![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/10/IMG-20221025-WA0315.jpg?resize=1024%2C682&ssl=1)
Di Roma, Din Syamsuddin Ajak Umat Lintas Agama Bangun Peradaban Baru Pascapandemi. Tulisan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Inilah saatnya umat lintas agama bekerja sama membangun peradaban dunia baru pascapandemi. Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof Dr Din Syamsuddin MA PhD menyampaikannya saat berpidato pada Konferensi Internasional Komunitas Sant’Egidio di Roma, Selasa (25/10/2022).
Konferensi tahunan bertema ‘The Cry for Peace/Il Grido della Pace’ (Jeritan untuk Perdamaian) itu dihadiri 300 peserta dari berbagai agama dan negara. Ribuan penggembira anggota Komunitas Sant’Egidio juga datang dari berbagai negara. Dari Indonesia, hadir Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Dr Marsudi Masyhudi.
Presiden Italia Sergio Mattarella, Presiden Perancis Emmanuel Macron, serta Sekjen Liga Muslim Sedunia Dr Muhammad Abdul Karim Al-Isa ikut hadir pada upacara pembukaan yang berlangsung di La Nuvola atau Rome Convention Centre. Saat itu, kedua presiden menyatakan agama sangat diperlukan pada masa sekarang, khususnya pada masa pascapandemi.
Pada awal pidatonya yang membahas ‘Living Together: Lessons from the Pandemic’ (Hidup Bersama: Pelajaran dari Pandemi), Din Syamsuddin mengatakan, pandemi ialah musibah yang merupakan takdir Ilahi tapi merupakan akibat ulah insani.
Prof Din–sapaannya–mengutip ar-Rum Ayat 41, “Telah nyata kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan manusia, maka Allah SWT akan merasakan sedikit dari apa yg mereka perbuatkan agar mereka kembali.”
Chairman of World Peace Forum (Forum Perdamaian Dunia) itu menegaskan, pandemi Covid-19 adalah kejadian luar biasa yang perlu dijadikan pelajaran. Untuk itu, Prof Din mengimbau, umat berbagai agama harus mengambil hikmah dari musibah dengan membangun solidaritas atas dasar persaudaraan kemanusiaan.
Kolaborasi lintas agama menurutnya suatu kemestian karena tidak ada satu kelompok agama yang bisa mengatasi masalahnya sendiri. “Harus dalam bentuk kerja sama!” tutur dia, seperti rilis yang diterima PWMU.CO, Selasa (25/10/2022) malam WIB.
Prof Din meluruskan, kolaborasi lintas agama tidak berarti mencampuradukkan keyakinan agama-agama, tapi kolaborasi mengambil bentuk kerja sama kemanusiaan. Dia menekankan, “Sejatinya agama diturunkan untuk umat manusia dan kemanusiaan.”
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini menyadari, kolaborasi lintas agama bukanlah hal baru. Umat berbagai agama sudah banyak bekerja sama. Kalau di Indonesia, Prof Din mencontohkan Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) sudah sering bekerja sama dengan Catholic Relief Service, World Vision (Protestan), Buddha Tzechi, dan lainnya dalam menanggulangi bencana alam.
“Kini saatnya umat berbagai agama perlu mengembangkan kerja sama dalam menanggulangi akibat pandemi dan membangun peradaban dunia baru pascapandemi!” ungkapnya.
Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu juga mengungkap dampak positif dari pandemi Covid-19 dapat memberi ruang kreativitas dan inovasi. Seperti kolaborasi dengan memanfaatkan teknologi. Menurutnya, pandemi memang memberi dampak positif di mana semua orang berusaha mencari solusi terbaik untuk mengakhiri pandemi.
Penutupan konferensi berlangsung di Gedung Coleseum dan dihadiri oleh Paus Fransiscus. (*)
Discussion about this post