Delapan Manajemen Gadget, Nomor 7 Jadi Perhatian

Delapan Manajemen gadget
Siti Fauziah mengisi parenting di SD Muhammadiyah 21 Surabaya, Sabtu. (Khoirul Anam/PWMU.CO)

PWMU.CO– Delapan manajemen gadget disampaikan dalam parenting di SD Muhammadiyah 21 Surabaya, Sabtu (18/12/2022).

Acara diikuti wali murid kelas 4, 5, dan 6 SD Mudatu, sebutan sekolah ini. Topiknya Manajemen Gadget di Era Digital. Hadir sebagai narasumber Siti Fauziah SPd MSi CBHC, pendiri Open Mind Consulting dan konselor keluarga. Dia alumnus SD Muhammadiyah 16 Surabaya.

”Orang sekarang lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan HP,” seloroh Siti Fauziah yang pernah menjadi Kepala TK Al-Falah tahun 2005-2013.

Menurut dia, gadget bisa menjadi kawan dan juga bisa menjadi lawan. Menjadi kawan kalau digunakan untuk kemanfaatan seperti bekerja, mengajar, bersilaturrahim, dan berkomunikasi. Menjadi lawan kalau disalahgunakan seperti menipu atau main games hingga melupakan belajar dan kecanduan.

Alumnus Magister Psikologi Universitas Airlangga Surabaya ini lantas menjelaskan delapan manajemen gadget di era digital.

Pertama, berikan contoh.

Kita memberi contoh yang baik. Ada anak yang lari ke HP itu terkadang karena orangtua ketika diajak komunikasi kurang peduli. Maka anak lebih asyik dengan gadgetnya.

Mengelola HP, lanjutnya, harus ada kesepakatan dengan anak, misal, jangan ada password. Kalau di-password ayah dan ibu harus tahu. Tunjukkan orangtua memegang HP itu untuk pekerjaan. Bisnis online, misalnya.

Kedua, dampingi.

Orang tua wajib mendampingi anak yang sedang memegang gadget. Anak harus tahu mana yang boleh dimainkan dan mana yang tidak boleh dimainkan.

”Usahakan ketika anak memegang HP jangan di kamar, apalagi pintunya di kunci. Itu sangat berbahaya. Karena HP isinya bermacam-macam, bahkan pornografi itu diiklankan. Kita cari berita yang muncul iklan video paling syur dan hot tahun ini,” katanya.

Ketiga, batasi.

Ada aturan main berapa menit anak-anak bermain HP. World Health Organization (WHO) telah merilis tentang batasan dalam pemakaian gadget. Untuk anak usia 0-2 tahun = 0 menit. Berarti di usia ini sebaiknya bayi tidak boleh lihat HP. Dampak mata terpapar radiasi, mata anak akan lelah apalagi kalau lihat video yang gerakannya cepat.

”Anak bayi akan mengalami kesulitan bicara. Anak usia 0-2 tahun sebaiknya belajar langsung dari ibu-ayahnya, diajak omong, dikudang. Ini akan mengisi memori anak,” katanya.

Anak usia 2-4 tahun = 30 menit.  Usia 5-6 tahun saat mau memasuki SD hanya 60 menit sehari. Anak-anak usia ini lebih baik bermain. Usia  6 -11tahun = 120 menit. 12 tahun ke atas termasuk kita  240 menit atau 4 jam.

Keempat, pantau.

Ayo dicek isi HP anak-anaknya. Orang tua boleh melihat HP anak. Katakan pada mereka bahwa itu HP ayah-ibu yang dipinjamkan.

”Sampai kapan kita memantau HP anak? Ya tentu sampai mereka menikah. Anak SMA, kuliah itu masih perlu dipantau. Karena pada fase-fase ini sangat besar godaanya,” ujarnya.

Kelima, telusuri.

Telusuri siapa yang jadi temannya di medsos, apa aktivitasnya, apa yang di-share, apa yang di-posting. Boleh jadi anak kita pendiam, penurut. Tapi di media sosial aktivitasnya padat.

Sekarang ini, lanjutnya, model penipuan secara online sangat marak dan aneh-aneh. Kalau menipu uang, kita bisa cari lagi. Kalau menipu dengan menghancurkan kehormatan anak, masa depannya?

Keenam, alihkan.

Jangan sampai kecanduan gadget. Caranya alihkan dengan aktivitas pengganti. Buat aktivitas bersama keluarga. Kalau anak putri kita ajak membuat makanan, masak bareng, metik bayam, ngupas bawang.

Yang punya toko anak-anak diberi tugas,  yang punya bisnis anaknya bisa dilibatkan. Anak bisa belajar entrepreneur.

Ketujuh, adab bermedsos.

Adab bermedsos, misalnya, mana yang boleh di-share dan mana yang dilarang. ”Kalau berkomentar jangan sampai menghina orang apalagi sampai menyebut nama. Nanti kena Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),” tuturnya.

Jangan share alamat rumah apalagi pamer isi rumah. ”Itu bahaya. Mengundang maling datang,” tegasnya menekankan delapan manajemen gadget.

Kedelapan, komunitas.

Libatkan dalam aktivitas sosial, keagamaan, atau minat. Pastikan anak ikut komunitas yang berafiliasi dengan sekolah seperti Tapak Suci, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Hizbul Wathan. Atau klub lain yang bisa kita lihat teman-temannya jelas anak-anak yang baik. Karate, sepeda, drumband, PMR dan lain-lain.

Penulis M. Khoirul Anam  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version