Ada Drama di Balik Stan KLL PWNA Jatim di Muktamar Nasyiah

Isnatul Chasanah menunggu stan KLL PWNA Jatim dengan menggendongong anaknya. (Istimewa/PWMU.CO)

Ada Drama di Balik Stan KLL PWNA Jatim di Muktamar Nasyiah; Oleh Isnatul Chasanah, aktivis PWNA Jatim; kontributor PWMU.CO

PWMU.CO – Muktamar Ke-14 Nasyiatul Aisyiyah baru saja selesai digelar di Hotel Grand Asrilia Bandung, Jumat-Ahad (2-4/12/2022). Gelaran ini berlangsung gembira dan meriah dengan kehadiran peserta dan penggembira kader Nasyiah—akronim Nasyiatul Aisyiyah—dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. 

Agenda tersebut juga dimeriahkan oleh ratusan stan bazar di area muktamar. Salah satu yang turut berpartisipasi adalah Kantor Layanan Lazismu (KLL) Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur yang membuka stan di dekat Ballroom Hotel Grand Asrilia Bandung, tempat utama pelaksanaan muktamar. 

Ketua KLL PWNA Jatim Maharina Novia Zahro menyebut, di antara pimpinan wilayah Nasyiatul Aisyah di berbagai provinsi, hanya PWNA Jawa Timur yang memiliki KLL yang dikelola secara profesional di bawah PWNA Jatim. 

“Sehingga dalam gelaran nasional seperti Muktamar Nasyiah kali ini, KLL PWNA Jatim harus tampil dan ikut meramaikan. Selain itu, KLL PWNA Jatim juga bisa memperluas jangkauan donatur. Juga bisa mengenalkan berbagai program pada tataran yang lebih luas lagi,” ungkap Maharina. 

Salah satu program yang menjadi fokus KLL PWNA Jatim ialah zakat untuk korban kekerasan perempuan dan anak. Program ini sebagai bentuk konsistensi PWNA yang fokus dalam menangani isu dan permasalahan perempuan dan anak. 

Saat ini, KLL PWNA tengah mendampingi dua perempuan korban kekerasan. Zakat yang terhimpun dari para muzaki disalurkan untuk memberi dukungan. 

Menginspirasi Kader Nasyiah Lain 

Stan KLL PWNA Jatim ternyata menarik perhatian dan menginspirasi kader Nasyiah lain. Salah satu yang hadir ialah kader dari Garut, Jawa Barat. 

“Program zakat untuk korban kekerasan perempuan dan anak ini sangat menarik karena sangat berkaitan dengan program-program Nasyiah,” ungkapnya saat berkunjung ke stan KKL PWNA Jatim. 

Ia juga menyempatkan diri berswafoto dan mengambil gambar properti-properti yang ada di stan KLL PWNA Jatim. Memang, ada properti foto yang disediakan hasil kreasi tim KLL PWNA Jatim. 

“Kebetulan saya admin media sosial Nasyiah juga. Jadi properti seperti ini menginspirasi saya,” ujarnya yang berkunjung sambil menggendong putra. 

Maharina mengungkapkan, tim KLL PWNA Jatim mengucapkan terima kasih atas seluruh kehadiran, antusias, dan donasi yang telah ditunaikan segenap kader Nasyiah. “Donasi tersebut akan disalurkan sesuai peruntukannya. Semoga menjadi berkah untuk semua,” ujarnya. 

Nurulita Ipmawati (kiri) sedang mengedukasi pengunjung tentang program zakat untuk korban kekerasan perempuan dan anak. Ada Drama di Balik Stand KLL PWNA Jatim di Muktamar Nasyiah (Isnanul Chasanah for PWMU.CO)

Drama di Balik Stan 

Stan KLL PWNA Jatim dibuka sejak hari pertama Jumat (2/12) di Hotel Grand Asrilia, pada pembukaan muktamar di Gedung Budaya Sabilulungan di hari kedua, Sabtu (3/12), hingga di Ballroom Hotel Grand Asrilia Bandung pada hari terakhir sekaligus penutupan pada Ahad (4/12). 

Meski begitu, stan yang siap melayani donatur sejak pagi hingga malam ini tak lepas dari ‘drama’. Sebab, Saya, salah satu yang bertanggung jawab atas bukanya stan ini, harus menjaga stan sambil membawa putri yang masih berusia delapan bulan. 

Berkegiatan di Nasyiah dari pagi sampai malam memang sudah hal lumrah, tapi dengan membawa serta bayi yang masih tergantung dengan ibunya, itu luar biasa. Harus ekstra membagi waktu dan perhatian. 

Sebelum membuka stan, saya terlebih dahulu harus mengondisikan putri saya. Memandikan, hingga menyuapi, barulah menuju stan untuk melayani pengunjung. Untungnya saya tak sendirian. Saya bisa berbagi tugas dan peran dengan Nurulita Ipmawati, kader Nasyiah asal Surabaya. 

Di hari kedua, saya dan dia sudah bersiap sejak pukul 03.00. Sebab agenda pembukaan muktamar dilaksanakan di Gedung Budaya Sabilulungan, Kabupaten Bandung. Jadi kami harus berkemas sejak malam, sekitar jam 11. Sebab, jam 4 pagi kami sudah harus bergeser ke lokasi pembukaan dan menyiapkan stan di sana.

Sebab tak bisa membawa putri saya di pagi buta, maka tugas itu saya percayakan kepada Nurulita. Begitu juga ketika stan harus bergeser kembali ke hotel setelah pembukaan selesai, saya dan Nurulita bahu membahu dibantu oleh kader Nasyiah lain. 

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version