Penggunaan Artificial Intelligence di Sekolah ibarat Pisau Bermata Dua

Penggunaan Artificial Intelligence di Sekolah ibarat Pisau Bermata Dua. Penggunaan Artificial Intelligence di Sekolah ibarat Pisau Bermata Dua (Illustrast freepik.com premium)

Penggunaan Artificial Intelligence di Sekolah ibarat Pisau Bermata Dua; Opini oleh Ir Dodik Priyambada SAkt, Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik 2015-2022.

Saat ini semua pengguna internet sudah bisa menggunakan aplikasi berbasis AI yang bertebaran di dunia internet. Salah satu contoh website berbasis aplikasi AI dalam bentuk chat (teks atau tulis), yaitu https://chat.openai.com/chat

PWMU.CO – Seiring semakin berkurangnya jumlah penderita Covid-19, pemerintah sudah mengizinkan sekolah-sekolah kembali menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Ada “bonus” bagi sekolah-sekolah, saat pemerintah melarang pembelajaran tatap muka yaitu siswa dan guru memiliki pengalaman pembelajaran jarak jauh (in distance learning) dan sebagian besar, bahkan hampir semuanya, menggunakan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Ini sebuah budaya baru yang sangat bermanfaat sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran di masa depan.

Beberapa sekolah mampu memanfaatkan “bonus” tersebut untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kualitas pembelajarannya pasca pandemicCovid-19, antara lain: penyediaan sumber belajar digital online, tugas mandiri secara daring, sistem pembelajaran hybrid dan sebagainya.

Manfaat tambahan bagi sekolah dengan “dipetiknya bonus” tersebut antara lain: waktu pembelajaran di kelas lebih efisien, tersedia waktu yang cukup pembelajaran di luar klas (project based learningcontextual learningour door activities, dan sejenisnya). Sistem pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kegembiraan dan semangat para siswa untuk belajar dan berkreasi.

Transformasi Digital

Saat ini perkembangan teknologi digital memicu munculnya trend dan perkembangan baru di sekolah, yaitu transformasi digital, yaitu berubahnya sistem penyelenggaraan sekolah yang manual menjadi sistem yang berbasis digital dan online. Adapun tujuan dari transformasi digital adalah untuk mewujudkan sekolah dengan layanan pendidikan yang: fleksibel, cerdas (smart), efisien, memiliki akses lebih luas dan mudah, serta menyenangkan.

Penerapan sistem berbasis digital di sekolah, menjadikan sekolah memiliki kemampuan sistem untuk mengidentifikasi, mengelola dan memanfaatkan kemajuan teknologi digital secara lebih tepat guna, sesuai kebutuhan sekolah yang bersangkutan.  Salah satu perkembangan teknologi digital yang secara cepat mengubah dan mempengaruhi cara dan gaya hidup masyarakat, termasuk sekolah, adalah artificial intelligence (kecerdasan buatan).

Artificial Intelligence di Sekolah

Aritificial intelligence (AI) adalah suatu ilmu dan teknik dalam menciptakan mesin yang bersifat cerdas, terutama dalam menciptakan program atau aplikasi komputer cerdas. AI adalah suatu langkah untuk menciptakan komputer, robot, atau aplikasi atau program yang bekerja secara cerdas, layaknya seperti manusia (McCarthy, 2007). AI diharapkan bisa membantu memecahkan masalah-masalah yang sulit dan kompleks di berbagai bidang, termasuk dalam industri, kesehatan, keamanan, transportasi, dan lain-lainnya.

Saat ini semua pengguna internet sudah bisa menggunakan aplikasi berbasis AI yang bertebaran di dunia internet. Salah satu contoh website berbasis aplikasi AI dalam bentuk chat (teks atau tulis), yaitu https://chat.openai.com/chat

Sebagai contoh sederhana penggunaan website ini misalnya, dengan perintah “tuliskan puisi dengan tema manusia 50 kata” maka tidak sampai 1 menit, muncul tiga bait puisi yang sangat bagus.  

Website tersebut juga bisa melaksanakan perintah untuk mencari parameter-parameter statistik dari sekumpulan angka-angka dalam waktu kurang dari satu menit, dan bahkan didahului dengan tampilan rumus-rumusnya. Seorang programmer, bisa meminta script program tertentu di situ dan dalam hitungan kurang lebih satu menit muncul script program yang siap digunakan untuk melengkapi aplikasi yang diminta.  

Aplikasi AI lain yang mampu memproses grafik dan gambar, tentu akan semakin membuat banyak keluaran (out put) dari aplikasi tersebut yang sulit dibedakan dengan karya manusia, bahkan lebih bagus dan lebih rumit karya AI. Sudah mulai banyak beredar foto-foto karya AI yang membuat masyarakat sulit membedakan mana foto yang asli atau dan mana yang modifikasi karya aplikasi AI, yang kemunculannya sering memicu polemik di media sosial. 

Aplikasi AI bisa menghasilkan desain produk (contoh: mobil, motor, furnitur, tokoh film animasi, dan sebagainya) yang bagus dan fantastis, yang bahkan bisa mengalahkan desain hasil karya para desainer produk profesional.  Ini merupakan suatu kenyataan bahwa aplikasi AI nantinya bisa bersifat disruptif yaitu meniadakan keahlian untuk bidang sejenis yang dilakukan dengan cara lama.

Pisau Bermata Dua

Sekolah-sekolah harus bersegera untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dan sistem pembelajaran digitalnya untuk menyambut kehadiran AI di sekolah, agar AI bisa dikelola dan dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kualitas proses pembelajaran di sekolah.  

Sebaliknya jika sekolah tidak siap mengelola dan memanfaatkan AI, maka dikhwatirkan terjadi kesenjangan teknologi sehingga proses pembelajaran di sekolah menjadi tidak efisien, tidak efektif, dan tidak berkualitas. Kesenjangan teknologi bisa terjadi antara sekolah dengan masyarakat, atau antara siswa dan gurunya.  

Sekolah harus menyiapkan guru-gurunya agar siap dan mampu mengelola dan memanfaatkan AI sebaik-baiknya untuk proses pembelajaran. Hal ini meneguhkan konsep pembelajaran terkini, bahwa siswa adalah pusat pembelajaran, sumber belajar bisa berasal dari mana saja dan guru berperan sebagai coach (pelatih) bagi siswa-siswanya.  

Guru tetap memiliki peran sentral untuk pendidikan karakter siswa-siswanya, seiring dengan hadirnya teknologi baru, seperti AI. Beberapa karakter dasar yang harus dimiliki oleh para siswa di dunia yang selalu berubah, terutama yang digerakkan oleh kemajuan teknologi digital antara lain karakter: menghormati karya cipta orang lain, antiplagiarisme (penjiplakan karya tanpa menyebut sumbernya), pembelajar seumur hidup (longlife learner) ,dan beberapa karakter sejenis.  

Guru harus mampu menggunakan AI sebaik-baiknya sebagai pendamping pembelajaran siswa-siswanya di sekolah. Bagi sekolah, AI adalah ibarat sebilah pisau bermata dua, jika digunakan dengan benar akan memberikan manfaat yang besar, namun jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan benar akan menimbulkan kerugian atau bahkan kerusakan, bagi penggunanya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version