Tiga Aspek Pengembangan Kaderisasi Menurut Sulthon Amien

Tiga aspek pengembangan kaderisasi menurut Wakil Ketua PWM Jatim Dr Moh Sulthon Amien; Liputan Kontributor PWMU.CO M Ilyas Junjunan.
Dr M Sulthon Amien saat mengisi Kajian Ahad Pagi Masjid Al-Ikhlas Kebonsari, Candi, Sidoarjo (M Ilyas Junjunan/PWMU.CO)

Tiga aspek pengembangan kaderisasi menurut Wakil Ketua PWM Jatim Dr Moh Sulthon Amien; Liputan Kontributor PWMU.CO M Ilyas Junjunan.

PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Candi menggelar Kajian Ahad Pagi di Masjid Al-Ikhlas, Desa Kebonsari, Candi, Sidoarjo, Ahad (22/1/23).

Tema Strategi Amal Usaha Muhammadiyah dan Kaderisasi Kepemimpinan Muhammadiyah, disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Moh Sulthon Amien. Dalam tausiahnya, Direktur Utama Parahita Lab itu menjelaskan, tiga aspek penting dalam mengembangkan kaderisasi kepemimpinan di Muhammadiyah.

“Tiga aspek tersebut adalah lampu, kunci, dan anak panah ke atas, sesuai dengan filosofi gambar di slide pertama dalam materi,” ujarnya.

Sulthon Amien kemudian bertanya pada para jamaah, mengapa lampu itu sebagai simbol?. Menurutnya, lampu merupakan pencerahan, penghidupan, penerangan, pencahayaan, dan masih banyak lagi manfaat yang dapat dipetik dari sebuah lampu.

“Sebagai warga Muhammadiyah, hendaknya dapat berperan sebagai lampu, utamanya bagi kader persyarikatan, menjadi wajib untuk dapat mencerahkan masyarakat Islam di sekitarnya,” tuturnya.

Lalu apa kunci sukses kader? Bagi Sulthon, kader sebagai kunci, yakni mereka yang dapat membesarkan cabang dan rantingnya melalui semangat fastabiqul khairat.

Makna fastabiqul khairat, lanjutnya, harus dipahami secara menyeluruh oleh warga persyarikatan. Artinya, makna tersebut tidak hanya dipahami dari kulitnya saja.

“Masjid yang megah nan indah tidak akan menjamin untuk mendatangkan jamaah yang banyak. Namun, bacaan imam masjid yang indah nan merdulah, yang insyaAllah akan memengaruhi ketertarikan masyarakat untuk shalat berjamaah,” paparnya.

Konteks Jamaah

Dalam konteks jamaah, kata Sulthon, menggambarkan hakikat tentang jamaah. Karena jamaah tidak hanya sebatas teman shalat di masjid saja, melainkan jamaah merupakan satu kesatuan utuh masyarakat yang dirasakan bersama-sama.

“Jika rasa bahagia akan dirasakan bersama, begitupula rasa sedih. Maka pedulilah bapak ibu semua dengan teman jamaah kita di masjid, yang kesehariannya masih merasakan kesedihan, seperti apa yang ada pada Surat As-Saff ayat 10-11,” jelas Sulthon Amien.

Terakhir, Wakil Ketua PWM Jatim Bidang Kaderisasi dan Pengembangan Cabang Ranting, itu menutup pengajian dengan mengutip salah satu istilah KH Ahmad Dahlan, “Keislaman bukan hanya Allah ada di dalam jiwamu, tetapi kehidupan Islam menjadi nyata perilakumu,” pungkasnya. (*)

Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version