Pentingnya Kesan Orangtua di Hati Anak; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – “Kalau anak saya nanti tumbuh besar, suatu saat dia diajak berbuat nakal oleh temannya, kira-kira dia ingat saya atau tidak ya sebagai orangtuanya?” tanya Erlan Iskandar ST saat parenting di hadapan para wali siswa SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur.
Sebelum mengajak peserta merenungkan pertanyaan itu, Ketua Yayasan Anak Muslim Ceria ini mengajak mereka membayangkan saat Nabi Yusuf berstatus sebagai seorang pemuda yang belum menikah. Dia belum punya tempat untuk melampiaskan syahwatnya. Tiba-tiba dia diajak bermaksiat oleh wanita yang merupakan istri pembesar Mesir.
Sebenarnya Nabi Yusuf bisa saja mengiyakan ajakan wanita tersebut tapi Nabi Yusuf menolak. Nabi Yusuf melihat tanda dari Allah SWT sehingga dia berpaling dari ajakan wanita tersebut untuk berbuat zina. “Apa sih sebenarnya tanda dari Allah yang dilihat oleh Nabi Yusuf?” tanya dia retorik.
“Ibnu Abbas RA menyebutkan satu riwayat yang menjelaskan, tanda dari Allah yang dilihat oleh Nabi Yusuf ketika itu adalah sosok sang ayah. Sosok Nabi Yakub AS dalam keadaan sedang menggigit jarinya tiba-tiba hadir di dalam ingatannya,” terangnya pada kegiatan yang digelar Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Mugeb di Aston Inn GKB.
Pegiat dakwah anak yang biasa disapa Kak Erlan ini menegaskan, itulah kekuatan potret orangtua yang berkesan sehingga membuat anak yang tadinya punya hasrat berbuat maksiat bisa berpaling dari ajakan tersebut. Dia lantas mengajak merenung dan mengaca, “Apakah kita sebagai orangtua sudah berkesan di dalam hati anak-anak kita?”
“Apakah kita sebagai sosok orang tua, anak-anak kita bisa tangguh menghadapi zaman, tangguh menyikapi paparan-paparan negatif yang sangat mudah dijumpai oleh anak-anak di zaman sekarang?” ujar lulusan S2 Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta itu lalu mengajak peserta belajar menjadi orang tua yang berkesan.
Tugas dan Kewajiban Orangtua
Erlan mengajak belajar dari sosok Nabi Yakub AS, contoh orangtua pembelajar, tangguh, dan sangat perhatian terhadap agama anak-anaknya. Dari mana tahu Nabi Yakub orangtua pembelajar? Dia mengungkap surat al-Baqarah ayat 133, “Ingatlah ketika Yakub hendak sakaratul maut kemudian Nabi Yakub bertanya kepada anak-anaknya, apa yang kalian sembah setelah kematianku?”
Ketua BPH Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA) Yogyakarta itu menekankan, Nabi Yakub saat mau meninggal masih menanyakan kepada anak-anaknya, apa yang kalian sembah setelah kematianku. “Nabi Yakub masih berusaha memastikan akidah dan keyakinan anak-anaknya bahkan di detik-detik saat beliau hendak meninggal dunia,” terangnya, Jumat (2/12/2022) siang.
Ternyata, lanjutnya, kewajiban orangtua mendidik anak bukan cuma ketika bisa mengantarkan anak ke sekolah. Batasnya bukanlah ketika bisa mengantarkan anak ke gerbang pernikahan, tapi kewajiban orangtua adalah sampai meninggal dunia. Erlan menegaskan, “Kita punya kewajiban untuk perhatian dengan agama anak-anak kita.”
“Demi Allah, kita sebagai orangtua nanti akan ditanya oleh Allah SWT, apa yang sudah engkau didik dan ajarkan? Karena sejatinya kita sebagai orangtua punya kewajiban untuk mendidik dan mengajar anak-anak kita,” imbuh Koordinator www.muslimah.or.id itu.
Dia lantas menukil firman Allah, “Ya ayyuhalladzina amanu ku anfusakum wa ahlikum nara. Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.”
Bagaimana cara menjaga diri dan keluarga dari api neraka? Erlan mengungkap, cara membuat diri dan keluarga masuk surga, terhindar dari panasnya api neraka, adalah dengan pengajaran ilmu dan adab. “Ali bin Abi Thalib mengatakan, caranya ajari keluargamu dengan ilmu dan didiklah keluargamu dengan adab,” ujarnya.
Alumnus Ma’had Umar bin Khattab ini lantas menyimpulkan, mendidik dan mengajar itu sejatinya tugas orangtua. Adapun sekolah adalah partner orangtua, membantu meringankan tugas orangtua dalam mendidik dan mengajar anak.
Pembelajar Sepanjang Hayat
Menurutnya, banyak orangtua menganggap kalau anak sudah sekolah, kewajibannya sebagai orangtua gugur. “Biar sekolah nanti yang mencetak anak saya,” contohnya, lalu menegaskan tidak demikian karena nanti orang tua akan ditanya oleh Allah SWT.
“Kita sebagai orangtua punya kewajiban untuk mendidik dan mengajar anak-anak kita. Orangtua yang tidak perhatian dengan agama anak-anaknya, siap-siaplah akan menjumpai kerusakan pada diri anaknya!” tegasnya.
Dia mengingatkan, Ibnu Qayyim RA dalam kitab Tuhfatul Maut mengatakan, “Kalau kamu lihat ada kerusakan pada diri seorang anak, maka yang kamu curigai pertama kali pada umumnya adalah orangtuanya.”
Alhasil, menurutnya penting mengingat-ingat kembali bahwa orangtua punya kewajiban untuk mendidik dan mengajar anak. Lulusan S1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada itu menyadari, orangtua tidak akan bisa mengajar kalau orangtua tidak belajar. Akhirnya dia meminjam pepatah Arab, “Kalau kita tidak memiliki maka kita tidak akan bisa memberi.”
Mengingat kewajiban orangtua sebagai pendidik dan pengajar anak-anaknya, lanjut Erlan, maka setiap orang tua juga punya kewajiban untuk belajar. Itulah sebabnya judul kajian parenting kali ini ‘Parent: A Life Long Learner’ yang berarti orangtua pembelajar sepanjang hayat. (*)
Discussion about this post