Mengajak Orang Tua Siswa Ikut Bersekolah

Dodik Priyambada dengan pakain khas Jawa saat diwawancarai PWMU.CO. Mengajak Orang Tua Siswa Ikut Bersekolah(Ria Eka Lestari/PWMU.CO)

Mengajak Orang Tua Siswa Ikut Bersekolah: Oleh Dodik Priyambada, Anggota Tim Ahli Majelis Dikdasmen PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik.

PWMU.CO – Bulan Ramadhan 1445 Hijriah sudah memasuki pertengahan bulan. Kaum Muslimin semakin khusyuk dan bersemangat menjalankan puasa dan berbagai aktivitas spesial bulan Ramadhan. Tak ketinggalan hampir semua sekolah semarak mengadakan kegiatan untuk siswa-siswanya berupa: pondok Ramadhan, Darul Arqam, bagi takjil, buka bersama, bagi zakat, dan kegiatan sejenisnya.

Kegiatan istimewa bagi siswa-siswa tersebut tentu sudah lama dinantikan oleh para siswa, sehingga begitu acara yang ditunggu itu tiba, mereka bergembira dan bersemangat untuk mengikuti dan menghebohkan acara spesial tersebut. Orang tua siswa pun ikut bergembira dan dengan sukacita ikut menyiapkan perlengkapan dan bekal untuk putra-putranya berkegiatan selama bulan Ramadhan.

Dalam konsep pemasaran sekolah (edumarketing), pelanggan pendidikan terdiri dari dua kelompok yakni pelanggan internal (internal customer) dan pelanggan eksternal (external customer). Pelanggan internal pendidikan mencakup dewan sekolah, orang tua, pendidik, peserta didik, dan administrator. Pelanggan ekternal meliputi masyarakat, perusahaan, dan pengguna lulusan (Arcaro, 2007). 

Orang tua siswa, sebagai salah satu pelanggan internal, yang juga berperan sebagai decision maker untuk pemilihan sekolah bagi putranya, orang tua, sangat penting untuk menjadi salah satu variable penting pada kegiatan sekolah, bahkan perlu dilibatkan langsung pada kegiatan sekolah.

Ada konsep pemasaran, yang relevan dengan keterlibatan orang tua siswa pada kegiatan sekolah yaitu konsep experiential marketing yatu model marketing dengan cara membuat pelanggan memiliki pengalaman: panca indera (sense), afektif (feel), kreatif (think), berhubungan dengan tubuh secara fisik dengan perilaku dan gaya hidup serta pengalaman-pengalaman interaksi dengan orang lain (act), dan yang terhubung dengan keadaan sosial, gaya hidup, dan budaya (relate) (Schmitt, 1999).

Pengalaman orang tua siswa yang positif dan mengesankan  akan menciptakan loyalitas dan bahkan rekomendasi orang tua siswa kepada masyarakat agar menyekolahkan putra-putranya di sekolah kita.

Salah satu kegiatan di SMK Muhammadiyah 5 Gresik (Istimewa/PWMU.CO)

Sekolah Menyediakan Pengalaman untuk Orang Tua Siswa

Implementasi penyediaan lima jenis pengalaman di dalam konsep experiential marketing di sekolah adalah sebagai berikut:

Pengalaman sense adalah serangkaian pengalaman yang melibatkan pancaindera yaitu pandangan, bau, pendengaran, peraba (kulit) dan rasa (lidah). Sekolah bisa menyajikan pengalaman tersebut dalam aspek gedung dan lingkungan sekolah yang hijau, bersih, dan nyaman walau tidak harus luas dan besar gedungnya. Ruang tamu dan ruang meeting segar dan harum, alunan musik yang  asyik di ruang tunggu, konten website dan medsos sekolah mudah diakses dan menarik tampilannya, snack sajian dipilih cermat (khas dan lezat) bukan sekadar memilih, seragam siswa dan guru rapi dan indah dan masih banyak kreasi yang lain.

