang mendadak, tapi kebiasaan burukku yang gak suka prepare (persiapan) jauh-jauh hari,” ujarnya, lantas bercanda, “Sukanya dadakan, biar anget kayak tahu bulat!”

Beruntung, istri dai Hudzaifaturrohman SthI itu ingat dia mendapat amanah ikut lomba ketika H-3 pengumpulan video. “Itu baru mendaftar. Langsung buat teks mulai hari itu, terus pengumpulan videonya pas hari terakhir (10/8/22), pokoknya last minute banget,” kenangnya.

Dalam prosesnya, dia merekam video sendiri di Masjid at-Taqwa Perumahan Pondok Permata Suci (PPS). “Saat itu cuma ada petugas pembersih masjid. Aku nunggu beliau selesai beres-beres karena alat pembersihnya lumayan berisik,” tambahnya.

Ketika pengambilan video sudah 100 persen dan tidak ada salah pengncapan, Ain justru lupa tidak memakai nomor peserta. “Take ulang deh,” ujarnya.

Optimis Lolos

Belum selesai. Ujian kembali melandanya ketika proses perekaman terakhir. “Sudah 50 persen, tiba-tiba ada orang menyelonong masuk masjid dan shalat Dhuha. Nanggung, aku teruskan, tapi jadinya suaraku aku lirihkan,” kenangnya.

Dia terpaksa melanjutkan perekaman karena waktunya sudah mepet. “Aku harus jemput anak-anak sekolah dan aku gak mungkin nunggu bapak yang lagi shalat terus bermunajat yang gak tau berapa lama akan selesai,” imbuhnya.

Kemudian Ain menunjukkan hasil video yang membawanya lolos ke babak final. https://youtu.be/q0uRsEv8Jsw
“Ini, awal-awal lantang, terakhir lirih,” terangnya.

Selain itu, ada ketentuan tidak boleh mengedit video dengan berhenti lalu menggabungkan dengan rekaman lainnya. “Harus video utuh! Aku edit tambah volumenya, tetap aja jadi malah gemanya lebih keras,” ungkap wanita kelahiran Gresik itu.

Karena menganggap itu memang sudah kehendak Allah, dia pun tidak merasa kesal dengan adanya berbagai ujian tersebut. “Allah buat kayak gitu sekenarionya,” ucapnya, lantas menegaskan, “Tapi aku optimis, insyaallah masuk final dan aku janji mau maksimalkan di final!”

Sebab, di babak final itu kata dia standarnya sama. “Bareng-bareng! Kalau pas penyisihan kan aku alat seadanya, sedangkan yang lain terfasilitasi dan didukung tim. Walhasil, babak penyisihan aku sedikit kecewa sama suaraku dan suara menggema karena di dalam masjid,” tuturnya.

Seperti Kerasukan

Ain ingat, pengumuman lolos ke babak final itu dia terima pada Jumat (12/8/2022) malam hari. Agar tampil maksimal saat final, dia memutuskan ikut Zoom dari rumah. Dia meminta bantuan sang suami mengondisikan anak-anaknya di luar rumah sampai Dhuhur.

Kemudian, saat menunggu di babak penyisihan, dia penasaran dan mencari tahu penampilan peserta lain di YouTube. “Orang-orang pada keren-keren banget! Ada yang sudah pernah menang lomba serupa, ngeri lur!” ujarnya.

“Tapi entah kenapa, pas masuk final aku santuy banget, kayak mestakung. Pas lihat performance orang-orang aku jadi mengantuk, tandanya gak pecah-pecah banget lah. Aku kudu bisa lebih pecah dari mereka,” batinnya kala itu.

“Terus kayak orang kerasukan, tiba-tiba lancar semua bahkan bisa improvisasi teks,” ujarnya lega.

Dia juga bersyukur, saat itu didukung jaringan lancar dan suasana tenang. “Gak ada yang mengganggu dan udah akhir-akhir, jadi gak ada yang keluar masuk Zoom,” terangnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Juara Lomba Dakwah Virtual Mubalighat, Ini Kisah Kemenangan Ain Nurwindasari
Exit mobile version