Pengalaman feel adalah serangkaian pengalaman yang menyentuh perasaan atau emosi yang mendalam. Beberapa bentuk nyata yang bisa memberikan pengalaman feel atau emosional bagi orang tua siswa antara lain: parentingdengan topic yang menggugah kesadaran terdalam tentang orang tua dan anak, sapaan dan sambutan saat orang tua berkunjung ke sekolah membuat rasa nyaman dan betah. 

Siswa-siswa setiap bertemu tamu termasuk orang tua siswa menyapa dengan salam dan menjabat tangan tamunya, konten website dan medsos sekolah yang menarik dan menyentuh hati, layanan bimbingan konseling dirasakan sebagai “your problem is no problem”, visit sekolah saat siswa sakit lebih dari tiga hari dan masih banyak variasi pendekatan lainnya  berupa keterikatan emosi dan kejutan heboh.

Pengalaman think adalah serangkaian pengalaman yang bersifat kognitif atau melibatkan rasio orang tua siswa sehingga dengan akal sehat mereka merasa bahwa sekolah kita keren, smart, kaya ide dan prestasi serta menyiapkan masa depan putranya dengan baik. 

Contoh pengalaman think yang bisa disediakan oleh sekolah antara lain: berita prestasi siswa tersebar dimana-mana baik online maupun offline, sekolah mengembangkan contextual learning (belajar di lokasi nyata sesuai tema atau menggunakan benda sesuai tema mata pelajaran), komite sekolah dilibatkan dalam penyusunan rencana kerja sekolah, international class program dan pengalaman sejenis lainnya.

Pengalaman act adalah pengalaman yang berhubungan dengan pengalaman tubuh (physical body), yaitu tentang bagaimana orang tua siswa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini melibatkan berbagai aktivitas fisik seperti mengunjungi sekolah, visit website dan medsos sekolah, berpartisipasi dalam acara, atau berinteraksi dengan pengelola sekolah atau kegiatan sekolah secara langsung. 

Contohnya adalah mengundang orang tua siswa untuk menyaksikan kegiatan atau karya siswa, pertemuan atau rapat koordinasi sekolah dan orang tua siswa, demo sistem pembelajan sekolah kepada orang tua dan sebagainya.

Pengalaman relate adalah pengalaman yang memungkinkan hubungan dengan kelompok atau budaya tertentu. Contoh dari pengalaman relate di sekolah antara lain: dibentuknya komunitas orang tua siswa (komite aekolah, ikatan orantua/wali siswa), orang tua sebagai guru tamu (orang tua mengajar), bakti sosial orang tua siswa, seminar parenting, dan sebagainya.

Ramadhan 1445 masih bersisa separuh waktu ke depan. Apakah sudah terpikirkan oleh sekolah untuk melibatkan orang tua pada kegiatan sekolah di bulan Ramadhan? Sepertinya banyak pilihan kegiatan yang bisa dilaksanakan bersama orang tua siswa antara lain: buka bersama, membagi zakat fitrah, pengajian Ramadhan, pembagian bingkisan Ramadhan untuk yatim piatu, pembagian takjil, dan masih banyak varian kegiatan Ramadhan lain yang menarik tetapi bermakna dalam dalam balutan keikhlasan.

Untuk memonitor dan mengevaluasi bagaimana efektivitas pengalaman yang dialami oleh para orang tua, bisa dilakukan survei kepuasan orang tua siswa tentang pengalaman-pengalaman tersebut di atas.  

Semoga ikatan antara orang tua dan sekolah semakin lekat tak berjarak sebagai tanggung renteng pendidikan anak oleh orang tua dan sekolah. Jadi mari kita ajak orang tua siswa ikut “bersekolah”, nanti mereka akan merekomendasikan masyarakat untuk ikut “bersekolah” bersama mereka. Insyaallah asyik, keren, dahsyat dan super manfaat. (*) 

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version